Jum'at, 19/04/2024 08:59 WIB

Buruknya Menajemen Penyelenggara Pemilu Jadi Sumber Masalah

Karyono mendesak Bawaslu harus mengungkap kasus yang terjadi di luar negeri, baik kasus dugaan surat suara dicoblos maupun persoslan WNI yang tak dapat menyalurkan hak politiknya.

Karyono Wibowo saat pemaparan analisis soal pemilu

Sumber Masalah Pemilu Karena Menajemen Penyelenggara Pemilu

 

Jakarta, Jurnas.com - Pengamat politik senior, Muhammad AS Hikam mengatakan sumber persoalan yang menghambat kesuksesan Pemilu 2019 karena pelaksanaan manajemen Komisi Pemilihan Umum (KPU).

 

"Ada peraturan KPU yang tidak jelas sehingga diterjemahkan secara berbeda-beda," kata AS Hikam saat diskusi bertajuk "Evaluasi Pelaksanaan Kampanye Dalam Mewujudkan Pemilu 2019 Yang Aman, Jujur, Adil, Demokratis Dan Bermartabat" di Hotel Rivoli, Jakarta Pusat, Senin (15/4/2019).

AS Hikam menilai, adanya kasus dugaan surat suara dicoblos di Malaysia dan WNI yang tak bisa menggunakan hak pilihnya di Australia, Belanda dan kekacauan pemungutan suara di Jepang menjadi indikasi bahwa manajemen KPU amburadul.

Kendati demikian, AS Hikam mengatakan dirinya belum bisa menegaskan bahwa permasalahan pemilu tersebut sebagai suatu cara negatif atau manipulatif.

"Ini lebih pada persoalan manajemen pelaksanaan atau penyelenggaraan pemilu. Dan ini artinya yang paling bertanggungjawab adalah penyelenggara pemilu baik yang ada di pusat maupun petugas setempat, sebab tidak semua di Luar Negeri itu terjadi. Ada daerah-daerah yang sangat bagus," jelasnya.

Kekacauan manajemen penyelenggara Pemilu yang dimaksud AS Hikam adalah salah satunya formulir A5. Dia mencontohkan eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama yang dipersulit mencoblos di Osaka, Jepang. 

Bagi As Hikam, Ahok itu adalah representasi dari konfusion atau kegalauan, kebingungan menterjemahkan dari masalah itu.

"Beliau sudah 3 bulan sebelumnya sudah mendaftar bahwa akan pindah ke Osaka untuk memilihnya, nomornya aja beliau udah tahu, nomor 8 katanya kan, tapi begitu di sana diharuskan menunggu sampai terakhir," tukas Hikam.

Sementara itu, Direktur Ekskutif Indonesian Publik Institute (IPI) Karyono Wibowo meminta persoalan Pemilu di luar negeri jangan dianggap sepele.

Karyono mendesak Bawaslu harus mengungkap kasus yang terjadi di luar negeri, baik kasus dugaan surat suara dicoblos maupun persoslan WNI yang tak dapat menyalurkan hak politiknya.

"Termasuk yang di Malaysia, kita harus menunggu sikap resmi dari Bawaslu. Tak boleh memelintir bahwa hal itu dilakukan paslon tertentu," jelas Karyono.

Ia juga meminta KPU untuk memastikan setiap warga negara yang memiliki hak suara harus dijamin.

Selain itu, Karyono juga memaparkan pelanggaran-pelanggaran Pemilu yang ditangani Bawaslu. Ada ribuan pelanggaran Pemilu yang belum dituntaskan Bawaslu.

"Sejak kampanye Pemilu ada 6.649 pelaggaran sampai per 12 April 2019 ini. Dari angka itu teridentifikasi menyangkut Pidana 548, administrasi 4.759, kode etik 107, dalam proses 105, hukum 656, bukan pelanggaran 474, politik uang 25, dan sudah inkracht 22," papar Karyono.

Adapun Peneliti Politik LIPI, Irine Hiraswari Gayatri meminta penyelenggara Pemilu bersikap netral dan menjaga independensinya. Dia juga meminta masyarakat kritis terhadap pilihannya.

"Penyelenggara harus melaksanakan mandat ini sebaik-baiknya. Dan pemilih harus kritis terhadap pelihannya. Kalau anda cuma kritis terus tapi tidak memilih ya untuk apa," katanya.

Pengamat Intelijen dan keamanan, Stanislaus Riyanta memaparkan potensi ancaman Pemilu. Potensi ancaman Pemilu cukup rawan jika dia lihat dari sejumlah peristiwa yang terjadi di sejumlah tempat.

Dia mencotohkan adanya kolompok-kolompok radikal, penangkapak teroris di beberapa daerah, penyitaan duit 90 milir di Bandara Soetta.

Kasus lainnya yang dipaparkan Stanislaus, adalah kasus surat suara dicoblos di Malaysia. Menurut dia, ada kejanggalan dalam kasus pencoblosan surat sura di Malaysia tersebut sebab yang mencoblos surat suara di Malaysia diminta untuk meninggal lokasi, sebagaimana video peristiwa itu, beredar.

"Kenapa di Malaysia? Untuk menarik dunia inyernasional. Ini suatu pengkondisian. Peristiwa di Malaysia adalah pengkondisian," sebut dia.

Menurut Stanislaus, Pemilu harus terselenggara sukses. Dia lantas meminta TNI-Polri menjaga potensi ancaman seiring meningkatnya kesadaran politik dan partisipasi masyarakat pada pesta demokrasi lima tahunan ini.

"TNI-Polri harus tegas karena TNI-Polri jadi garda terakhir kita. KPU juga. Yang harus hati-hati basis massa," katanya. pungkas dia. 

KEYWORD :

Pelanggaran pemilu pengamat as hikam karyono




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :