Sabtu, 18/05/2024 07:40 WIB

Tingkatkan Kompetensi SDM, Kementan Gelar TOT Smart Farming dan Digitalisasi Pertanian

Smart farming adalah sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas.

TOT Smart Farming dan Digitalisasi Pertanian bagi Widyaiswara, Dosen, Guru, dan Penyuluh Pertanian kali ini digelar di Gedung Bina Karakter, Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, Bogor, Selasa (25/1).

CIAWI, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) pertanian guna menggenjot produktivitas dan produksi pertanian yang bernilai jual tinggi hingga ekspor melalui Training Of Trainer (TOT).

TOT Smart Farming dan Digitalisasi Pertanian bagi Widyaiswara, Dosen, Guru, dan Penyuluh Pertanian kali ini digelar di Gedung Bina Karakter, Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, Bogor, Selasa (25/1).

Smart farming adalah sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas sehingga menjadi kunci agar sektor pertanian terus eksis di tengah dampak perubahan iklim dan pandemi COVID-19.

"TOT ini tidak boleh gagal karena memperlihatkan perubahan paradigma dan transformasi pertanian dari cara tradisional ke cara modern melalui smart farming. TOT menjelaskan kalau kita masih seperti dulu, kita tinggal tunggu kematian, tidak bisa menjawab tantangan dan tertinggal dalam kehidupan," kata Syahrul dalam arahannya.

Syahrul mengatakan, smart farming dan digitalisasi pertanian sangat penting karena pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan tantangan besar, seperti bertambahnya jumlah penduduk, keterbatasan lahan dan perubahan iklim.

"Oleh karena itu, hadirnya TOT penting karena membangun pertanian itu tidak boleh berspekulasi. Jika ini terjadi negara akan kekurangan pangan, masyarakat kesulitan mendapatkan pangan. Tapi dengan TOT, bertani tidak harus di lahan luas dan penanganan pertanian dari hulu ke hilir menjadi tepat dan terukur," jelasnya.

Syahrul berharap, smart farming yang masif dapat menarik minat generasi milenial untuk terjun pertanian. Pasalnya, generasi milenial memiliki semangat berinovasi yang tinggi untuk melakukan cara yang baru terhadap penanganan pertanian yang maju, mandiri dan modern.

"Biasanya yang muda-muda itu lebih mudah tertransfer teknologi pertanian modern. Karena terbukti, petani milenial yang kita asistensi rata-rata penghasilanya ada yang puluhan juta, Rp 400 juta dan bahkan ada yang sampai Rp 2 miliar," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, smart farming dan digitalisasi pertanian adalah kunci meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian di tengah perubahan iklim dan hantaman pandemi COVID-19.

"Dalam kondisi perubahan iklim dan kondisi kita yang masih dihantam pandemi COVID-19, produktivitas dan produksi pertanian tidak boleh berkurang. Sebaliknya, harus terus meningkat," kata Dedi.

Dedi mengatakan, smart farming dan digitalisasi pertanian sangat efisien dan signifikan mendongkrak produktivitas dan produksi pertanian lantaran produk bioscience, menerapkan pemupukan berimbang, menggunakan varietas berproduksi tinggi, dan mekanisasi pertanian.

Karena itu, Dedi berharap agar implemtansi smart farming dan digitalisasi pertanian menggunakan Internet of Things harus segera dilaksanakan guna meningkatkan agenda intelektual seluruh stakeholder pertanian.

KEYWORD :

Syahru Yasin Limpo Smart Farming Digitalisasi Pertanian BPPSDMP Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :