Dua di antaranya merupakan anggota Polri.
Lebih dari 100 orang meninggal dunia usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya berakhir ricuh.
Sebenarnya, pihak Kepolisian sudah memprediksi akan terjadi gangguan keamanan dalam pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya. Hal itu terbukti adanya permintaan Kepala Resort Malang AKBP Firli Hidayat untuk merubah jadwal pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Dalam tragedi itu, sedikitnya 127 orang meninggal dunia dan 180 orang lainnya luka-luka
Politikus Gerindra ini menilai, situasi yang dihadapi pihak Polisi sangat rumit karena sudah mengingatkan adanya potensi gangguan keamanan dalam pertandingan tersebut.
Potret buruk rupa juga semakin mencoreng wajah aparat keamanan atau kepolisian. Tiada antisipasi dan penanganan keamanan yang siap siaga. Malah, melakukan tindakan penanganan yang justru menimbulkan kekacauan dan kepanikan.
Insiden nahas itu terjadi setelah pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam.
Sebenarnya, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sudah mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan. Misal, pertandingan agar dilaksanakan sore (bukan malam), jumlah penonton agar disesuaikan dengan kapasitas stadion yakni 38.000 orang.
Jokowi juga memerintahkan Menpora, PSSI dan Kapolri untuk mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan pertandingan sepakbola.
Politikus Demokrat ini juga meminta dilakukan evaluasi atas tindakan represif aparat keamanan ke suporter atau pendukung dari Arema FC dan Persebaya.