Minggu, 28/04/2024 21:08 WIB

Soal Dana GARBI, Fahri: PKS Tanpa Logistik

Setiap Ormas yang bakal menjadi Parpol tentu harus memiliki dana yang cukup besar. Tanpa kekuatan finansial yang besar, Ormas diragukan bisa menjadi partai. Lalu bagaimana dengan GARBI?

Wakil Ketua DPr, Fahri Hamzah

Jakarta, Jurnas.com - Setiap organisasi masyarakat (Ormas) yang bakal menjadi partai politik (Parpol) tentu harus memiliki dana yang cukup besar. Tanpa kekuatan finansial yang besar, Ormas diragukan bisa menjadi partai. Lalu bagaimana dengan Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI)?

Penggagas GARBI, Fahri Hamzah mengatakan, tidak semua Ormas yang menjelma menjadi partai mengandalkan logistik yang besar. Ia mencontohkan, PKS sebagai salah satu partai yang tidak disokong dengan modal yang cukup besar.

"PKS tanpa logistik," tegas Fahri, melalui pesan singkatnya, Rabu (17/7).

Hal itu menanggapi pernyataan pengamat politik Ubedilah Badrun yang juga sebagai kader PKS terkait Ormas yang berubah menjadi parpol tentu harus disokong dana yang cukup besar. Salah satu contohnya, Partai Gerindra, NasDem, Hanura dan Perindo yang dahulunya sebuah ormas dan sukses menjadi partai karena didukung dengan kekuatan finansial yang besar.

Fahri mengatakan, PKS didirikan yang sebelumnya bernama Partai Keadilan hanya bermodal ide dan gagasan. Menurutnya, PKS berdiri pada 20 April 1998 yang berawal dari gerakan aktivitas dakwah Islam sejak 1980-an.

"Sebab dulu kami dirikan partai tanpa tokoh. Sehabis demo, saya langsung jadi deklarator. Jadi menjual ide itu yang penting. Nah, kita punya ide-nya. Buat apa tokoh tanpa ide?" kata Fahri.

Terkait keberadaan GARBI, kata Fahri, merupakan bentuk kegelisahan kolektif atas kondisi bangsa Indonesia saat ini. Dimana, kegelisahan tersebut dalam hal krisis pemahaman konstitusi, demokrasi, dan reformasi.

"Selain itu, kegelisahan karena para pemimpin tidak memiliki pengetahuan yang cukup arti demokrasi dan transisi," tegas Wakil Ketua DPR itu.

Selain itu, lanjut Fahri, krisis kepemimpinan nasional juga menjadi hal yang disoroti. Sebab, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan memadai bagi kebangkitan rakyat.

"Kita ingin Indonesia keluar dari transisi, terbang bagai rajawali melanglang buana mencakar bumi sehingga menjadi bangsa besar seperti negara lain yang pendapatan perkapitanya jauh dari kita," demikian Fahri.

Diketahui, keberadaan GARBI merupakan perpecahan dari PKS. Namun, keberadaan GARBI yang digagas oleh mantan kader PKS Fahri Hamzah dinilai tak akan mampu menggembosi barisan pemilih PKS.

Badrun mengatakan, ketokohan Fahri dan eks Presiden PKS Anis Matta yang merupakan punggawa GARBI dinilai gagal menggerus barisan massa yang memilih PKS di Pemilu 2019.

Ketika Pileg 2014, kata Badrun, PKS di bawah kepemimpinan Anis Matta hanya mendapat suara sekira 8 juta suara. Sementara, saat Sohibul Iman memimpin partai, perolehan suara PKS justru bertambah menjadi 11,5 juta suara di Pileg 2019.

Selain itu, menurutnya, pendirian partai juga dinilai membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dimana, tokoh-tokoh yang tergabung di dalam GARBI seperti Fahri Hamzah, Anis Matta dan Mahfudz Sidik disebut bukan merupakan politisi yang memiliki keuangan yang cukup besar.

"Mereka akan tertatih-tatih, kecuali ada pemodal besar yang membiayai mereka. Jadi, Garbi menjadi partai itu dimungkinkan ditafsirkan ada pemodal besar di belakangnya," katanya.

KEYWORD :

Ormas GARBI Partai Politik Fahri Hamzah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :