Sabtu, 18/05/2024 13:35 WIB

Gus Muhaimin: Antisipasi Gejolak Ekonomi, Harus Adaptif Terharap Kultur Baru

Suasana keimanan masyarakat berubah, cara pandang keagamaan berubah, tantangan dakwah juga pasti berubah

Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) saat Muskernas Garda Bangsa. (Foto : Jurnas/Ist).

Jakarta, Jurnas.com – Meningkatnya kasus positif Covid-19 yang diikuti kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat membuat sebagian masyarakat tidak bisa bekerja dengan efektif. Akibatnya, kondisi perekonomian masyarakat tidak stabil.

Wakil Ketua DPR Bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) mengatakan, dalam kondisi pandemi yang serba sulit saat ini, ada beberapa hal yang perlu diantisipasi.

"Akibat pandemi ini pasti ekonomi akan berantakan, pasti ekonomi akan sulit dari logika tahapan-logika pandemi ini. Logika misalnya sekarang PPKM Darurat ini berakibat pada matinya beberapa segmen bisnis tertentu,” kata Gus Muhaimin, Selasa (13/7/2021).

Di sisi lain, recovery ekonomi secara makro juga belum bisa diandalkan. Kalau krisis berubah menjadi resesi, dan kalau resesi berubah menjadi kekalutan ekonomi, maka kita harus waspada.

"Kewaspadaan ini menyangkut bagaimana kita harus bangun solidaritas, bangun kebersamaan, bangun semangat gotong-royong, bahu-membahu, terutama kita pikirkan keluarga kita, kita pikirkan masyarakat kita agar tidak menjadi korban resesi,” tuturnya.

Kedua, kata Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, hal yang harus diantisipasi jika pandemi ini tidak bisa segera diatasi dalam waktu cepat adalah mau tidak mau, pola budaya masyarakat harus ikut berubah. ”Kultur kita harus kita ubah dengan menggunakan cara new normal. Protokol kesehatan yang disiplin, dan juga cara-cara baru,” katanya.

Gus Muhaimin mencontohkan kebiasaan di kalangan Nahdliyin yang biasa mencium tangan para kiai sebagai bentuk penghormatan kepada guru, saat ini harus diubah. ”Kepada para kiai yang sudah sepuh, saya kira tidak usah dicium tangannya dulu. Salaman cukup di dada supaya beliau-beliau ini kita jaga. Kita cinta beliau, ingin cium beliau, ingin bersalaman dengan beliau, tetapi untuk sementara waktu sebelum pandemi ini berakhir, kita ubah tradisi untuk mengantisipasi,” urainya.

Hal ketiga, kata cucu salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Bisri Syansuri ini, melalu tradisi dan kultur baru, saat ini para kiai dan ulama juga menghadapi perjuangan agama yang berbeda keadaannya.

"Suasana keimanan masyarakat juga berubah, cara pandang keagamaan juga berubah, tantangan dakwah kita juga pasti berubah. Ini membutuhkan keseriusan kita,” tuturnya.

Karena itu, Gus Muhaimin berpesan kepada jajaran Dewan Syura PKB untuk menyiapkan langkah dakwah yang benar-benar solutif dan memberikan jalan perbaikan, sekaligus memberikan harapan baru kepada umat Islam di Tanah Air.

"Masih saja sebagian umat Islam belum bisa menerima keadaan pandemi ini. Kemarin saya ketemu beberapa pengurus MUI Pusat, mereka menyampaikan kegelisahannya ada dua kubu kelompok yang sangat keras antara yang tidak percaya Covid-19 dan terus melakukan kampanye. Diisi lain ada yang menganggap MUI hanya berpihak kepada pemerintah, dan pemerintah kehilangan legitimasi, kehilangan kepercayaan,” katanya.

Dalam kondisi kepercayaan masyarakat yang menurun, tutur Gus Muhaimin, peran para tokoh agama menjadi sangat penting untuk mengatasi keadaan yang sulit ini.

KEYWORD :

Gus Muhaimin resesi gejolak ekonomi kultur Covid-19 PKB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :