Rabu, 08/05/2024 18:28 WIB

Presiden Iran Ebrahim Raisi Sebut Kematian Mahsa Amini Insiden Tragis

Presiden Iran Ebrahim Raisi sebut kematian Mahsa Amini insiden tragis.

Dalam file foto ini diambil pada 06 Juni 2021 calon presiden Iran Ebrahim Raisi memberi isyarat selama kampanye pemilihan umum di kota Eslamshahr. (AFP)

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Iran, Ebrahim Raisi mengatakan, kematian seorang wanita muda dalam tahanan membuat sedih semua orang di Republik Islam, tetapi memperingatkan bahwa kekacauan tidak akan diterima di tengah menyebarnya protes kekerasan atas kematian Mahsa Amini.

Kematian Amini dua minggu lalu telah memicu protes anti-pemerintah di seluruh Iran, di mana para pengunjuk rasa sering menyerukan diakhirinya kekuasaan ulama Islam selama lebih dari empat dekade.

"Kami semua sedih dengan insiden tragis ini. (Namun) Kekacauan tidak dapat diterima," kata Raisi dalam sebuah wawancara dengan TV pemerintah, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/9).

"Garis merah pemerintah adalah keamanan rakyat kita. Orang tidak bisa membiarkan orang mengganggu kedamaian masyarakat melalui kerusuhan," sambungnya.

Meskipun jumlah korban tewas meningkat dan tindakan keras oleh pasukan keamanan menggunakan gas air mata, pentungan, dan dalam beberapa kasus, peluru tajam, video media sosial menunjukkan warga Iran bertahan melakukan aksi protes sembari meneriakkan "Matilah diktator".

Namun, keruntuhan negara tampaknya masih jauh dalam waktu dekat, karena para pemimpinnya bertekad untuk tidak menunjukkan jenis kelemahan yang mereka yakini menutup nasib Shah yang didukung AS pada 1979, kata seorang pejabat senior Iran kepada Reuters.

Demonstrasi telah menyebar ke lebih dari 80 kota di seluruh negeri sejak 13 September kematian Amini yang berusia 22 tahun, setelah ia ditangkap karena "pakaian tidak pantas" oleh polisi moral yang menegakkan aturan berpakaian ketat Republik Islam.

Amini, yang berasal dari kota Saqez, Kurdi di barat laut, meninggal di rumah sakit setelah koma, memicu unjuk rasa besar pertama di jalan-jalan Iran sejak pihak berwenang menghancurkan protes terhadap kenaikan harga bensin pada 2019.

Raisi, yang telah memerintahkan penyelidikan atas kematian Amini, mengatakan "forensik akan memberikan laporan kematiannya dalam beberapa hari mendatang".

Meskipun Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei belum mengomentari protes tersebut, badan pengawas garis keras meminta pengadilan untuk menangani secara tegas para pelaku utama dan mereka yang bertanggung jawab  membunuh dan melukai orang-orang yang tidak bersalah dan pasukan keamanan.

Khamenei menunjuk enam ulama senior dari 12 anggota badan tersebut, yang dikenal sebagai Dewan Penjaga.

KEYWORD :

Kekacauan Iran Ebrahim Raisi Protes Kematian Mahsa Amini




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :