Sabtu, 04/05/2024 00:53 WIB

Indonesia Kembali akan Komersialkan Produk Biotek

Total seluas 190,4 juta hektare tanaman biotek telah ditanam di 29 negara hingga peningkatan kehidupan 17 juta petani biotek dan keluarga mereka di seluruh dunia pada tahun 2019.

Tebu (Foto: Ilustras)

 

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek) mengatakan, penguasaan teknologi pertanian perlu diberikan kepada siswa didik di SMK Pertanian karena teknologi pertanian di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain.

Hal itu disampaikan Plt. Kepala Biro Kerjasama dan Hubungan masyarakat Kemdikbudristek, Hendarman pada webinar bertajuk Manfaat Adopsi Tanaman Biotek bagi Petani, yang diselanggarakan Indonesian Biotechnology Information Centre (IndoBIC) bersama Semeo Biotrop, Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia (PBPI) dan International Service for the Acquisition of Agribiotech Applications (ISAAA).

Menurut Hendarman, hal ini penting mengingat beberapa kebutuhan pangan dalam negeri masih mengimpor dari luar negeri, padahal Indonesia memiliki potensi yang belum dikembangkan.

"Revitalisasi SMK Pertanian diharapkan dapat mengatasi kekurangan bahan pangan di Indonesia dengan menciptakan tenaga terampil dan wirausaha bidang Pertanian," ujar Hendarman.

Sementa itu, Direktur IndoBIC, Bambang Purwantara dalam sambutannya memaparkan status terkini adopsi tanaman biotek di dunia yang telah dilaporkan oleh ISAAA.

Menurut Bambang, total seluas 190,4 juta hektare tanaman biotek telah ditanam di 29 negara hingga peningkatan kehidupan 17 juta petani biotek dan keluarga mereka di seluruh dunia pada tahun 2019.

"Sebentar lagi Indonesia akan memiliki produk biotek lain milik anak bangsa yang akan segera dikomersialisasi selain tebu tahan kekeringan milik PTPN XI," ujar Bambang.

Pada acara yang sama, Direktur Semeo Biotrop, Zulhamsyah Imran menjelaskan, Semeo Biotrop memiliki tiga flagship program yaitu Ecosystem Restoration and Conservation, Sustainable Use Biodiversity, Bioenergy, Biotechnology, Food Security, dan Resilience in face global climate change.

Ketiga flagship tersebut diterjemahkan kedalam beberapa program dan aktivitas yang sudah dirancang sejak dimulai BiD 100 pada bulan Januari 2021.

"Terlihat sekali dukungan Biotrop dalam penerapan bioteknologi sudah dituangkan kedalam program-program utamanya. Salah satu contoh kontribusi terkininya adalah penerapan bioteknologi di bidang perikanan khususnya bagi komoditas udang vaname," jelas Imran.

Kedepannya, kata dia, semua penelitian Biotrop akan terus disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0 otomatisasi peralatan-peralatan pendukung penelitian yang dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan sekaligus meningkatkan produktivitas di dunia pertanian dalam berbagai skala. 

Lebih lanjut Imran menyoroti hasil studi terbaru yang dilakukan oleh  Semeo Biotrop dan IndoBIC bekerja sama dengan Michigan State University, Care IPB dan ISAAA terkait persepsi publik terhadap produk biotek di Indonesia yang dilakukan pada tahun 2020.

"Temuan penting dari studi tersebut adalah pada umumnya masyarakat Indonesia setuju dengan pengembangan biotek atau tanaman pangan," kata Imran.

"Pendapat positif ini juga terkait dengan tingkat kepercayaan mereka terhadap kemampuan dan kapasitas Pemerintah dalam menangani masalah keamanan tanaman biotek. Mereka juga sepakat bahwa produk biotek halal mengacu pada fatwa MUI," sambungnya.

Pada acara tersebut hadir Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika (KKH PRG), Bambang Prasetya, Anggota Tim Teknis Keamanan Hayati (KKH PRG), M. Herman, Care IPB, Dahri Tanjung dan Kelompok Tani Nasional Andalan (KTNA), Zulharman.

KEYWORD :

Produk Biotek IndoBIC Semeo Biotrop




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :