Minggu, 28/04/2024 14:18 WIB

Langkah Erick Gandeng BPJS Ketenagakerjaan Lindungi Para Wasit Diyakini Minimalisir Pengaturan Skor

Langkah awal untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi wasit itu adalah sebagai salah satu langkah yang sangat tepat dalam rangka untuk meminimalisir terjadinya pengaturan skor.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. (Foto: Dok. Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Ketua Umum PSSI Erick Thohir kembali melakukan terobosan baru pasca terpilih menjadi ketua umum PSSI dua bulan lalu. Menteri BUMN itu sekarang menyoroti persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah wasit.

Erick Thohir bertekad membersihkan praktik pengaturan pertandingan atau match fixing yang kerap melibatkan wasit dengan terlebih dahulu meningkatkan tingkat kesejahteraan wasitnya.

Terobosan itu dilakukan salahsatunya dengan menggodok kebijakan baru yakni dengan mendaftarkan mereka sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Tak hanya BPJS Ketenagakerjaan, PSSI juga berencana menambahkan jadwal memimpin pertandingan kepada para wasit yang sebelumnya di bawah 10 pertandingan menjadi 15 pertandingan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka demi tidak terpengaruh oleh para mafia sepak bola di Indonesia.

Ketua Bidang Industri Kreatif dan Ekonomi Digital Pengurus Besar Forum Akademisi Penggemar Sepak Bola Indonesia (FAPSI), Dr Sandey Tantra Paramitha mengatakan, kebijakan tersebut merupakan salah satu terobosan awal Ketua Umum PSSI untuk kesejahteraan wasit Indonesia.

"Langkah awal untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi wasit itu adalah sebagai salah satu langkah yang sangat tepat dalam rangka untuk meminimalisir terjadinya pengaturan skor,” kata Sandey Tantra kepada wartawan, Kamis (13/4).

Dikatakan Sandey, hal ini bisa terealisasi atau tidak tergantung dari bagaimana PSSI betul-betul fokus dalam rangka memperhatikan tenaga keolahragaan. Dalam hal ini adalah wasit yang memimpin suatu pertandingan itu dibuat tata kelola bagaimana dalam suatu pertandingan itu tidak menugaskan wasit yang memang berada dalam suatu wilayah atau klub dari daerahnya sendiri.

"Artinya perlu ada semacam wasit yang memimpin bukan dari daerah tersebut. Hal ini memang menjadi suatu hal yang harus direalisasikan sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya pengaturan skor, tetapi kembali lagi bahwa wasit ini memang perlu dibuat semacam training camp atau semacam pelatihan mengenai kompetensi sehingga mereka juga merasa diperhatikan,” ujarnya.

"Kalau ada untuk upgrade daripada kompetensi wasit, mereka harus dilibatkan dan itu menjadi suatu bentuk kesejahteraan wasit dan Insya Allah tidak akan terjadi pengaturan skor. Ini memang harus perlu meyakinkan bahwa wasit itu sangat vital tugasnya dalam satu pertandingan, jadi netralitas, kejujuran dan kompetensi seorang wasit itu dipertaruhkan di situ sehingga perlu ada semacam reward and punishment,” tambahnya.

Menurut Sandey, kebijakan Ketua Umum PSSI ini sangat bagus karena tidak hanya meningkatkan kesejahteraan wasit, tetapi ada semacam rangsangan bagi para wasit agar terus meningkatkan kualitas dan menjunjung tinggi integritas mereka sebagai pengadil dalam lapangan.

"Kalau wasitnya bertugas dengan baik maka perlu ada penghargaan, tapi memang kalau ada kesalahan yang disengaja kita harus berikan sanksi. Sanksinya nanti diberikan oleh komite perwasitan. Tapi kalau kesalahan itu tidak disengaja mungkin perlu ada peringatan atau perlu ada sanksi yang mungkin berdasarkan level-level yang sudah disepakati begitu,” ungkapnya.

"Jadi saya pikir ini bisa terealisasi kalau memang wasit ini diperhatikan, didampingi dan diberikan penghargaan melalui upgrade kompetensi daripada wasit,” sambungnya.

Senada dengan Dr. Sandey Tantra, wasit Liga 1 Indonesia Muhammad Kisflan mengapresiasi terobosan-terobosan baru yang dilakukan oleh Erick Thohir dengan mengutamakan kesejahteraan para wasit. Salah satu poin yang menjadi perhatian Kisflan adalah penambahan jadwal wasit memimpin pertandingan. Buat Kisflan hal itu sangat baik, namun harus dibicarakan dengan komite wasit agar tidak menimbulkan kegaduhan.

"Niat Pak Erick itu kan memang luar biasa ya, satu sisi saya sangat bangga dengan apa yang akan dilakukan oleh ketua kami, tetapi di satu sisi lain pertandingan itu kan butuh kompetensi yang luar biasa. Dan juga di dalam penugasan wasit juga dari komite wasit pun juga banyak pertimbangan, dalam arti kata tidak semua juga bisa di pukul ratakan 10 sampai 15 pertandingan,” kata Kisflan.

 "Jadi maksud dari ketua kami itu agar boleh mereka kalau bermimpi tetapi harus sejalan dengan peningkatan kompetensi dari SDM wasit itu sendiri, nggak mungkin Pak Erick memaksakan itu kalau SDMnya wasitnya yang ada itu butuh di-upgrade,” jelasnya.

Meski begitu, Kisflan mengakui kebijakan Ketua Umum PSSI sangat luar biasa dan tepat agar para oknum-oknum wasit yang nakal ini bisa ditertibkan demi kemajuan sepak bola Indonesia yang sehat dan kompetitif.

"Langkah itu luar biasa, artinya dengan adanya pembagian ini istilahnya jadwal itu salah satu cara bagaimana kita menghindari hal tersebut (pengaturan skor) dan perlu dicatat juga bahwasanya memang dalam beberapa tahun belakangan ini kompetensi kita sudah lebih baik. Jadi untuk memperkecil kesalahan lagi mungkin perlu adanya peningkatan SDM dari wasit itu sendiri,” paparnya.

Oleh sebab itu, sebagai wasit Muhammad Kisflan mendukung penuh kebijakan-kebijakan PSSI yang baru. Pasalnya, kebijakan yang saat ini sedang digodok PSSI juga baik untuk keselamatan wasit dalam memimpin, sekaligus memberikan support kepada seluruh klub untuk bersaing secara sehat.

"Programnya yang diinginkan oleh Ketum kami saya selaku wasit sangat support apa yang diinginkan oleh ketum kami, kalau saya nilai dari aspek keamanan baik itu dari pertandingan maupun keamanan kompetensi itu sangat relevan dengan apa yang telah dilakukan. Untuk output yang dihasilkan pun yaitu kompetensi yang lebih baik dan lebih bersih,” pungkasnya.

 

KEYWORD :

PSSI Erick Thohir wasit sepak bola BPJS Ketenagakerjaan FAPSI Sandey Tantra Paramitha




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :