Partai Golkar terus mengalami kemerosotan terhadap opini publik. Untuk itu, perlu dilakukan Munaslub Partai Golkar guna memperbaiki citra partai. Lalu siapa figur yang layak untuk memimpin Partai Golkar?
Jika kita cermati, publik sebenarnya bukan menertawakan Setnov. Kita sebenarnya sedang menertawakan diri sendiri. Menertawakan kondisi negeri kita yang kian hari kian lucu.
Setnov berhasil menjadi solidarity maker, dan membuat masyarakat bersatu melupakan perbedaan di antara mereka. Bersatu dalam lucu.
Yang pasti, dentuman "Setnov effect" akan berpengaruh tidak saja terhadap pilkada 2018, tapi juga konstalasi pilpres 2019.
Melawan hukum lebih mudah dari pada melawan stigma sosial. Hukuman ada batas akhirnya, stigma masyarakat tidak ada ujungnya.
Dalam negara demokrasi, mengusung agenda politik, selama masih dalam koridor hukum, undang-undang, dan peraturan yang berlaku, boleh-boleh saja.
Tampaknya inilah waktunya yang tepat bagi kita mengucapkan selamat tinggal dan selamat berpisah.
Dibandingkan sikap negara-negara anggota OKI lainnya, sikap Indonesia bisa disejajarkan dengan sikap Presiden Turki Erdogan yang menjadi tuan rumah.
Dedi Mizwar maju lagi. Kali ini bukan untuk nyalon wagub, tapi gubernur Jabar. Popularitasnya jangan ditanya. Sebagai artis senior dan wagub, Demiz tidak saja populer, tapi punya fasilitas kekuasaan dan kekuatan jaringan.