Jum'at, 17/05/2024 14:15 WIB

Perlu Pengelolaan Sampah dari Hulu Atasi Permasalahan Sampah

kondisi Indonesia yang memiliki lebih dari 330 sungai menjadi potensi jalan masuknya sampah ke laut.

Ilustrasi sampah plastik (foto: google)

Jakarta, Jurnas.com - Permasalahan sampah plastik hingga kini masih menjadi isu menarik karena seolah belum ada terobosan solusi penanganannya. Selain itu, ditemukan bahwa ada yang kurang tepat dalam penanganan sampah plastik selama ini yang menyebabkan penyelesaiannya menjadi sangat sulit dilakukan.  

Sebagaimana diketahui bahwa sampah plastik di Indonesia didominasi oleh kemasan makanan dan minuman. Inilah yang menjadi tantangan dalam mengedepankan prinsip reduce, reuse, dan recycle (3R) pada pengelolaan sampah.

Rofi dari Kemenko Kemaritiman dan Investasi menegaskan bahwa tingkat pemilahan sampah di Indonesia masih sangat rendah. Inilah awal mula terjadinya permasalahan sampah plastik.

“Seharusnya semua bisa dimulai dari rumah kita yang menjadi sumber sampahnya. Kita tidak melakukan pemilahan sampah dengan baik di rumah. Ini yang menjadi awal mula masalah sampah plastik ini, kita tidak melakukan pengelolaan sampah dari hulunya,” ujarnya dalam diskusi media “Tantangan dan Tentangan Sampah Plastik” yang dilakukan secara daring oleh Forum Jurnalis Online, Kamis (28/01).

Selain itu, kata Rofi, masalah sampah plastik ini juga disebabkan kurang bisanya kita menghasilkan plastik yang multifungsi dan tidak sekali pakai. “Saya kira ini tantangan kita,” ucapnya.

Dia mengutarakan ada 0,62 juta ton sampah plastik yang bocor ke laut. Menurutnya, kondisi Indonesia yang memiliki lebih dari 330 sungai menjadi potensi jalan masuknya sampah ke laut.

Muharram Atta Rasyadi, Juru Kampanye Urban GreenPeace Indonesia berpendapat cara penanganan yang efektif untuk sampah plastik ini adalah menutup keran atau sumbernya. Sementara yang ada saat ini adalah daur ulang yang itu dianggap sebagai senjata yang ampuh dalam mengurangi sampah plastik.

“Jika kita menjadikan itu senjata utama, maka masalah sampah plastik mini tidak akan selesai sampai kapanpun,” ucapnya.

Peneliti Ecoton, Andreas Agus Kristanto Nugroho, melihat sampah plastik ini telah banyak mencemari sungai. Dia mencontohkan kondisi sampah plastik yang ada di Sungai Brantas, dimana beban cemarnya sudah melebihi daya tampungnya.

“Setiap hari 92 ton sampah plastik harus ditampung di Sungai Brantas, sedangkan daya tampungnya sendiri cuma 62 ton,” katanya.

Ujang Solihin Sidik, Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan KLHK, mengungkapkan belum ada solusi yang komperhensif dan berkelanjutan terkait dengan sampah plastik ini. Menurutnya, hal itu disebabkan karena selama ini semua masih berpikir bahwa urusan sampah ini hanya urusan menangani adanya sampah saja.

“Artinya, sampah itu hanya ditangani dengan cara dibersihkan, diangkut, kemudian selesai cuma sampai ditimbun di TPA. Hanya sekedar itu. Jadi, prinsip dan paradigma atau mindset-nya masih banyak yang belum berubah. Ini yang menjadi persoalannya,” tukasnya.

Kata Uso, panggilan Ujang Solihin, prinsip dasar pengelolaan sampah itu harus yang berkelanjutan, yang dimulai dari reduce, diikuti reuse dan baru recycle (3R). Jadi hirarki utama yang harus dilakukan dalam penanganan sampah ini adalah bagaimana upaya untuk mencegah sampah supaya tidak timbul.

Setelah itu, upaya pemanfaatan reuse dengan mengusahakan penggunaaan kembali sampah-sampah plastik. Sementara, daur ulang sampah berada di urutan terakhir.

Adithiyasanti Sofia, Manager Program Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, menambahkan recycling saja belum cukup untuk menjawab penanganan permasalahan sampah plastik ini. Dia juga setuju bahwa pengurangan sampah plastik itu harus yang utama dilakukan untuk mencegah terjadinya timbulan sampah.

Para aktivis lingkungan selama ini mendukung kemasan makanan minuman yang bisa digunakan berulang dan menentang kemasan plastik sekali pakai. 

KEYWORD :

Pengelolaan Sampah Perbaikan Hulu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :