Minggu, 28/04/2024 17:34 WIB

PBNU Nilai Pemerintah Gagap Hadapi Radikalisme

Said menyatakan Moderatisme dan toleransi digempur setiap hari oleh tayangan dan konten radikal yang begitu mudah disebar dan viral di media sosial.

Polisi berjaga di lokasi penemuan bom di Tangerang Selatan.

Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Sirodj mengkritik pemerintah gagap membangun narasi tanding (counter naratif) hadapi radikalisme di Indonesia. Sehingga, radikalisme tumbuh subur di dunia maya.

"Moderatisme dan toleransi digempur setiap hari oleh tayangan dan konten radikal yang begitu mudah disebar dan viral di media sosial," ujar Said di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (30/12/2016).

PBNU, kata Said, mengimbau kepada netizen untuk bijak dan arif dalam menggunakan media sosial sebagai arena berbagi ilmu dan kebaikan. Bukan sebaliknya dengan menjadikan wahana penyebaran fitnah dan kontes permusuhan. 

"Gerakan digital literacy (melek digital) perlu digalakkan, termasuk melalui instrumen pendidikan formal, agar dunia maya berfungsi konstruktif sebagai agen kohesi sosial," ungkapnya.

Lebih lanjut said menyampaikan fundamentalisme pasar telah memperalat demokrasi sebagai sistem yang melayani kepentingan modal.

"Demokrasi berubah menjadi demokrasi pasar yang menempatkan modal sebagai tuan, bukan rakyat yang datang ke bilik suara dalam pemilu," ucapnya.

Said mengutarakan rakyat memang telah memilih pemimpin dan wakil-wakil mereka secara langsung, tetapi episentrum kebijakan masih berpusat di tangan pemilik kapital.

"Regulasi dibuat tidak sepenuhnya mengabdi kepada kepentingan rakyat, tetapi kepada pemilik modal. Rakyat tetap di pinggir dan tak berdaya di tengah sumber daya alam yang habis terkikis. Hutan-hutan gundul, flora-fauna rusak, air tercemar limbah, dan suhu bumi naik karena pemanasan global," paparnya.

Said mengingatkan Fundamentalisme pasar telah menyisakan ketimpangan sosial. Ketimpangan, kata dia, langgeng di dalam sistem pasar bebas yang membiarkan konsentrasi kekayaan di tangan segelintir orang yang menguasai aset-aset ekonomi dan alat-alat produksi.

"Di semua negara, radikalisme tumbuh bersemi di tempat yang gagal mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan juga ketimpangan," tukasnya.

KEYWORD :

PBNU KH Said Aqil Sirodj




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :