Jum'at, 17/05/2024 04:58 WIB

Sumbar Perkaya Kurikulum Merdeka dengan Budaya Lokal

Penyusunan melibatkan berbagai kalangan, mulai dari tokoh adat, tokoh agama, dan guru-guru yang memahami soal adat.

Siswa-siswi SMAN 1 Koto XI Tarusan belajar via ponsol (Foto: Muti/Jurnas.com)

Padang, Jurnas.com - Kurikulum Merdeka yang dilahirkan di era Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) pada 2022 lalu, sudah marak diterapkan di berbagai satuan pendidikan di Sumatera Barat (Sumbar).

Namun, implementasi Kurikulum Merdeka di provinsi tempat asal Suku Minang ini punya ciri khas, yakni memasukkan unsur-unsur kebudayaan lokal, dengan tujuan supaya adat dan budaya lokal tidak lekang oleh perubahan zaman.

Demikian disampaikan Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, Suindra, saat ditemui di sela-sela Presstour Kemdikbudristek pekan ini.

"Gubernur sudah menginstruksikan melalui Pergub Nomor 36 Tahun 2022 untuk memperkaya Kurikulum Merdeka dengan muatan lokal, salah satunya filosofi budaya Minangkabau yakni Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah," terang Suindra.

Untuk menyusun penyisipan budaya lokal tersebut, lanjut Suindra, pemerintah provinsi melibatkan berbagai kalangan, mulai dari tokoh adat, tokoh agama, dan guru-guru yang memahami soal adat.

"Pergub sudah ada, silabus sudah ada. Kami selanjutnya akan cetak buku pedoman pembelajaran muatan lokal. Kami akan pandu bagaimana agar adat dan budaya itu tidak melenceng," imbuh dia.

Salah satu satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka ialah SMA Negeri 1 Koto XI Tarusan, Pesisir Selatan. Kepala SMAN 1 Koto XI Tarusan, Yepi Herpanda menuturkan sejak diterapkan pada tahun ajaran 2022/2023, Kurikulum Merdeka membawa dampak positif terhadap pembelajaran, yakni tidak hanya berpusat pada guru melainkan melibatkan partisipasi siswa.

"Dampak bagi anak-anak terlihat ketika mereka mulai analisis permasalahan di lingkungannya melalui kegiatan P-5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Siswa melihat masalah plastik di sekolah, kemudian memberikan solusi kepada sekolah," kata Yepi.

"Mereka minta sekolah menyediakan air galon setiap kelas. Kami berkoitmen membawa botol minuman dari rumah. Kami buat deklarasi dan ini sangat membantu sekali, sehingga sampah botol plastik sangat berkurang di sekolah," sambung dia.

Aditya dan Rani, dua siswa SMAN 1 Koto XI Tarusan menyebut terdapat sejumlah perubahan yang mereka sukai dari Kurikulum Merdeka dibandingkan kurikulum sebelumnya. Yakni, siswa memiliki porsi mencari bahan pembelajaran lebih besar. Sedangkan guru hanya sebatas memberikan materi dasar.

"Kalau di Kurikulum 2013 itu kan guru mengajar hanya bawa buku, sejak adanya Kurikulum Merdeka ini guru mengajar dengan berbagai versi. Kadang menggunakan media komputer, atau ponsel," tutur Aditya.

Pembelajaran berdiferensiasi juga menarik bagi Rani. Kini, dia bebas memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Kebutuhan ini tidak pernah diakomodasi sebelumnya.

"Sekarang kalau setelah mata pelajaran wajib ada namanya moving class. Jadi kita sendiri pilih kelas kayak orang kuliah. Seru sih bisa ketemu temen-temen baru," ungkap Rani.

KEYWORD :

Kurikulum Merdeka Kemdikbudristek Sumatera Barat Budaya Lokal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :