Kamis, 25/04/2024 21:59 WIB

Kelak, Tak Ada Negara yang Bisa Keluar dari Perjanjian Paris

Kesepakatan itu muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengajukan dokumen untuk menarik diri dari Perjanjian Paris

Presiden Prancis, Emmanuel Macron bersama Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (Foto: Ludovic Marin / Reuters)

Shanghai, Jurnas.com - Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden China Xi Jinping akan menandatangani pakta, di mana tak ada satu negara anggota yang boleh keluar dari perjanjian iklim Paris.

Kesepakatan itu muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi mengajukan dokumen untuk menarik diri dari Perjanjian Paris, langkah formal pertama dalam proses satu tahun untuk keluar dari pakta global untuk memerangi perubahan iklim.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas oleh Trump untuk mengurangi birokrasi pada industri Amerika, tetapi tiba-tiba para ilmuwan dan banyak pemerintah dunia mendesak tindakan cepat untuk menghindari dampak terburuk dari pemanasan global.

Berbicara kepada wartawan di Shanghai menemani Macron yang sedang dalam kunjungan kenegaraan ke China, seorang pejabat kantor kepresidenan Prancis menyatakan penyesalannya atas langkah AS.

"Kami menyesali ini, dan ini hanya membuat kemitraan Prancis-China pada iklim dan keanekaragaman hayati lebih penting," kata pejabat itu, yang tidak bersedia namanya disebutkan dilansir dari Reuters pada Selasa (5/11).

"Teks yang akan ditandatangani besok termasuk paragraf tentang tidak dapat dibalikkannya perjanjian Paris."

Macron dan Xi akan mengadakan pertemuan resmi di Beijing pada Rabu besok. Macron berada di Shanghai menghadiri pameran dagang utama, di mana Xi akan memberikan pidato utama.

China dan Prancis berjanji dalam KTT G-20 tahun ini untuk "memperbarui" kontribusi mereka terhadap perubahan iklim, di luar yang mereka lakukan saat ini.

Perjanjian Iklim Paris 2015 mendorong negara-negara untuk membuat janji yang lebih kuat jika mereka mampu melakukannya. China bertujuan untuk membawa emisi mencapai puncaknya pada "sekitar 2030", dan meningkatkan pangsa bahan bakar non-fosil dalam bauran energi totalnya menjadi 20 persen pada akhir dekade berikutnya, naik dari 15 persen pada 2020.

Amerika Serikat adalah negara pertama yang mengatakan akan menarik diri dari kesepakatan, tetapi 10 negara juga gagal meratifikasinya, termasuk Turki.

KEYWORD :

Perjanjian Paris Amerika Serikat Prancis China




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :