https://www.jurnas.com/images/img/conf-Jurnas_11.jpg
Beranda News Ekonomi Ototekno Gaya Hidup Hiburan Olahraga Humanika Warta MPR Kabar Desa Terkini

Kementan Sebut Terjadi Over Supply Daging Unggas

Supianto | Selasa, 27/02/2018 21:02 WIB

Selama hampir 5 dekade terakhir peranan unggas baik lokal maupun ras semakin meningkat tajam dalam sumbangannya terhadap produksi daging nasional. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), I Ketut Diarmita

Bogor - Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), pada Kementerian Pertanian,  I Ketut Diarmita mengatakan, over supply daging unggas di tanah air bisa menjadi motor untuk mengubah pola konsumsi protein hewani asal ternak.

"Jumlah populasi unggas di Indonesia pada tahun 70-an hanya ratusan ribu ekor, kini telah menjadi lebih dari 1 Milyar ekor. Ini suatu lompatan yang luar biasa," ujar Ketut pada acara Seminar Nasional Industrialisasi Unggas Lokal yang Berdaya Saing, Bogor, Selasa (27/2).

"Produksi daging unggas yang sudah swasembada ini dapat menjadi motor untuk mengubah pola konsumsi protein hewani asal ternak dari red meat ke white meat," sambungnya.

Baca juga :
Kurangi Pemalsuan Dokumen, Kementan Dorong Penerapan Sertifikat Elektronik

Ia menjelaskan, selama hampir lima dekade terakhir peranan unggas baik lokal maupun ras semakin meningkat tajam dalam sumbangannya terhadap produksi daging nasional. Berdasarkan data statistik peternakan, pada awal  70an kontribusi daging unggas hanya sebesar 15 persen, tetapi pada 2017 produksinya telah mencapai 2.147,21 ribu ton atau 66,34 persen terhadap produksi daging secara keseluruhan.

"Populasi unggas lokal seperti ayam buras dan itik cenderung stabil, dan peningkatannya relatif kecil," kata Ketut.

Baca juga :
Harkitnas 2023, Mentan SYL Dorong Semangat Penguatan Kinerja Sektor Pertanian

Menurutnya, selama tahun 2012 – 2015 peningkatan ayam buras hanya berkisar antara empat hingga lima persen, sedangkan ayam ras pedaging enam persen, ayam ras petelur 5,7 persen serta itik 0,1 persen.

"Peningkatan populasi unggas lokal tidak setinggi ayam ras, sehingga ayam buras makin lama makin tertinggal peningkatan populasinya," ungkapnya.

Baca juga :
Kementan Serius Hadapi Perubahan Iklim yang Ekstrim

Ketut berpendapat, unggas lokal perlu diarahkan dan dikembangkan dengan sentuhan teknologi agar tetap berkembang tetapi tetap menjadi perusahaan mikro kecil dan menengah dan tidak mengcopy paste pola pengembangan ayam ras.

Saat ini pengembangan unggas lokal masih bersifat mikro dimana penguasaan input produksi sejak dari hulu sampai hilir identik dengan peternakan rakyat yang berbasiskan sumber daya lokal. Sebaliknya untuk ayam ras telah menjadi industri besar yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir yang mampu memenuhi konsumsi daging.

Ketut melihat, ayam buras sangat akrab di pedesaan dan dapat menjadi kegiatan penting untuk menggerakkan perekonomian pedesaan. Untuk itu, pemerintah mengembangkan usaha ternak ayam buras di masyarakat sebagai instrumen dalam program pengentasan kemiskinan dan perbaikan gizi masyarakat.

"Selain ayam buras, itik juga dapat menjadi instrumen penting untuk peningkatan gizi masyarakat dan tambahan `income` bagi Rumah Tangga yang memelihara," ujarnya.

(Supianto)
KEYWORD :

Kementan Unggas