Senin, 13/05/2024 23:02 WIB

CDC Diharapkan Bisa Menjadi Pemecah Masalah Ketenagakerjaan

Ini adalah sebuah transisi perubahan nilai terhadap persepsi dalam bekerja dan regulasi yang ada harus betul-betul mengakomodir perubahan ini.

Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi. (Foto: Biro Humas Kemnaker)

Yogyakarta, Jurnas.com - Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Anwar Sanusi mengungkapkan, saat ini banyak sekali persoalan sosial karena kurangnya lapangan pekerjaan yang ada.

"Apalagi banyaknya usia produktif masih menganggur dan belum dapat tersalurkan pada pekerjaan-pekerjaan yang produktif. Ini adalah tantangan buat kita," ucap Sekjen Anwar Sanusi dalam sambutannya pada acara Diskusi Interaktif Peran Career Development Center (CDC) secara daring dan luring di Yogyakarta, Kamis (4/11/2021).

Menurut Anwar Sanusi, jika dilihat mereka yang tidak memiliki pekerjaan ini bukan tidak memiliki pendidikan. Mereka yang pendidikannya semakin tinggi semakin banyak tidak memiliki pekerjaan.

"Sedangkan mereka yang memiliki pendidikan rendah banyak mendapatkan pekerjaan, tapi mereka bekerja belum cukup untuk kebutuhan dirinya sendiri atau belum memenuhi kebutuhan yang layak," ucapnya.

Anwar menjabarkan, dari riset Bank Dunia tahun 2020 menyimpulkan, Indonesia ini memiliki penduduk usia bekerja tetapi tetap berada di bawah garis kemiskinan karena upahnya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Memang ada Upah Minimum Regional (UMR) tapi ada masih ada pekerja di wilayah pedesaan yang mendapatkan upah dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP). "Oleh karena itu bagaimana memenuhi kebutuhan hidup ini adalah satu persoalan sendiri," katanya.

Anwar Sanusi menyebut, jika dilihat dari usia angkatan kerja yang didominasi oleh usia-usia muda, ini adalah sebuah demografi besar dan tentunya berbagai masalah ketenagakerjaan harus betul-betul menyiapkan pasar kerja untuk menampung jumlah angkatan kerja tersebut, serta mengakomodasi perubahan nilai-nilai yang sangat berbeda dari sebelumnya.

"Ini adalah sebuah transisi perubahan nilai terhadap persepsi dalam bekerja dan regulasi yang ada harus betul-betul mengakomodir perubahan ini," lanjut Anwar Sanusi.

Sekjen Anwar menambahkan, kita harus bersama-sama merespon bonus demografi dengan perubahan demografi dan juga merespon milenial melalui aturan sesuai nilai-nilai angkatan kerja milenial yang saat ini mendominasi dari jumlah prosentase demografi kita.

"Dalam arahannya Menaker Ida Fauziyah berharap pusat pasar kerja ini bisa menjadi bagian untuk memberikan solusi agar bonus demografi dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," ujar Anwar Sanusi.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kadisnakertrans) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Aria Nugrahadi, mengatakan, perkembangan teknologi mungkin dapat menghilangkan sebagian jenis pekerjaan, tetapi disisi lain tentu saja memunculkan jenis-jenis pekerjaan yang baru. Itulah tantangan sekaligus peluang yang kita hadapi khususnya dalam penempatan tenaga kerja.

Salah satu kunci dalam menanganinya adalah upaya untuk menghubungkan (link and match) dan memadankan antara ketersediaan tenaga kerja dengan kebutuhan dunia kerja.

"Melalui pengelolaan pasar kerja tentu saja akan signifikan perannya dalam link and match ini sebagai tempat pertemuan antara ketersediaan SDM dan kebutuhan dunia kerja," kata Aria Nugrahadi.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Tenaga Kerja Anwar Sanusi Career Development Center Bonus Demografi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :