Sabtu, 04/05/2024 00:24 WIB

Komoditas Hortikultura Andil Mengerem Inflasi di Indonesia

Komoditas Hortikultura Andil Mengerem Inflasi di Indonesia.

Ilustrasi - Pedagang Cabai di Pasar Tradisional. (Foto istimewa/Jurnas)

JAKARTA, Jurnas.com - Sektor pertanian memberikan adil yang cukup signifikan dalam menekan gejolak inflasi yang terjadi di Indonesia beberapa waktu ini, salah satunya adalah komoditas hortikultura. Komoditas yang dominan memberikan andil dalam menahan lajunya inflasi (deflasi) adalah bawang merah (-0,06 persen); cabai merah (-0,05 persen); tomat (-0,02 persen); dan cabai rawit (-0,02 persen).

Sektor pertanian terbukti sebagai menyumbang angka untuk menekan laju inflasi yang cukup signifikan. Tekanan inflasi kelompok volatile food (VF) menurun pada September 2022, meski tidak sedalam bulan sebelumnya. Kelompok VF mencatatkan penurunan inflasi sebesar 0,79 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2022 yang sebesar 2,90 persen (mtm).

“Penurunan inflasi VF terutama dipengaruhi oleh komoditas bawang merah, aneka cabai, dan minyak goreng. Penurunan harga komoditas pertanian, utamanya cabai dan bawang merah ini karena sudah mulai menghadapi panen raya di bulan November. Harapannya, penurunan harga komoditas cabai dan bawang merah masih terkontrol dan tetap menguntungkan petani hortikultura,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat ditemui di ruangannya, Senin (31/10).

Dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Daerah pada Senin (31/10) secara virtual, Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari menyatakan bahwa ketersediaan pasokan pangan strategis hingga akhir 2022 cukup aman.

“Secara umum, ketersediaan pasokan pangan pada September 2022 terjaga dan secara nasional, ketersediaan pangan strategis selama Januari – Desember 2022 cukup aman,” jelas Retno selaku wakil dari Kementerian Pertanian.

Sejauh ini, nilai inflasi Indonesia masih dalam tahap aman dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika, Turki, Argentina dan beberapa negara lain di Eropa dan Amerika.

“Tingkat inflasi Indonesia pada September 2022 (Y-on-Y) sebesar 5,95 persen. Indonesia saat ini masih bisa mempertahankan tingkat inflasi di bawah 6 persen,” lanjut Retno.

Retno menambahkan bahwa, dalam menekan laju inflasi khususnya dari komoditas pertanian, Kementerian Pertanian telah melakukan beberapa strategi baru menghadapi krisis pangan dunia.

“Untuk menghadapi krisis pangan dunia, Kementerian Pertanian telah melakukan beberapa strategi. Pertama, dengan melakukan peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas pengendali inflasi seperti cabai dan bawang merah; serta untuk mengurangi impor seperti kedelai, jagung, gula tebu, dan daging sapi. Kedua, melakukan pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu, sorgum, dan sagu untuk substitusi gandum; domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi, dan terakhir mendorong peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, porang, ayam, dan telur,” terang Retno.

Acara yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri tersebut dipimpin langsung oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian. Dalam sambutannya, Tito mengatakan bahwa rakor ini bertujuan untuk membahas langkah konkret pengendalian inflasi di daerah sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden RI.

Tito mendorong semua Kementerian/Lembaga dan Kepala Daerah kabupaten/kota saling bahu-membahu untuk menjadikan isu inflasi ini sebagai fokus utama.

Menurut Tito, tingginya inflasi dunia dipengaruhi oleh pembatasan sosial akibat Covid-19 yang memicu terjadinya keterbatasan suplai barang serta kelangkaan komoditas ditambah konflik Rusia-Ukraina membuat harga komoditas energi melambung, dan turut menaikkan harga pangan hingga produk industri.

Perang ini, kata dia, berimbas pada situasi ekonomi dunia dan juga keadaan keuangan dunia, sehingga banyak negara yang menahan pangannya masing-masing untuk kepentingan rakyatnya.

Tito juga meminta seluruh kepala daerah dan jajarannya di Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk memonitor harga bahan pokok di pasar setiap hari. "Kepada Kepala Daerah, jangan ragu-ragu menggunakan instrument keuangan APBD, di samping mengaktifkan satgas pangan dan TAPD masing-masing," tegas Tito.

Senada dengan Tito, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono membeberkan sejalan dengan inflasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, maka ditetapkan 20 komoditas pangan terpilih yang dijadikan patokan kinerja pengendalian inflasi TPIP dan TPID.

“Kita perlu berkonsentrasi pada 20 komoditas pangan yang trennya naik seperti beras dan bawang di beberapa daerah dan ini bisa menjadi catatan kita sebagai data mingguan dalam pencegahan inflasi,” jelasnya.

Margo menambahkan inflasi bahan makanan perlu menjadi perhatian lebih. "Komoditas cabai merah dan bawang merah, kedelai, tahu dan tempe perlu dipantau perkembangan harganya agar di bulan berikutnya tidak memberikan dorongan inflasi," tutup Margo.

KEYWORD :

Komoditas Hortikultura Prihasto Setyanto Inflasi di Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :