Sabtu, 27/04/2024 09:37 WIB

New Normal, Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Alami dengan Antioksidan

bila pada masa pre-Covid 19 mereka sudah melakukan pola hidup yang baik, dengan olahraga rutin, konsumsi makanan sehat serta bergizi

Warga memakai masker untuk mencegah terjangkit virus korona (foto: The National)

Jakarta, Jurnas.com – Secara bertahap, dimulai fase pertama pada 1 Juni lalu, telah dibuka kembali operasional industri dan jasa bisnis, pembukaan pusat perbelanjaan, sekolah, dan pada awal Agustus diharapkan seluruh kegiatan ekonomi sudah dapat beroperasi kembali.

Presiden Joko Widodo meminta seluruh masyarakat untuk tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan. Sampai ditemukan vaksin yang efektif, masyarakat harus hidup berdamai dengan Covid 19 untuk beberapa waktu ke depan.

Menanggapi hal tersebut, Dr. dr. Erlina Burhan, SpP, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, menegaskan, bila PSBB tidak dapat dijalankan dengan disiplin dan masyarakat lengah menjalankan protokol kesehatan, diperkirakan terjadi gelombang kedua pandemi Covid 19 di Indonesia setelah bulan Juni 2020.

"Selain gelombang kedua Covid 19, pada saat yang bersamaan juga muncul potensi kesehatan metabolik yang meningkat," kata Erlina.

Sementara itu, Dr. Roy Panusunan Sibarani Sp.PD-KEMD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Endokrin Metabolik, Ketua Komite Medis/Team Covid 19 RS Murni Teguh Sudirman Jakarta mengatakan, pada saat terjadi pandemi, terjadi juga perubahan pola hidup, baik secara fisik, psikis, atau kehidupan sosial selama bekerja dari rumah (WFH).

"Semua hal itu sudah pasti akan berpengaruh terhadap kesehatan dan yang paling menonjol terhadap kesehatan metabolik," ujarnya.

Ia memberikan contoh di Eropa. Pada era Covid 19 sekarang ini, semua orang terlalu fokus pada Covid 19. Artinya, penyakit-penyakit seperti serangan jantung, gula tinggi, hipertensi jadi seperti terlupakan.

"Hanya berfokus pada Covid 19 justru membuat orang jadi tidak awas terhadap penyakit metabolik. Padahal, penyakit metabolik itu adalah penyakit degeneratif. Dimana, makin tua kita, maka makin banyak kemungkinannya untuk kena penyakit diabetes, darah tinggi, dan gangguan kolesterol," katanya.

Menurut dr. Roy, di Indonesia diperlakukan analisa dan data, apakah setelah enam bulan pasca era Covid 19 selesai, penyakit metabolik akan bertambah? Misalnya, yang tadinya tidak diabetes jadi diabetes. Dari yang tadinya diabetes ringan, menjadi diabetes berat. Yang tadinya kolestrolnya biasa saja, malah jadi naik.

"Ini semua, karena pada saat WFH, mereka takut beli obat, tidak konsultasi ke dokter, dan banyak timbul kecemasan bahkan takut bertemu orang luar," ujarnya.

Untuk mencegah timbulnya penyakit metabolik, ia menyarankan, bila pada masa pre-Covid 19 mereka sudah melakukan pola hidup yang baik, dengan olahraga rutin, konsumsi makanan sehat serta bergizi, pada saat era Covid 19 dan #dirumahaja, mereka bisa tetap melakukan kegiatan positif itu. Termasuk mereka yang biasa olahraga di gym, bisa mengganti olahraga dengan cara lain selama di rumah karena mempunyai waktu untuk diri sendiri.

"Sebaliknya, untuk mereka yang belum memiliki pola hidup yang baik pada saat pre-Covid 19, di masa pandemi ini menjadi waktu yang tepat untuk mereka untuk melakukan pola hidup yang baik. Dengan cara memperbaiki pola hidup, diantaranya dengan berolahraga teratur, tidur cukup, minum air putih cukup, makan makanan bergizi dan suplemen yang baik," tandasnya.

Hampir sama, dikemukakan dr. Erlina bahwa kebiasaan yang sudah dijalankan saat pandemi Covid 19 harus terus dijalankan atau new normal. Pertama adalah disiplin PSBB, antara lain tidak bepergian, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, hidup bersih, dan sehat, termasuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka.

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, masyarakat harus melakukan makan yang cukup, istirahat yang cukup, memiliki suasana hati yang bagus atau jangan tress, minum vitamin, dan sebagainya.

"Untuk mereka yang tidak begitu yakin apakah makanan yang dikonsumsi sudah cukup mengandung vitamin, maka mereka bisa melengkapinya dengan mengonsumsi produk vitamin atau suplemen," ujar dr. Erlina.

Dokter Spesialis Alergi-imunologi, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, KAI mengatakan, Covid 19 ini merupakan suatu virus pandemik yang menimbulkan ketakutan banyak orang. Jadi, semua orang pakai macam-macam, termasuk pakai suplemen.

"Terpenting pada kondisi seperti ini adalah antioksidan. Ini penting sekali, karena proses di dalam tubuh, seperti makanan dan segala macam, akan terbentuk oksidan-oksidan. Jadi, antioksidan itu adalah salah satu yang meningkatkan imun sistem. Antioksidan ada di vitamin A, C, dan E. Kalau ada yang sejenis itu yang bisa kita konsumsi, itu bagus sekali, seperti Astaxanthin misalnya. Dan, ini bisa dijadikan suplementasi untuk kecukupan antioksidan dalam tubuh kita," ujarnya.

Prof. Iris mengatakan, bukan hanya pada saat Covid-19, sehari-hari pun kita butuh antioksidan. Apalagi, dengan kondisi Covid-19 dimana setiap orang butuh sistem imun yang baik.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, cara kerja antioksidan adalah menetralisir molekul radikal bebas di dalam tubuh. Artinya, antioksidan adalah suatu substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas (zat-zat yang dapat menimbulkan racun di dalam tubuh). Dengan antioksidan, radikal bebas dapat ditangkal. Sehingga tubuh kita juga dapat menangkal peradangan, antara lain radang sendi.

"Kalau kita tidak yakin dengan kecukupan mengonsumsi buah dan sayur, kita bisa menambahnya dengan mengonsumsi suplemen. Contohnya, suplemen yang mengandung Astaxhantin yang memang sangat khas mengandung antioksidan. Namun, bagi orang yang sudah yakin dengan konsumsi buah dan sayur, ya sudah, tidak apa-apa jika tidak melengkapinya dengan suplemen," lanjut Prof Iris. Astaxhantin sebetulnya ada di dalam tumbuh-tumbuhan seperti buah-buahan dan hewan tertentu, yang bisa dikonsumsi untuk memperoleh antioksidan.

Sayangnya, konsumsi sayur dan buah sehari-hari sering tidak cukup. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan untuk mengonsumsi sayur dan buah sebanyak 400 gram per hari. Sedangkan rata-rata orang Indonesia hanya konsumsi 173 gram perhari (data BPS 2016).
Padahal, bila antioksidan dalam tubuh bagus, maka orang akan lebih fit, lebih bergairah, lebih bersemangat, tidak lemah dan lesu, dan sebagainya. Bahkan, antioksidan juga bagus untuk kulit. Banyak kegunaan antioksidan, selain dapat menangkal radikal bebas dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Antioksidan sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Radikal bebas itu terbentuk dari racun-racun yang masuk ke dalam tubuh. Paling mudah itu adalah dari asap rokok dan asap kendaraan bermotor yang dapat menciptakan radikal bebas. Antioksidan dapat melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas tadi.

Sebaliknya, bila kekurangan antioksidan, daya tahan tubuh akan menurun. Seperti diketahui, vitamin C juga mempengaruhi sistem imun. Artinya, tanpa vitamin, tubuh tidak bisa membentuk sistem imun yang baik. Oleh karena itu, vitamin itu sangat dibutuhkan untuk mempertahankan sistem imun kita. Bahkan, untuk dokter kulit, mereka lebih senang dengan antioksidan. Karena, dapat menetralisir radikan bebas dan meningkatkan produksi colagen pada kulit, mengurangi jerawat, antiaging, dan sebagainya.

Dengan beragam manfaat antioksidan, tiap orang membutuhkan antioksidan. Baik anak-anak maupun orang dewasa. "Makanya, ada vitamin C untuk anak-anak yang mengandung antioksidan. Sebab, tujuan dari antioksidan adalah menetralisir radikal bebas," katanya.
Dijelasakan VP Research & Development SOHO Global Health DR. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si, Asthin® series merupakan rangkaian suplemen kesehatan yang mengandung Astaxanthin sebagai sumber antioksidan. Suplementasi Asthin® sering digunakan sebagai terapi suportif yang berfungsi untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.

"Asthin® mengandung bahan aktif natural Astaxanthin yang berasal dari mikroalga spesies Haemustococcus pluvalis. Sebagai salah satu senyawa golongan karotenoid, astaxanthin memiliki potensi antioksidan yang sangat kuat," ucapnya.

Potensi antioksidan Astaxanthin adalah 6000x lebih kuat bila dibandingkan dengan vitamin C, 500x lebih kuat bila dibandingkan dengan vitamin E, 550x lebih kuat bila dibandingkan dengan EGCG (kandungan pada teh hijau), 800x lebih kuat bila dibandingkan dengan Coenzyme Q10 & 75x lebih kuat bila dibandingkan dengan asam α-lipoat. (Govind, 2016; Ekpe,2018).

Potensi antioksidan dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu zat/senyaw/molekul untuk menetralkan radikal bebas. Antioksidan diperlukan tubuh guna melindungi berbagai molekul seperti protein dan lipid, hingga ke tingkat selular dan organ dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.

Secara umum, mekanisme perlindungan dari antioksidan adalah melalui penstabilkan radikal bebas yakni dengan melengkapi kekurangan pasangan elektron pada radikal bebas sehingga mampu menghambat reaksi rantai pembentukan radikal bebas.

Keunikan struktur astaxanthin dan juga potensi antioksidan-nya yang besar memungkinkan astaxanthin mampu melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif. Selain meningkatkan daya tahan tubuh.

Asthin Force dapat digunakan untuk (Ekpe, 2018): Memperbaiki sirkulasi darah dengan memelihara kelenturan sistem pembuluh darah; Mengurangi risiko stroke bagi penderita hipertensi,diabetes dan kolesterol dengan mencegah pembentukan arterosklerosis; Mencegah terjadinya peptic ulcer; Mengurangi kelelahan mata akibat akomodasi mata yang berlebihan; Mengurangi risiko penuaan dini; dan Meningkatkan kelembaban dan elastisitas kulit sehingga mampu membantu mengurangi kerut, keriput dan jerawat pada kulit.

Terkait Covid 19, Astaxanthin dapat memainkan peran utama dalam regulasi respon imun, penurunan regulasi komponen proinflamasi dan mempertahankan stres oksidasi, menghasilkan pengurangan badai sitokin. Astaxanthin juga dapat memberikan dukungan untuk pasien dengan ALI (Acute Lung Injury)/ARDS (Acute respiratory distress syndrome) dan yang terkait komplikasi (Talukdar et al, 2020).

Dari berbagai penelitian in vitro, in vivo dan uji klinis, astaxanthin memiliki efek imunomodulasi, anti-inflamasi, dan antioksidan. Efek imunomodulasi astaxanthin sebagai ajuvan pada Covid-19 dapat melalui modulasi respon imun seperti neutrofil, limfosit, sel T, macrofag dan natural killer sel. Astaxanthin juga berperan dalam memodulasi sitokin inflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, IL-10, IFN-γ, TNF-α. Modulasi terhadap respon imun,sitokin inflamasi dan juga kondisi oksidatif, sangat berperan dalam pengendalian patogensis dari Covid-19 yakni dengan mencegah terjadinya badai sitokin.

KEYWORD :

New Normal Pandemi Covid-19 Antioksidan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :