Jum'at, 26/04/2024 17:15 WIB

Presiden Omar Al-Bashir, Lahir dan Mati di Tangan Militer

Pria kelahiran 1 Januari 1944 ini sudah dikenal kental darah militernya, semenjak bergabung sebagai penerjun payung pada usia muda.

Presiden Sudan, Omar al-Bashir

Khartoum, Jurnas.com – Omar Al-Bashir terpaksa meninggalkan kursi Presiden Sudan pada Kamis (11/4), setelah militer dan sipil melakukan kudeta atas kepemimpinannya. Kini, sebuah dewan transisi didirikan untuk membentuk kepemimpinan baru.

Jenderal Besar Omar Hassan Ahmad Al-Bashir, demikian nama lengkapnya. Pria kelahiran 1 Januari 1944 ini sudah dikenal kental darah militernya, semenjak bergabung sebagai penerjun payung pada usia muda.

Pada 1898, nasib Omar membaik. Melalui kudeta tak berdarah, dia mengambil alih kursi Kepala Negara Sudan, sebelum berubah nama menjadi presiden pada 1993. Sejak itu, Omar memimpin Sudan dengan tangan besinya hingga sekarang.

Dalam catatan sejarah, pemerintahan Bashir mulai terisolasi dari dunia internasional pada 1993. Amerika Serikat menambahkan Sudan ke dalam daftar sponsor terorisme, karena menyembunyikan militan Islam. Empat tahun kemudian, AS mengeluarkan sanksi.

Omar kembali menjadi sorotan dunia pada 2009. Per tanggal 4 Maret 2009, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat penangkapan terhadap Omar, atas berbagai tuduhan yang dia lakukan di wilayah Darfur.

Awalnya, ICC memvonis Omar sebagai pelaku kejahatan perang dan kejahatan melawan kemanusiaan. Namun setahun kemudian, ICC kembali mengeluarkan surat penangkapan kedua, dengan tiga tuduhan genosida.

Merujuk pada Majelis Pra-Peradilan ICC, Omar terbukti memerintahkan pasukan keamanan dan milisi, untuk melakukan penyerangan terhadap kelompok etnis Dur, Masalit, dan Zaghawa.

Krisis terbaru di tubuh pemerintahan Bashir terjadi pada Desember 2018. Rakyat Sudan menggelar gelombang protes akibat kenaikan harga roti, dan krisis ekonomi yang menyebabkan kelangkaan bahan bakar dan uang tunai.

Puncaknya terjadi akhir pekan lalu, ketika ribuan demonstran berkemah di luar kompleks Kementerian Pertahanan, lokasi kediaman Bashir menurut Reuters.

Bentrokan kemudian meletus pada Selasa (9/4) lalu, antara tentara yang berusaha melindungi para pengunjuk rasa, dan personel intelijen yang mencoba membubarkan massa. Setidaknya 11 orang tewas, termasuk anggota angkatan bersenjata.

KEYWORD :

Presiden Sudan Omar al-Bashir Kudeta Militer




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :