Rabu, 15/05/2024 05:00 WIB

Angka Kematian Ibu Masih Tinggi, Peran Bidan Dimaksimalkan

AKI di Indonesia masih berada di angka 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dokter Hasto Wardoyo mengukuhkan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo sebagai Bunda Genre (Generasi Berencana), sekaligus menjadi Duta Penurunan Stunting dilakukan di The Royal Surakarta Heritage, Kamis (23/12).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo membeberkan alasan mengapa angka kematian ibu (AKI) Indonesia masih sangat tinggi.

Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015, AKI di Indonesia masih berada di angka 305 per 100.000 kelahiran hidup.

"Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu diagnosisnya itu adalah delay, datang di faskes itu tidak lebih dari 2 jam meninggal," kata Hasto dalam keterangannya diterima Jurnas.com, Jumat (24/12).

"Jadi kalau misalkan datang sudah lebih dari 2 jam itu para dokter, bidan di RS tempat rujukan itu berkata ini karena delay. Belum sempat diatasi dalam waktu 2 jam sudah meninggal," sambung dia.

Hal itu diungkapkan Hasto saat memberikan paparan pada acara Webinar Optimalisasi Peran Bidan terhadap Kegawatdaruratan Maternal melalui daring, Rabu (22/12).

AKI di Indonesia sendiri sempat mengalami penurunan dari tahun 1990 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 220 ditahun 2010. Namun sayangnya mengalami kenaikan pesat menjadi 359 hasil dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012.

Sedangkan menurut hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) terakhir yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) AKI di Indonesia turun menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Hasto menjelaskan, penyebab kematian ibu telah dipetakan seperti gangguan hipertensi yang bisa berujung pada preeklampsia atau eklampsia yang sifatnya superimposed atau mungkin sebelumnya sudah mempunyai riwayat hipertensi kemudian hamil.

Selain itu, pendarahan yang menduduki penyebab kedua terjadinya kematian ibu dan komplikasi-komplikasi lainnya yang bersifat obstetrik dan nonobstetrik, infeksi, dan lain-lain.

Menurut dia, pendarahan sebenarnya bisa dicegah bila tidak terlambat diatasi dengan mempercepat rujukan ke rumah sakit. Namun kebanyakan dari masyarakat sekitar khususnya keluarga masih ragu untuk memberikan keputusan rujukan tersebut.

Di sinilah kata Hasto peran bidan sangat dibutuhkan bukan hanya sebagai provider tetapi juga sebagai community leader, decission maker, communicator, dan manager pendamping keluarga ibu hamil untuk mempengaruhi keluarga dan masyarakat akan pentingnya ibu hamil bila diharuskan untuk dirujuk.

"Bidan mampu menggerakkan dan mampu menjadi leader dalam mengambil keputusan. Keluarga ketika ada yang pendarahan yang bisa mengambil keputusan itu bidan, kepala desa tidak bisa. Itulah kehadiran bidan sebagai inisiator refferal system yang sangat mendasar, dan peran bidan sekali lagi sebagai five star midwife yang ada di desa sangat menentukan," kata dia.

Hasto mengatakan, bidan mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat, dan juga mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

KEYWORD :

Angka Kematian Ibu BKKBN Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :