Rabu, 01/05/2024 06:44 WIB

Analisis

Geliat Ekspor Hasil Pertanian Jelang 4 Tahun Pemerintah Jokowi-JK

Rentetan demi rentetan perjalanan ekspor komoditas pangan hasil petani yang pahlawan sebenarnya itu kian tampak dan semakin dirasakan para petani.

Marihot M Panggabean

Penulis: Marihot Panggabean

Kabag Humas Kementerian Pertanian

Geliat kinerja ekspor berbagai jenis komoditas strategis hasil pertanian Indonesia terus meningkat selangkah demi selangkah secara positif menjelang 4 tahun Pemerintahan Presiden Jokowi-JK. Sebagai buah tangan dingin jajaran Pemerintahan Kabinet Kerja Presiden Jokowi- JK, terutama Kementerian Pertanian  dan kerja sama dengan instansi terkait lainnya untuk mensejahterakan petani dan mengentaskan kemiskinan pada umumnya. Di mana, semakin ke sini, semakin kerja keras selama lebih 3 tahun ini, semakin berbuah manis.

Rentetan demi rentetan perjalanan ekspor komoditas pangan hasil petani yang pahlawan sebenarnya itu kian tampak dan semakin dirasakan para petani dan masyarakat pada Indonesia umumnya, tatkala Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman kian gencar melepas ekspor. Semisal ekspor perdana beras sebanyak 10 ton dari Merauke ke Papua Nugini, Senin (13/2) ke Papua Nugini.

Bahwa jelas sudah, kemajuan pembangunan sektor pertanian di Merauke ini sesuai dengan nafas dari Nawacita Pemerintahan Presiden Jokowi-JK, yaitu membangun dari daerah pinggiran kemudian menuju ke tengah. Dan program ini menggairah para petani ke ladang.

Dalam pelepasan ekspor perdana sebanyak 1 truk Beras Premium tersebut, Amran berbangga karena ini merupakan sejarah baru sejak 72 tahun Indonesia merdeka. Selama ini beras untuk kebutuhan di Papua diambil dari provinsi lain. Biaya beras mahal lantaran biaya angkutan ditanggung masyarakat.

Produktivitas petani Merauke ini menunjukkan keberhasilan penggunaan teknologi pertanian. Biaya produksi padi turun 60 persen dari yang tadinya 3 juta rupiah per hektar ditekan menjadi 1,1 juta per hektar. Harga beras yang diekspor tersebut sangat efisien bagi Papua Nugini, karena separuh harga beras impor dari Filipina, Thailand dan Vietnam. Ekspor tersebut ditargetkan mencapai 10 ribu ton pada panen musim hujan 2017.

Ekspor yang dilakukan dari Papua bukanlah satu-satunya, sebab hasil yang baik dari program lumbung pangan perbatasan juga dirasakan petani di Kabupaten Senggau, Kalimantan Barat. Beras premium sebanyak 25 ton berhasil diberangkatkan ke Malaysia pada Oktober 2017, sekaligus menepis keraguan sejumlah pihak yang mengatakan Pemerintah Indonesia akan kesulitan melakukan ekspor beras ke Malaysia lantaran harga Beras dalam negeri terlalu mahal

Tak hanya wilayah perbatasan, keberhasilan Swasembada Beras juga menapaki jejaknya di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Beras organik sebanyak 771.981 ton mampu menyuplai kebutuhan berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Italia, Belgia, hingga Jerman. Januari 2018 lalu, 11 ton beras merah hasil budidaya petani organik di Bali, juga melakukan ekspor perdananya ke Amerika Serikat melalui Pelabuhan Laut Tanjung Perak, Surabaya.

Selain daerah tersebut, Kabupaten Nunukan, Kakbar tak mau ketinggalan. Daerah ini berhasil Ekspor Beras Organik dari Krayan, bersertifikat dari Kemenkum Ham ke Malaysia 11.900 ton per tahun ke negara jiran Malaysia.

Sederet ekspor beras yang dilakukan Indonesia ini merupakan bukti keseriusan Kementerian Pertanian untuk mencapai visi swasembada pangan, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Melalui berbagai program untuk peningkatan produktivitas pertanian, modernisasi pertanian, dan skema kesejahteraan petani terus didorong untuk mencapai hasil yang maksimal.

Jagung:

Sejarah telah menoreh tinta emas karena sejak dulu Indonesia dikenal Impor dan ImporJjagung. Ironi memang lahan yang luas dan subur Indonesia impor jagung yang mudah tumbuhnya. Sejarah juga mencatat bahwa terakhir Indonesia Impor Jagung 3,6 juta ton (memilukan) dan kini bangsa Indonesia bisa berbangga, khususnya petani karena kita ekspor jagung ke Filipina. Bulan Februari 57.650 ton dari target 100.000 ton dari Gorontalo dan Awal Maret Indonesia kembali ekspor sebanyak 6700 ton dari target 60.000 ton Jagung dari Sulawesi Selatan tepatnya dari pelabuhan Soeta. Melalui ekspor ini diharapkan kesejahteraan petani meningkat karena harga akan tetap terjaga (HPP Jagung Rp. 3150) dan di tingkat petani bisa lebih tinggi lagi, jika harga jatuh akan dibeli Bulog sesuai HPP.

Sebagai catatan, Januari – Agustus 2017, tercatat volume ekspor ke negara tetangga mencapai 1.782 ton. Disusul dari Pelabuhan Ekspor Soeta, Makassar (Sulsel), ke Philipina 60.000, ton. Dari Sumbawa NTT sebanyak 15.000 Ton. Tercatat tren terbesar ekspor Jagung Indonesia dari daerah Gorontalo sebanyak 57000 ton, dan juga perdagangan antar pulau antar Petani Jagung Gorontalo sebanyak 10.015 ton ke Banten dan Surabaya. Dan sebelumnya pada tahun 2015, Gorontalo ekspor Jagung 250.000 ton ke Filipina.

Ekspor Bawang Merah:

Brebes, Jawa Tengah, 18 Agustus, 500 ton. Surabaya, Jawa Timur, 28 Agustus, 247,5 ton ke Singapura. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), 12 Oktober, ke Timor Leste 30 ton dari target 200 ton. Cirebon, Jabar, per 29 Juli-11 Oktober 2017 mencapai 1.151 ton ke Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura. Tanjung Perak Surabaya, Jatim, 1.731 ton ke Malaysia, Thailand, Singapura, dan Vietnam. 30 Ton Bawang Merah Organik Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) memasuki pasar eksport ke Timor Leste, Kamis (12/10/2017).

Dari daerah Sulawesi Selatan yakni sebanyak 90 Ton Bawang Merah Enrekang terbang ke Vietnam. Juga disusul ekspor 9 kontainer (247,5 ton) dengan nilai mencapai USD 436.500 atau setara dengan Rp4,7 milyar dari Surabaya ke Thailand dan Singapura. Sementara itu berdasarkan data BPS, Indonesia sejak Januari -Juli 2017 Indonesia telah mengekspor Bawang Merah ke beberapa negara sahabat. Volumenya mencapai 657,3 ton. Sebelumnya, di tahun 2016 BOS menunjukkan total ekspor Bawang Merah 735,7 ton dan tidak ada impor (NOL). Negara tujuan ekspor Bawang Merah Indonesia terbanyak ke Thailand, Vietnam, Taiwan, Malaysia, Singapura, Timor Leste dan negara lainnya. Pada 2014 hanya 4.439 ton, tahun 2015 Januari-November 2015 sebesar 8.323 ton atau naik 93% dibandingkan periode yang sama tahun 2014.

Ekspor Buah:

Selain beras, Indonesia juga mendorong ekspor komoditas lain termasuk buah. Jawa Barat misalnya telah mengekspor manggis dengan kuantitas yang cukup besar setiap tahunnya, yakni mencapai rata-rata 2.000 ton. Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian mencatat sejak keran ekspor Manggis dibuka pada 11 Desember 2017 silam, harganya meningkat tajam beberapa kali lipat dari yang sebelumnya Rp.5.000-Rp.8.000 per kilogram, kini sudah mencapai Rp.30.000 per kilogram. Menjadi insentif dan menciptakan nilai tambah bagi petani di beberapa sentra manggis baik di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara Barat. Pasar manggis dari Indonesia cukup besar termasuk di dalamnya Tiongkok, Thailand, Malaysia, Vietnam, Uni Emirat Arab, Perancis, Belanda, Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Hong Kong.

Selain Manggis, Kementerian Pertanian juga tengah mendorong ekspor buah nanas dan buah naga ke Tiongkok mengingat ada permintaan cukup besar pada komoditas tersebut. Peluang ekspor semakin besar karena tidak ada batasan kuota yang ditetapkan.

Kementerian Pertanian berharap permintaan Tiongkok tersebut akan menambah segmentasi pasar ekspor sebesar 10 persen, khususnya pada produk pertanian dan pangan bisa terpenuhi. Permintaan itu disampaikan karena Tiongkok juga tengah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi pangan masyarakatnya. Dorongan ini juga dilakukan dengan menginisiasi program in line inspection karantina, yakni kesatuan sistem pengawasan dari hulu hingga hilir meliputi penilaian benih unggul, teknik budi daya yang baik (Good Agricultural Practice) dan penanganan pasca panen yang baik (Good Handling Practice) guna mencegah adanya cemaran hama penyakit sejak dari kebun.

Untuk mendorong ekspor, Indonesia juga meningkatkan pertemuan dengan negara negara besar/tetangga seperti pertemuan Indonesia-Australia khusus kelompok kerja pertanian, pangan dan kehutanan (Working Group on Agriculture, Food and Forestry Cooperation, WGAFFC) ke-21 tanggal 14-15 Februari 2018 yang lalu di Meulbourne. Juga melakukan pertukaran e-Cert RI-Australia Percepat Urusan Dokumen.

Peningkatan akses pasar buah segar Indonesia ke Australia antara lain Mangga dan Buah Naga menjadi agenda pertemuan dan berhasil mencapai kata sepakat. Untuk menjamin kualitas ekspor, Indonesia telah memanfaatkan teknologi iradiasi untuk menjamin kesehatan mangga yang di ekspor ke Australia dan Indonesia akan menerima benih kentang dari South Australia dan Victoria.

Selain mangga dan manggis, Indonesia juga telah melakukan ekspor perdana salak pondoh sebanyak 100 kg atau 0,1 ton ke Selandia Baru. Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian telah melakukan fasilitasi dan negosiasi dengan Ministry of Primary Industry (MPI) New Zealand untuk mendapatkan akses pasar salak ke Selandia Baru. Penyiapan kebun registrasi sudah dilakukan untuk mendorong hal tersebut, selain juga rumah kemas (packing house) registrasi, prosedur pelayanan sertifikasi phyosanitary, serta audit lapangan oleh Tim Ahli MPI Selandia Baru, hingga akhirnya dikeluarkan Import Health Standard (IHS): Fresh Salacca for Human Consumption pada tanggal 9 Juni 2017 yang lalu.

Di sektor perkebunan provinsi Sulawesi Utara juga telah mengekspor komoditas pala ke Amerika Serikat (AS) sejak Mei 2016 dan permintaan komoditas ini cukup tinggi dari negara Paman Sam. Produk turunan pala yang diekspor ke AS yakni biji pala dan bunga pala. Dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara biji pala yang diekspor ke AS sebanyak tujuh ton dan mampu menghasilkan devisa sebesar USD37.800. Kemudian bunga pala yang diekspor ke AS sebanyak lima ton dengan sumbangan devisa sebesar USD53.000.

Dalam hal ini pemerintah masih terus mendorong ekspor bahan-bahan pangan dari wilayah perbatasan sebagai perwujudan visi membangun Indonesia dari daerah terdepan dan terluar nusantara.

Sektor Peternakan:

Sektor peternakan tidak ketinggalan dari komoditas lain, ekspor perdana Daging Sapi Wagyu produksi Indonesia ke Myanmar telah dilakukan pada Rabu (7/2). Kementerian Pertanian berharap, kelangsungan ekspor akan mampu membuka pasar internasional, khususnya komoditas pertanian.

Saat ini Indonesia telah mampu membuka pasar ke negara lain. Dan ini bukan hal mudah mendapatkan persetujuan dari negara calon pengimpor. Sebab, daging sapi hidup harus berasal dari peternakan yang telah menerapkan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan.

Selain itu, peternakan tersebut harus mendapatkan jaminan kemanan pangan berupa Sertifikat Veteriner yang diterbitkan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner.

“Kita berharap agar ekspor Daging Wagyu tidak hanya ke Myanmar saja, tapi juga menembus negara lain. Menyusul keberhasilan Indonesia mengekspor telur ayam tetas dan susu ke Myanmar serta daging ayam olahan ke PNG,” ucap Ketut.

Saat ini pemerintah juga kembali membuka keran ekspor produk Ayam Olahan Indonesia setelah vakum sejak 2003, menyusul merebaknya wabah Flu Burung atau Avian Influenza di Tanah Air. Untuk tahap awal, Indonesia beberapa waktu lalu mengekspor produk ayam ke negara tetangga, Papua Nugini.

Ekspor perdana produk ayam ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Karantina Indonesia dan Papua Nugini, terkait dengan protokol tindakan karantina pemasukan dan pengeluaran produk pangan dan pertanian ke dua negara tersebut.

5.999,25 kilogram (kg) dalam 1.000 karton milik PT Charoen Pokphand Indonesia, telah dikapalkan ke negara tujuan. Setelah Badan Karantina Pertanian, selaku penjamin kesehatan dan keamanan produk hewan ini, melakukan berbagai pemeriksaan fisik dan tindakan karantina lainnya, sesuai persyaratan yang diminta negara tujuan.

Hal lain yang membanggakan juga adalah Kementan sejak 2016 mampu mendorong ekspor telur ayam tetas ke Myanmar sebesar 450,128 ton. Selain itu, ekspor sarang walet sebesar 19,39 ton dengan nilai 7,5 miliar dollar AS telah masuk ke Tiongkok. Begitu pula ekspor ayam beku asal Indonesia telah mendapat persetujuan khususnya standar sanitary and phytosanitary (SPS) dari negara Jepang dan Korea Selatan.

Bahkan, telah mengekspor bawang merah hingga ke enam negara, di antaranya Timor Leste, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei.

Apa yang telah dicapai Kementerian Pertanian ini telah diapresiasi oleh FAO yang disampaikan oleh Asisten Dirjen Food and Agriculture Organization kepala FAO Regional Bangkok Kundhavi Kadiresan.

Pemerintahan Presiden Jokowi-JK sejak dan hingga memasuki tahun ke empat pemerintahan Kabinet Kerja, Indonesia terus bergegas, menyingsingkan lengan bajunya untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian, meningkatkan kesejahteraan jutaan petani, mengentaskan kemiskinan, mendorong pertumbuhan nilai dan volune ekspor komoditas unggulan nasional.

Bahwa Indonesia pada tahun 2045 diproyeksikan akan menjadi lumbung pangan dunia. Semoga apa yang telah digagas oleh Andi Amran Sulaiman dapat tercapai.

KEYWORD :

Kementan Ekspor Komoditas Strategis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :