Minggu, 19/05/2024 08:25 WIB

Gus Muwafiq Jelaskan Makna Filosofis Keagamaan pada Tradisional Tumpengan dan Sedekah Bumi

Wujud syukur dan saling berbagi

KH. Ahmad Muwafiq alias Gus Muwafiq dan Nico Siahaan dalam dialog Inspirasi Ramadan BKN PDIP

Jakarta, Jurnas.com - Ulama kondang Nahdlatul Ulama, KH. Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq memberi penjelasan tentang makna yang terkandung dalam tradisi nusantara berupa tumpengan dan sedekah bumi.

Menurut Gus Munafiq, tumpengan ataupun sedekah bumi adalah ekspresi rasa syukur yang dilakukan masyarakat Indonesia, sekaligus menunjukkan adanya kebersamaan dan kebahagiaan.

"Jadi Islam sendiri tidak melihat tumpengan , tapi apa yang ada dalam tumpengan. Yakni upaya kita atau nenek moyang kita supaya makan bareng-bareng," ujar Gus Muwafiq dalam program Inspirasi Ramadan yang diadakan Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan di bulan puasa Ramadan.

Sesi bersama Gus Muwafiq ini mengangkat tema Budaya Tumpengan dan Sedekah Bumi dalam perspektif Islam. Dialog itu dipandu oleh host Nico Siahaan, Selasa (5/4/2022).

Dalam tumpengan juga berbentuk nasi yang dibentuk menggunung, dilengkapi lauk pauk, juga satu ayam yang dimasak. Tumpeng juga dilengkapi dengan aneka makanan lain seperti ubi, singkong, juga sayuran.

Sementara di negara Arab, ada juga namanya makanan kebuli, nasi yang di campur dengan daging kambing. Itu tak lain karena budaya dan alamnya berbeda.

"Makanya jenis zakatnya pun berbeda. Kalau di Arab zakatnya gandum karena makanan pokoknya gandung. Sementara Indonesia makanan pokoknya nasi maka zakatnya beras," jelas Gus Munafik.

Dalam tradisi tumpeng ini, lanjut Gus Muwafiq, para leluhur itu menghadirkan wujud syukur. Bahkan yang disajikan pun lengkap, selain nasi dan ayam juga ada ketela, ubi, jagung dan sejenisnya sehingga semua bisa menikmati hidangan yang ada.

Kiai berambut gondrong ini pun mempertanyakan jika ada yang mengatakan tumpengan maupun sedekah bumi itu melanggar syariah Islam.

"Tidak ada syariat Islam yang dilanggar. Syahadat, sholat, zakat, puasa, haji tetap dijalankan. Malah ditambah doa para kiai," jelasnya.

Ketika host acara Nico Siahaan bertanya, bahwa ada sebagian masyarakat yang menyebut tumpengan dan sedekah bumi itu syirik, bahkan ada yang sampai membubarkannya. Gus Muwafiq menilai cara-cara itu tidak tepat.

Ia bahkan mengajak mereka yang mengharamkan tumpengan dan sedekah bumi untuk duduk bersama dan menjelaskan musyrik (menyekutukan Tuhan, red) yang dimaksud itu dimananya? Orang duduk guyub kok disalahkan.

Contohnya sedekah bumi, itu kan mendoakan kepada orang yang sudah meninggal, dan itu ada tuntunannya dalam agama. Berhubung yang sedekat itu sudah meninggal, maka semua orang di kampung itu dikasi sedekah kemudian dinamai sedekah bumi.

Demikian juga sedekah laut, itu juga ada tuntunannya karena berbagi dengan makhluk yang ada di laut seperti ikan dan lainnya. Itu semua sebagai rasa syukur saja.

"Sedekah laut itu supaya kita ingat untuk menjaga laut. Memberi makan ikan laut, agar jangan lautan dikasi sampah, pampers, plastik. Selain juga dalam tradisi itu ada doa Islami yang dibacakan para kiai. Yang penting yang memimpin itu kiai, tau caranya kalau kiai," jelasnya.

Pembicaraan juga menyinggung fenomena pawang hujan yang tenar saat MotoGP Mandalika. Bagi Gus Muwafiq itu adalah tradisi dan cara masyarakat yang tidak perlu diperdebatkan.

Toh bagi yang tak setuju, lanjutnya, dipersilahkan berdoa dan menggunakan caranya sendiri. Sehingga bisa dilihat cara mana yang lebih manjur.

"Sebab dulu para nabi juga begitu, ada yang namanya mukjizat, ada karomah, ada maunah. Itu semua menunjukkan adanya peralihan. Dan itu urusannya bukan teks, tapi doa yang hadir kepada sang Maha pencipta," tandas Gus Muwafiq.

KEYWORD :

Inspirasi Ramadan tumpengan sedekah bumi KH. Ahmad Muwafiq BKN PDI Perjuangan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :