Sabtu, 18/05/2024 10:35 WIB

Hilirisasi Nikel Dianggap Rugikan RI, NasDem: Dinikmati Asing

Pasalnya, mayoritas investor nikel merupakan perusahaan asing dari China.

Ilustrasi - Biji Nikel siap ekspor. (Foto istimewa)

Jakarta, Jurnas.com - Ketua DPP Partai NasDem, Lusyani Suwandi, menilai hilirisasi nikel di dalam negeri justru merugikan Indonesia. Pasalnya, mayoritas investor nikel merupakan perusahaan asing dari China.

"Karena itu, nilai tambah industri smelter dinikmati oleh pihak asing," tegas Lusyani, baru-baru ini.

Lusyani menjelaskan, China adalah salah satu negara yang tidak menginginkan atau membatasi perusahaan smelter beroperasi di negaranya untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

Hal itu dilakukan, meskipun mereka sangat membutuhkan nikel untuk bahan baku industri baterai dan kendaraan listrik yang sedang booming.

"Nah, untuk mengatasi kondisi dilematis itu, perusahaan-perusahaan China mencari peluang investasi smelter diluar negeri, utamanya di negara penghasil nikel seperti Indonesia. Upaya ini didukung penuh oleh pemerintah China, bahkan difasilitasi demi menjamin kebutuhan nikel di dalam negeri China," papar Lusyani.

Karena itu, sambung Lusyani, China menyambut kebijakan hilirisasi di Indonesia dengan gembira.

"Itu menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi `industri kotor` pencemaran lingkungan, yakni smelter nikel," ujar Lusyani.

Lusyani melanjutkan, industri smelter nikel yang dinikmati China mencemari lingkungan sangat serius. Lingkungan yang dicemari adalah udara, tanah, dan air yang akan terkontaminasi logam dan zat kimia beracun.

"Itu sangat berbahaya bagi manusia dan makluk hidup lainnya," tegas dia.

"Sebagai negara penghasil nikel, Indonesia memang tak bisa hindari pembangunan smelter, tetapi seharusnya dilakukan oleh perusahaan lokal dan diikuti oleh pembangunan industri baterai dan kendaraan listrik," imbuh dia.

KEYWORD :

Hilirisasi Nikel China NasDem Smelter




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :