Kamis, 25/04/2024 02:57 WIB

Kebijaksanaan Jepang di Mata Iran

Kunjungan perdana menteri Jepang ke Teheran dan undangan Rouhani melakukan perjalanan ke Tokyo pada saat Iran berada di bawah sanksi terberat AS adalah contoh keberanian dan kebijaksanaan Jepang.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi (Foto: Majid Hagdoist)

Tokyo, Jurnas.com - Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk urusan politik, Abbas Araqchi mengatakan Presiden Hassan Rouhani tidak memiliki rencana untuk bertemu pejabat Amerika Serikat (AS) selama kunjungannya ke Jepang.

Hal itu disampaikan kepada wartawan di sela konferensi hubungan dagang Iran-Jepang  di Teheran pada Senin (16/12) ketika ditanya tentang kemungkinan kontak Teheran-Washington selama kunjungan Rouhani ke Tokyo.

"Tidak; tidak ada rencana seperti itu selama kunjungan (Rouhani) ke Jepang," kata Araqchi, yang juga mantan duta besar Iran untuk Tokyo, mengatakan.

"Kunjungan Rouhani ke Jepang adalah kunjungan kerja intensif. Dia di Jepang kurang dari 24 jam. Topik utama kunjungan ini terkait perluasan hubungan bilateral dan memfasilitasi konsultasi antara kedua belah pihak tentang kondisi regional dan masalah internasional," sambungnya.

Araqchi menjelaskan bahwa Jepang sudah menjadi pelanggan lama minyak mentah Iran. Interaksi terkait minyak antara kedua negara telah ada sejak beberapa dekade yang lalu.

"Kami memahami tekanan dan hambatan Jepang yang diciptakan AS dan kami berharap perusahaan-perusahaan Jepang akan kembali ke Iran melalui mekanisme yang akan diselesaikan dan terus membeli minyak Iran, meskipun sanksi AS saat ini merupakan hambatan serius," jelasnya.

Araqchi juga menyampaikan kepada awak media bahwa kunjungan Rouhani ke Jepang pada Jumat atas undangan resmi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan membalas kunjungan Abe ke Tehran pada Juni 2019.

Lebih jauh, Araqchi mengatakan, hambatan ekonomi dalam cara perluasan hubungan Teheran-Tokyo bukanlah masalah yang bisa diabaikan, tetapi dasar dari hubungan timbal balik begitu kuat sehingga tekanan dan sanksi gagal mempengaruhi itu.

Memperhatikan bahwa Jepang, yang merupakan sekutu AS, memiliki beberapa pertimbangan sendiri. "Kebijakan luar negeri Jepang bijak dan berani, dan inilah sebabnya negara ini berubah menjadi dua kekuatan ekonomi di dunia," katanya.

Ia mengatakan, kunjungan perdana menteri Jepang ke Teheran dan undangan Rouhani untuk melakukan perjalanan ke Tokyo pada saat Iran berada di bawah sanksi terberat AS adalah contoh keberanian dan kebijaksanaan Jepang.

"Ketika keberanian dan kebijaksanaan Iran dan Jepang digabungkan, akan ada hasil yang bermanfaat bagi kedua negara," ucap Araqchi.

Kembali pada bulan Juni, Abe melakukan perjalanan ke Iran pada kunjungan pertama oleh perdana menteri Jepang ke Teheran dalam lebih dari 40 tahun, dengan rencana untuk membantu meredakan ketegangan antara Republik Islam dan Amerika Serikat.

Berbicara dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Rouhani di Teheran, perdana menteri Jepang mengatakan negaranya bertujuan untuk memainkan peran dalam mengurangi ketegangan di sekitar Iran, saat ia menyoroti perdamaian dan ketenangan di Timur Tengah sangat penting bagi seluruh dunia.

Abe mengatakan bahwa Iran telah menjadi negara penting di Timur Tengah, menekankan perlunya Republik Islam untuk terus memainkan peran konstruktifnya agar kawasan itu tetap stabil dan menghindari kemungkinan konfrontasi.

KEYWORD :

Hubungan Bilatera Perdagangan Jepang Eksportir Minyak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :