Bermodalkan iuran Rp5.000, KWT yang bernama Mekar Jaya ini mampu memproduksi sayuran segar dari pekarangan rumah.
Petani dan masyarakat tidak ragu memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga, seperti sayur-sayuran, umbi-umbian, buah-buahan, sumber rempah dan bumbu-bumbu dapaur.
Dari diskusi-diskusi kecil dengan penyuluh setempat, Istianah kemudian memulai memanfaatkan pekarangannya untuk tanaman sayuran.
Awalnya karena dorongan dan keinginan hati dari masyarakat sekitar, terutama ibu-ibu dan anak- anak muda yang kemudian bergabung jadi sebuah kelompok, untuk memanfaatkan lahan yang terbatas agar bisa memiliki nilai tambah.
KWT Binama juga sudah memiliki screen house persemaian sendiri dan melakukan pengolahan hasil terhadap sayuran dan tanaman toga yang tidak masuk ke grade pasar modern, menjadi aneka olahan pangan yaitu keripik.
Banyak lahan yang bisa dimanfaatkan. Ada lahan kering, lahan rawa bahkan lahan pekarangan.
Berawal bertanam di pekarangan rumah kemudian berlanjut bertanam diatas saluran air didepan rumahnya.
Salah satu cara mewujudkan program Kostratani ialah melalui pemanfaatan lahan pekarangan ini harus menjadi bisa diikuti oleh petani lainnya.
Budidaya sayuran di pekarangan tidak hanya dapat mencukupi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, namun juga mengurangi uang belanja bahkan dapat menambah pendapatan keluarga jika hasilnya dipasarkan.
Jumlah anggota KWT Dukuh Mandiri yang dibina pada kegiatan pemanfaatan pekarangan ini 30 orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan meningkatkan pendapatan.