Sabtu, 20/04/2024 09:54 WIB

Petani Blitar Tingkatkan Produktivitas Padi dengan Metode MHI

Poktan Among Kismo I mempunyai luasan areal sawah irigasi 40 hektare sukses meningkatkan produktivitas varietas padi Inpari 42 dari 7,6 ton per hektare menjadi 12 ton per hektare menggunakan MHI.

Petani Blitar menggunakan medote menggunakan Metode Hayati Indonesia (MHI) untuk mendongkrak produksi padi. (Foto BPPSDMP)

Blitar, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani melakukan percepatan tanam untuk menjaga ketersediaan bahan pangan pokok. Tak terkecuali Petani di Blitar yang saat ini giat melakukan percepatan tanam dengan menggunakan Metode Hayati Indonesia (MHI).

 

Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur bersama petani yang tergabung di dalam 22 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan 1922 Kelompok Tani (Poktan) yang tersebar di 22 kecamatan dan 248 desa/kelurahan Kabupaten Blitar, menggunakan MHI untuk meningkatkan produksi 12 ton per hektare.

Total luas lahan sawah di Kabupaten Blitar sendiri sebanyak 31.976 hektare yang terdiri dari sawah irigasi seluas 28.519 hektare dan sawah tadah hujan seluas 3.457 hektre.

MHI sendiri merupakan konsultan pertanian yang menerapkan sistem pertanian berkelanjutan, presisi dan terintegrasi dengan menerapkan kombinasi teknologi Plant Growth Promothing Rhizobacteria (PGPR), Asam Hulmat, Asam Fulfat dan Asam Amino.

Bahan bakunya sendiri tersedia melimpah di wilayah pedesaan sehingga petani dapat menekan biaya produksi dengan memproduksi sendiri agar biaya produksi usahatani tetap rendah.

Tahun 2020 ini diawali di tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Wlingi, Kecamatan Talun, Kecamatan Selopuro, Kecamatan Doko, Kecamatan Sutojayan, Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Gandusari. Ketujuh kecamatan tersebut merupakan wilayah sentra padi di sepanjang musim.

Di tengah pandemi COVID-19, salah satu Poktan yang telah sukses menjalankan program tanam menggunakan MHI yaitu Poktan Among Kismo I yang di ketuai Setyo, di Desa Sragi Kecamatan Talun.

Poktan Among Kismo I mempunyai luasan areal sawah irigasi 40 hektare sukses meningkatkan produktivitas varietas padi Inpari 42 dari 7,6 ton per hektare menjadi 12 ton per hektare menggunakan MHI.

Koordinator Penyuluh di BPP Talun, Edy Prawata, menyampaikan bahwa peningkatan produktivitas padi dari 7,6 ton per hektare menuju 12 ton per hektare diperlukan komitmen yang disiplin dari petani.

"Perlu pendampingan yang terus menerus dari penyuluh pertanian kepada kelompok tani agar program MHI bisa berjalan lancar dan produksi meningkat sesuai harapan petani," jelasnya Edy.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan dalam berbagai kesempatan, pertanian saat ini tidak bisa diolah dengan cara yang biasa. Namun harus dikerjakan dengan cara lain yang serba maju dan modern.

"Seluruh insan pertanian harus siap menghadapi tantangan dengan dua langkah konkret, yaitu dengan penanaman yang lebih cepat dan momentum penyaluran sarana dan prasarana yang tepat. Kerja sama dengan berbagai pihak lebih intens agar semua dapat berjalan dengan baik," kata Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa masalah pangan adalah masalah yang sangat utama, hidup matinya suatu bangsa.

"Saat ini pejuang melawan COVID-19 bukan hanya dokter, perawat dan tenaga medis tapi juga seluruh insan pertanian yang bahu membahu menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat. Pertanian tidak boleh berhenti apapun yang terjadi," tutur Dedi.

KEYWORD :

Metode Hayati Indonesia Pandemi COVID-19 Dedi Nursyamsi Petani Blitar




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :