Jum'at, 17/05/2024 08:53 WIB

Melalui Smart Farming Produksi Pertanian Meningkat

Pertanian saat ini dihadapkan tantangan besar sehingga smart farming menjadi sangat penting.

Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) volume 06, yang mengangkat tema Smart Farming, Inovasi Pertanian Masa Kini, Selasa (8/2).

JAKARTA, Jurnas.com - Smart farming merupakan sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas sehingga menjadi kunci agar sektor pertanian terus eksis di tengah dampak perubahan iklim dan pandemi COVID-19.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pertanian saat ini dihadapkan tantangan besar sehingga smart farming menjadi sangat penting.

"Untuk menghadapi tantangan perubahan iklim tidak bisa lagi dihadapi dengan cara tradisional, tapi harus dengan smart farming. Pasalnya, perkembangan ke depannya membuat lahan semakin sempit, dan jumlah penduduk senakin besar.

"Kemudian, digitalisasi pertanian menjadi efektif dan penggunaan mekanisasi semakin maju sehingga produksi terus meningkat dengan kualitas yang tinggi dan pendapatan petani semakin naik," sambungnya.

Lebih lanjut, Syahrul mengatakan kemajuan pertanian turut didukung generasi milenial karena memiliki semangat berinovasi yang tinggi untuk melakukan cara-cara yang baru terhadap penanganan pertanian yang maju, mandiri dan modern.

Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan, dengan teknologi smart farming tujuan pembangunan pertanian akan tercapai.

"Tujuan pembangunan pertanian yaitu mendongrak produktivitas, kualitas dan efisiensi pertanian," ujar Dedi pada Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) volume 06, yang mengangkat tema Smart Farming, Inovasi Pertanian Masa Kini, Selasa (8/2).

Selanjutnya, Dedi mengatakan bahwa yang mendongkrak produktivitas adalah insan pertanian yaitu penyuluh pertanian dan juga stakeholder pertanian.

Deni Nurhadiansyah yang merupakan petani milenial kecamatan compreng kabupaten Subang mengatakan, smart farming yang dikembangkan di antaranya pengendalian hayati untuk penyemprotan hama, menggunakan pola tanam dalam musim tanam dengan waktu tanam 2 minggu dengan untuk 50 hektare dari jumlah lahan 700 hektare, penyemprotan menggunakan drone dengan waktu 15 menit untuk 1 hektare dan penggunaan combine harvester.

"Kedepannya akan ada data kesuburan lahan lengkap, sehingga rekomendasi pemupukan untuk tanaman berdasarkan data yang ada," jelas Deni.

Samsudin, Kepala Desa Kiarasari, Kecamatan Compreng yang hadir secara virtual mengatakan bahwa saat ini 95% masyarakatnya mempunyai mata pencarian bertani, sehingga untuk biaya implementasi teknologi patungan antar warga.

"Untuk mewujudkan kampung inovasi serta adaptasi teknologi diperlukan dukungan dari dinas pertanian dan juga stakeholder bidang pertanian," kata Samsudin.

KEYWORD :

smart farming IPDMIP Dedi Nursyamsi mekanisasi pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :