Jum'at, 03/05/2024 21:44 WIB

Survei Membuktikan, Aplikasi Daring jadi Saluran Hoax Terbanyak

Mayoritas responden, menyatakan bahwa 90,30 persen responden yang menjawab hoax adalah berita bohong yang disengaja.

Ilustrasi

Jakarta - Sebuah survei yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), mengungkap bahwa sebesar 91,8 persen responden sering menerima hoax dari media sosial. Sementara itu, sejumlah 62,8 persen menyebut bahwa aplikasi daring seperti Line, Whatssap atau Telgeram adalah saluran hoax terbanyak.

Hasil survei Mastel itu dirilis pada Senin (13/2), dengan responden sebanyak 1.116 orang. Dari 1.116 responden yang disurvei tersebut, kelompok umur 25-20 tahun sebanyak 47,8 persen, di atas 40 tahun sebanyak 25,7 persen, 16-19 tahun 7,7 persen dan 15 tahun 0,4 persen. survei yang dilakukan kali ini menggunakan jawaban multiple choices, dan responden boleh memilih lebih dari satu jawaban.

Mayoritas responden, menyatakan bahwa 90,30 persen responden yang menjawab hoax adalah berita bohong yang disengaja. Sejumlah 61,6 persen menyatakan bahwa hoax adalah berita yang menghasut, 59 persen menyatakan berita yang tidak akurat 14 persen menjawab hoax sebagai berita ramalan atau fiksi ilmiah, sementara itu ada 12 persen responden yang menyatakan hoax adalah berita yang menyudutkan pemerintah dan tiga persen menjawab berita yang tidak saya sukai.

Meski begitu, Ketua Umum Mastel, Kristiono, menyatakan bahwa berdasarkan survei tersebut hanya ada satu persen responden yang langsung meneruskan berita hoax seputar isu sosial politik tanpa memperhatikan ketidakjelasan sumber berita.

"Hasil survei tersebut menunjukan masyarakat cukup kritis terhadap isu hoax," jelas Kristiono di Jakarta pada Senin (13/2).

Responden juga berpendapat soal media mainstream. Berdasarkan survei itu, sebanyak 34,90 persen responden menilai situs menjadi salah satu penyebar hoax, televisi 8,70 persen, media cetak 5 persen, email 3,1 persen dan radio 1,2 persen.

"Walau berita hoax sengaja dibuat untuk pengaruhi publik dan kian marak lantaran faktor simultan, seperti isu sosial politik dan SARA, namun penerima hoax cukup kritis karena mereka telah terbiasa untuk memeriksa kebenaran berita. ini artinya sudah bagus, tinggal bagaimana mencegah silent majority (mayoritas yang diam) berpindah ke haters (menjadi pembenci)," katanya.[]

KEYWORD :

berita hoax masyarakat telematika indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :