Kamis, 09/05/2024 03:06 WIB

OPINI

Menyoal Rencana Impor Beras

Menyoal Rencana Impor Beras

Abiyadun, Humas Kementerian Pertanian.

Perberasan saat ini tengah menjadi topik utama diskursus yang sangat hangat. Hal ini menyita segala pikiran dan energi publik. Bagaimana tidak, euforia kinerja perberasan Indonesia masih menggema dan melekat di hati kita. Indonesia berhasil swasembada beras di tengah hantaman pandemi covid 19 yang membuat pertanian dan ekonomi dunia terseok-seok.

Namun, beberapa hari terakhir beredar rencana impor beras dari Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Alasannya, stok beras 2022 di Bulog per 22 November 2022 hanya 594.856 ton. Sementara Bulog harus memiliki Cadagan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 1,2 juta ton.

Bila impor ini dilakukan, maka pencapaian swasembada beras yang berhasil diwujudkan Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) selama tiga tahun berturut-turut menjadi kandas.

Sebenarnya, Indonesia berhasil surplus beras. Hal ini telah dideklarasikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada berbagai kesempatan. Data surplus beras pun bukanlah data sektoral, artinya bukan dirilis oleh kementerian terkait yang mengurus produksi.

Namun demikian, berdasarkan penghitungan dan dikeluarkan BPS sebagai satu-satunya lembaga yang diberi mandat oleh negara untuk mengeluarkan data sebagai satu-satunya acuan resmi, sebagaimana kebijakan satu data Indonesia.

Dalam acara sarasehan 100 ekonom Indonesia, 7 September 2022, Presiden Jokowi mengaku bangga terhadap kinerja sektor pertanian Indonesia yang mampu mewujudkan cita-cita swasembada beras selama tiga tahun berturut-turut, sejak 2019 hingga 2021.

Menurutnya, capaian tersebut tak lepas dari perencanaan yang matang terkait pembangunan infrastruktur seperti embung dan jaringan irigasi. Irigasi di Indonesia yang baru sudah 1,1 juta hektar sehingga Indonesia kemarin mendapatkan penghargaan dari IRRI (International Rice Research Institute) yang menyatakan sistem ketahanan pangan kita baik dan mencapai swasembada beras sejak 2019.

Produksi Beras

Melansir data BPS yang dirilis pada Oktober 2022, total luas panen padi 2022 diperkirakan mencapai 10,61 juta hektar atau naik 1,87 persen dari 2021. Dari luas panen tersebut, diperkirakan total produksi padi mencapai 55,67 juta ton gabah, meningkat 2,31 persen dari 2021. Jika dikonversi, produksi beras diproyeksi mencapai 32,07 juta ton, meningkat 2,29 persen dari produksi tahun lalu.

Sementara data Bulog menyebutkan, saat ini stok beras yang ada di gudang Bulog sebanyak 594.856 ton, terdiri dari 426.573 ton beras CBP dan 168.283 ton beras komersil. Jumlah beras CBP itu masih jauh dari yang ditargetkan pemerintah sebesar 1,2 juta ton. Data BPS dan Bulog ini terlihat dengan jelas perbedaanya.

Oleh karena itu, pihak BPS pun baru-baru ini akhirnya angkat bicara tentang kebenaran data produksi beras yang dikeluarkanya. Pasalnya, menjadi pertanyaan besar publik, apa mungkin BPS sebagai lembaga pemerintah asal-asalan melakukan penghitungan dan mengeluarkan data sehingga data BPS tidak valid.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Muhammad Habibullah mengatakan, terdapat perbedaan penghitungan stok beras antara BPS-Kementan dan Bulog-Bapanas. BPS menghitung berdasarkan data dari produksi gabah atau beras secara nasional dan pada dasarnya tak ada perbedaan terkait data produksi beras karena mengacu pada satu data BPS.

Habibullah menegaskan berdasarkan penghitungan BPS, dengan konsumsi beras nasional sekitar 2,5 juta ton per bulan, maka produksi beras dalam negeri tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional, bahkan surplus.

Sementara itu, Kementerian Pertanian melalui Direktur Serelia Ditjen Tanaman Pangan, Ismail Wahab pada tanggal 18 November 2022 telah menegaskan stok beras nasional dalam kondisi aman hingga akhir tahun mendatang.

Cadangan Beras Nasional totalnya mencapai lebih dari 8 juta ton yang rinciannya tersebar di penggilingan, pedagang dan paling besar di rumah tangga. Luas panen padi tahun ini mencapai 10,61 juta hektar dengan produktivitas rata-rata 5,2 ton per hektare.

Ismail menegaskan data ini bukan data dari Kementerian Pertanian, tapi itu data dari hasil survei BPS Bersama Kementerian Pertanian dan Bapanas kemudian dievaluasi oleh tim pakar statistik dan dirilis BPS sebagai hasil survei cadangan beras nasional.

Penulis menyimpulkan, tentunya tidak diragukan lagi akan ketersediaan beras dalam negeri. Rencana impor beras adalah kebijakan yang keliru, merugikan petani dan mendegradasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Impor beras pun adalah kebijakan yang bertentangan dengan UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. UU ini telah menggariskan bahwa penyelenggaraan pangan harus dilakukan berdasarkan asas kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan (Pasal 2 dan Pasal 3). Penyelenggaraan pangan juga harus diperuntukkan salah satunya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi daya ikan, dan pelaku usaha pangan (Pasal 4 huruf g). Jika impor beras dilakukan, secara langsung berdampak pada anjloknya harga gabah dan beras petani.

Jika rencana impor beras dilakukan, negara semakin nyata menyengsarakan petani. Mengapa? karena panen raya padi tinggal menghitung hari lagi. Tepatnya mulai Januari hingga Maret 2023, petani menyelenggarakan pesta panen padi. Jika memasuki musim panen raya, harga secara otomatis turun. Apabila impor terjadi, petani semakin merana di tengah ancaman krisis dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

Oleh karena itu, optimalisasi serapan beras dalam negeri adalah harga mati. Jika mengacu data BPS bahwa prediksi produksi beras nasional 2022 sebesar 32,07 juta ton, maka penyediaan beras 600 ribu ton untuk memenuhi CBP di Bulog yang totalnya 1,2 juta ton adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Asalkan ada kemauan dan kejujuran kita apakah punya nasionalisme bernegara apa tidak.

Kondisi stok beras di Bulog saat ini yang rendah, bukan karena produksi atau stok beras dalam negeri yang tipis. Permasalahanya adalah kenapa Bulog tidak menyerap dalam jumlah besar pada periode melimpahnya produksi dalam negeri. Data Survei Cadangan Beras Nasional (SCBN) 2022 yang dirilis BPS mencatat stok beras nasional periode 31 Maret 2022 mencapai 9,11 juta ton beras.

Kemudian pada 30 April 2022 meningkat 10,15 juta ton dan stok pada bulan Juni 2022 menjadi 9,71 juta ton. Dengan demikian, serapan beras bukan justru digeber diakhir tahun 2022.

Untuk memperkuat CBP 2022 yang waktunya tinggal beberapa hari lagi, pembelian beras di tingkat petani atau penggilingan harus dengan harga komersil.

Oleh: Abiyadun

Humas Kementerian Pertanian

KEYWORD :

Impor Beras Perum Bulog




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :