Pertama, puncak panen raya padi terjadi di Maret 2018 dan masih berlangsung hingga akhir triwulan II tahun 2018.
Hasil rekayasa genetika Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu digadang-gadang sebagai varietas padi yang layak dikembangkan di Indonesia.
Panen padi varietas Inpari 32 yang merupakan jenis Inbrida padi sawah irigasi tersebut mencapai hingga 10 ton per hektare.
Kebijakan ini tidak sinergi dan selalu bertolak belakang dengan gerakan Mentan Amran bersama jajarannya yang selalu di lapangan menggerakkan tanam padi dan memacu produksi.
Optimisme produksi beras 2018 juga mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), yang mencatat tren produksi padi nasional dalam 10 tahun terakhir terus bergerak naik
Lahan pasang surut yang sudah ditanami padi seluas 97 hektare siap untuk panen.
Selain umur padi yang pendek, Inta pun mengaku puas dengan produktivitas yang mencapai 9,6 ton per hektare.
Rumus sederhananya harus menanam padi satu juta hektare per bulan. Jika di bawah jumlah itu akan terjadi paceklik.
Produktivitas padi bahkan mencapai 6,5 juta ton per hektar.
PT Minna Padi menegaskan siap memberikan modal Rp4,5 Triliun. Namun, upaya PT Minna Padi terbentur di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).