Kamis, 16/05/2024 22:43 WIB

Kanal Indonesiana Ikhtiar Bersama Jaga Budaya Nusantara

Layaknya sebuah etalase, kanal Indonesiana bisa menjadi wadah bersama seluruh UPT kebudayaan untuk menampilkan warna-warni kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal dalam satu platform.

Tampilan Kanal Indonesiana (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Sporadis. Demikian kata yang pas menurut Pamong Budaya Ahli Pertama Museum Kebangkitan Nasional, Juniawan Dahlan, mengenai upaya pelestarian kebudayaan Indonesia melalui platform digital, jauh-jauh hari sebelum pemerintah meluncurkan sebuah platform bernama kanal Indonesiana.

Berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dari Sabang sampai Merauke, setahu Juniawan, hanya aktif memproduksi konten baik berupa film dokumenter maupun animasi demi kepentingan instansi dan bersifat lokal.

"Kami juga beberapa kali membuat film animasi, tokoh-tokoh pahlawan di masa kebangkitan nasional. Tapi mungkin masih sporadis, karena kami hanya untuk kepentingan kami sendiri," kata Juniawan saat dihubungi Jurnas.com pada Senin (12/12).

"Begitu juga yang terjadi di UPT lain. Misalnya mereka bikin cerita tentang benda-benda budaya, tapi itu untuk kepentingan terbatas," imbuh pria yang akrab disapa Juju tersebut.

Juju meyakini bahwa masing-masing UPT memiliki ciri khas dan karakteristik kebudayaan yang unik dan menarik untuk disajikan kepada masyarakat luas. Apalagi, saat ini sudah gandrung berbagai platform digital, yang memudahkan persebaran beraneka konten kebudayaan.

Dia mengambil contoh layanan over the top (OTT) yang kini bisa memanjakan pengguna berdasarkan konten yang diinginkan, hanya dengan memasukkan judul di kolom pencarian. Menurut dia, seharusnya konten-konten budaya Nusantara juga memiliki kemudahan semacam itu untuk diakses.

"Sekarang orang menonton lebih on demand (sesuai permintaan). Bukan seperti TV," ujar Juju.

Keresahan inilah yang membuat Juju sangat antusias ketika Kemdikbudristek meluncurkan kanal Indonesiana pada Episode ke-13 Merdeka Belajar. Menurut dia, kanal Indonesiana bisa menjadi platform menarik untuk mendekatkan masyarakat dengan berbagai kebudayaan di Tanah Air.

Layaknya sebuah etalase, kanal Indonesiana bisa menjadi wadah bersama seluruh UPT kebudayaan untuk menampilkan warna-warni kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal dalam satu platform.

"Katakanlah UPT di Sumatera, mereka akan mengangkat nilai-nilai Sumatera. Kalau kita kumpulkan, kita bisa punya konten beragam dan punya nilai yang beraneka ragam," tutur dia.

Museum Kebangkitan Nasional, secara khusus, baru-baru ini meluncurkan lima konten di kanal Indonesia. Tiga konten berupa film dokumenter, sedangkan dua lainnya drama fiksi.

Untuk film dokumenter, lanjut Juju, pihaknya mengangkat tiga tokoh di bidang olahraga, perfilman, dan musik. Ketiganya ialah atlet paralympic Ni Nengah Widiasih, sineas Jamaluddin Phona, dan musikus kawakan Kahi Ata Ratu. Meski nama-nama tersebut kurang dikenal publik, namun kisah mereka inspiratif dan mampu membangkitkan semangat keindonesiaan.

Juju memberikan sedikit gambaran mengenai Jamaluddin Phona. Sebagai seorang sineas yang berkiprah di Aceh, perjuangan Jamaluddin tidak mudah, karena harus menghadapi kenyataan tidak ada bioskop di Kota Serambi Mekah, buntut dari penerapan hukum syariat.

Dengan semangat pantang menyerah, Jamaluddin menciptakan bioskopnya sendiri, untuk menampilkan berbagai karyanya mulai dari film berisi konflik sosial, kritik, budaya, hingga realitas seputar Aceh.

"Jamaluddin Phona ini ingin memperkenalkan bahwa dengan sineas orang bisa berkarya. Dan untuk panggung bioskop buatannya itu, Jamaluddin meminta bantuan polisi syariah agar penonton tetap terbagi antara laki-laki dan perempuan," kata Juju.

Perjuangan berat lainnya juga dirasakan Kahi Ata Ratu. Musikus asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini pernah mendobrak stigma masyarakat tentang larangan bermusik bagi perempuan melalui Jungga, sebuah alat musik tradisional khas Sumba. Usahanya membuahkan hasil, sebab perlahan-lahan stigma tersebut mulai ditinggalkan.

"Dia sudah berkarya sejak usia belasan tahun, sampai sekarang sudah 50-an tahun. Dan dia sendiri sudah menyebarkan pemikirannya, bahwa kesetaraan gender itu harusnya ada. Sehingga banyak perempuan di Sumba untuk bermusik itu kini sudah dibilang longgar," imbuh Juju.

Besar harapan Juju supaya kanal Indonesia dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik, termasuk pelibatan pelaku budaya secara umum. Apalagi, platform digital tersebut dikelola oleh Kemdikbudristek, sehingga diharapkan mampu menyajikan pendidikan dan kebudayaan sekaligus kepada masyarakat Indonesia.

Sementara itu, dalam keterangan terpisah Koordinator Umum Indonesiana.TV, Heni Wiradimaja mengungkapkan kanal Indonesiana yang dapat diakses melalui laman www.indonesiana.tv dan jaringan Indihome saluran 200 (SD) atau 916 (HD), sudah mengoleksi 1.139 judul video, baik berupa film dokumenter, dialog, drama, dan seni pertunjukan. Dalam setahun terakhir, para pelaku dan komunitas budaya direkam dan dikemas oleh rumah produksi untuk ditampilkan di Indonesiana.TV.

"Meskipun untuk keperluan penyiaran jumlah episode yang dimiliki masih terbilang kecil, minat dan rasa kepemilikan bersama atas konten kebudayaan Indonesia yang luar biasa kaya mulai menunjukkan geliatnya," ungkap Heni kepada Jurnas.com.

"Terbukti, selama setahun beroperasi, Indonesiana.TV telah banyak menerima ajakan perluasan distribusi konten," sambung dia.

Kemitraan lintas sektor yang telah terjalin, lanjut Heni, cukup strategis sebab konten-konten kebudayaan di Indonesiana.TV membantu mengisi kebutuhan siaran dari mitra-mitra yang wilayah operasionalnya berada di luar jangkauan jaringan Indihome, maupun belum memiliki koneksi internet yang kuat.

"Selain itu, Indonesiana.TV juga melayani permintaan konten untuk ditayangkan di acara bioskop keliling dan nobar yang dilakukan Pemerintah Kabupaten ataupun komunitas," papar dia.

Heni menambahkan, tahun depan pihaknya berencana menerbitkan modul panduan menonton konten kebudayaan. Modul ini ditujukan kepada peserta didik, guru, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya, yang berisi poin-poin pemantik terjadinya diskusi dalam proses pembelajaran.

"Diharapkan, informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam konten-konten kanal Indonesiana dapat dipahami sesuai konteks dan substansinya oleh generasi muda kita," tutup Heni.

KEYWORD :

Kanal Indonesiana Budaya Kemdikbudristek Museum Kebangkitan Nasional




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :