Dalam laporan triwulanan IAEA terbaru, IAEA melaporkan Iran pada 25 Agustus telah menimbun 2.105,4 kilogram uranium yang diperkaya rendah, jauh di atas 202,8 kilogram yang diizinkan berdasarkan JCPOA.
Rencana tersebut merupakan yang terbaru Iran kepada IAEA bahwa pihaknya berencana melanggar kesepakatan pakta nuklir 2015 sebagai pembalasan atas penarikan Amerika Serikat (AS) dari perjanjian dan penerapan kembali sanksi terhadap Teheran.
Pembatalan itu diputuskan setelah Teheran mengancam untuk mengakhiri kesepakatan nuklir dengan Badan Atom Internasional (IAEA).
IAEA telah merencanakan untuk Grossi mengadakan konferensi pers pada hari Minggu tetapi dikatakan dia masih "berkonsultasi dengan Teheran" dan bahwa konferensi persnya telah ditunda hingga Senin pagi.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyebut Iran gagal menjelaskan jejak uranium olahan di beberapa situs, yang tidak diumumkan oleh Teheran.
Kesimpulan itu muncul meskipun ada upaya proaktif dan terfokus yang diluncurkan oleh IAEA pada bulan April untuk memecahkan kebuntuan atas situs-situs tersebut.
Ketua parlemen Iran menegaskan bahwa Teheran tidak akan pernah menyerahkan gambar situs nuklir ke pengawas nuklir PBB, IAEA, mengingat perjanjian pemantauan dengan badan tersebut telah berakhir.
IAEA sekarang memantau Korea Utara dari jauh, sebagian besar melalui citra satelit.
Selama pemeriksaannya, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akan berkonsultasi dengan para ahli termasuk dari China dan Korea Selatan, yang telah bereaksi dengan marah terhadap rencana pelepasan tersebut.
Grossi tiba di Teheran pada Sabtu (11/9) malam, menjelang pertemuan Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional pekan depan. IAEA dan utusan Iran untuk badan tersebut akan bertemu dengan kepala baru Organisasi Energi Atom Iran, Mohammad Eslami.