Kamis, 16/05/2024 16:21 WIB

AS Peringatkan China Bahaya Bantu Rusia dalam Invasi Ukraina

Memihak Rusia dapat membawa konsekuensi bagi arus perdagangan dan pengembangan teknologi baru, dan dapat menyebabkannya terkena sanksi sekunder.

Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat Jake Sullivan berbicara kepada media tentang situasi di Ukraina selama konferensi pers harian di Gedung Putih di Washington pada 11 Februari 2022. (Foto file: Reuters/Leah Millis)

WASHINGTON, Jurnas.com - Penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan berencana untuk bertemu dengan diplomat top China, Yang Jiechi di Roma pada Senin (14/3) dan akan menekankan hukuman ekonomi yang akan dihadapi Beijing jika membantu Rusia dalam perangnya di Ukraina.

Seorang pejabat AS, tanpa memberikan rincian mengstakan, Sullivan akan memperingatkan isolasi yang bisa dihadapi China secara global jika terus mendukung Rusia.

Dalam beberrapa pekan terakhir, pejabat AS dan negara-negara lain telah berusaha menjelaskan kepada China bahwa memihak Rusia dapat membawa konsekuensi bagi arus perdagangan dan pengembangan teknologi baru, dan dapat menyebabkannya terkena sanksi sekunder.

Pekan lalu, Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan perusahaan-perusahaan China yang mengabaikan pembatasan ekspor AS pada Rusia akan dipotong aksesnya pada perangkat lunak dan keras AS yang diperlukan memproduksi barang-barang mereka.

Ini akan menjadi pertemuan pertama Sullivan dengan Yang sejak sesi tertutup di Zurich pada Oktober yang berusaha menenangkan ketegangan setelah pertukaran publik yang sengit antara keduanya di Alaska setahun lalu.

China adalah pengekspor terbesar di dunia, mitra dagang terbesar Uni Eropa dan pemasok barang asing utama AS, dan tekanan apa pun pada perdagangan China dapat berdampak buruk pada ekonomi bagi AS dan sekutunya.

Pada Minggu, para pejabat AS mengatakan, Rusia telah meminta China untuk peralatan militer setelah invasi. Hal itu memicu kekhawatiran dalam pemerintahan Biden bahwa Beijing mungkin merusak upaya Barat membantu Ukraina dengan membantu memperkuat militer Moskow.

Sullivan mengatakan kepada CNN pada hari Minggu bahwa Washington mengawasi dengan cermat untuk melihat seberapa jauh Beijing memberikan dukungan ekonomi atau materi ke Rusia.

"Kami berkomunikasi secara langsung, secara pribadi ke Beijing, bahwa pasti akan ada konsekuensi untuk upaya penghindaran sanksi skala besar atau dukungan kepada Rusia untuk mengisinya kembali," katanya.

"Kami tidak akan membiarkan itu berlanjut dan membiarkan ada jalur kehidupan ke Rusia dari sanksi ekonomi ini dari negara mana pun, di mana pun di dunia," smabungnya.

Hubungan antara kedua negara, yang sudah mencapai titik terendah dalam beberapa dasawarsa, semakin merosot bulan lalu ketika para pemimpin Xi Jinping dan Vladimir Putin mengumumkan peningkatan kemitraan strategis tanpa batas hanya beberapa minggu sebelum invasi Ukraina.

Beijing, mitra dagang utama Rusia, telah menolak untuk menyebut tindakan Moskow sebagai invasi. Walaupun pekan lalu, Xi menyerukan "pengendalian maksimum". Beijing khawatir sanksi-sanksi Barat pada Rusia berdampak pada perekonomian global setelah sanksi-sanksi itu mulai membatasi kemampuan China membeli minyak Rusia.

Washington dan sekutunya telah memberlakukan sanksi besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia dan melarang impor energinya, sambil memberikan miliaran dolar bantuan militer dan kemanusiaan ke Ukraina.

Kedutaan China di Washington mengungkapkan keterkejutannya tentang laporan permintaan bantuan militer Rusia, yang pertama kali muncul di surat kabar Financial Times, dan seorang analis China terkemuka menyarankan agar Beijing dapat bertindak sebagai mediator di Ukraina.

Juru bicara kedutaan Liu Pengyu menyebut situasi saat ini di Ukraina membingungkan. "Kami mendukung dan mendorong semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai," ujarnya.

Pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian menggambarkan sebagai "disinformasi" AS atas laporan bahwa Rusia sedang mencari peralatan militer dari China.

Selama briefing media harian yang sama di Beijing, Zhao mengatakan bahwa Ukraina akan "pasti menjadi salah satu item utama dalam agenda" pertemuan Senin antara Sullivan dan Yang.

Daniel Russel, yang menjabat sebagai diplomat tinggi AS untuk Asia Timur di bawah Presiden Barack Obama dan memiliki hubungan dekat dengan pemerintahan Biden, menyebut prospek China sebagai mediator untuk mengakhiri perang tidak masuk akal.

Itu tetap terjadi bahkan jika "Beijing mungkin membicarakan permainan yang bagus tentang gencatan senjata dan mediasi untuk melindungi diri dari kesalahan," tambahnya.

KEYWORD :

Amerika Serikat Jake Sullivan Yang Jiechi Invasi Rusia Ukraina




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :