Rabu, 24/04/2024 23:09 WIB

Industri: Banyak Lulusan Vokasi Belum Bisa Langsung Kerja

Pasalnya, para lulusan belum mampu langsung beradaptasi dengan lingkungan kerja, dan tidak jarang kurang fokus pada pekerjaan yang diberikan.

Ilustrasi pelajar SMK (Foto: Doknet)

Jakarta, Jurnas.com - Direktur Pengembangan PT INKA, Agung Sedaju menyebut masih banyak lulusan vokasi, baik yang berasal dari perguruan tinggi maupun sekolah menengah kejuruan, yang belum bisa dimanfaatan di industri.

Pasalnya, para lulusan belum mampu langsung beradaptasi dengan lingkungan kerja, dan tidak jarang kurang fokus pada pekerjaan yang diberikan.

"PT INKA sudah mencoba sejak 2008 bagaimana membuat lulusan perguruan tinggi atau SMK langsung kami bisa manfaatkan, tapi ternyata memang agak sulit," kata Agung dalam webinar peluncuran Webinar Praktik Baik Vokasi dan Industri pada Senin (10/8).

"Misalnya anak SMK masuk INKA, pertama kali masuk lebih banyak yang bersikap seperti anak-anak. Main ponsel. Padahal ini industri, yang kalau salah sedikit kerugiannya besar sekali," sambung dia.

Karena itu, Agung menyambut baik program `pernikahan massal` antara pendidikan vokasi dengan industri, dunia usaha, dan dunia kerja (Iduka), yang digagas oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Menurut dia, kemitraan dan penyelerasan sangat penting dilakukan antara vokasi dan industri, agar menghasilkan lulusan yang sudah siap menyesuaikan dengan dunia kerja, serta memiliki kompetensi yang dibutuhkan.

"Yang kami butuhkan bukan hanya lulusan yang siap bekerja, tapi juga perguruan tinggi yang memiliki lingkungan yang mendukung kebutuhan industri saat ini," tegas Agung.

Sementara itu, Dirjen Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto mengungkapkan, pihaknya terus mendorong `pernikahan massal` Iduka dan perguruan tinggi vokasi (PTV) dengan anggaran yang disiapkan sebesar Rp3,5 triliun untuk 40 program.

Karenanya, dalam link and match `pernikahan massal` tersebut, setidaknya harus memenuhi lima hingga enam paket minimal, dari total sembilan paket pernikahan massal yang ditetapkan Kemdikbud.

Salah satu paket tersebut ialah penyelarasan kurikulum antara PTV dan Iduka. Wikan menyebut, industri dan vokasi harus duduk bersama merumuskan kurikulum, dan disetujui langsung oleh industri.

"Kurikulum itu jangan sekadar hard skill, tetapi soft skill seperti attitude juga diperlukan," ujar Wikan.

"Jangan sampai kampus itu bikin kurikulum tanpa melibatkan industri. Dosennya juga harus update dengan perkembangan di industri. Jadi tidak hanya bertugas mengajar, tapi juga bisa jadi mentor, fasilitator, atau coach," tandas Wikan.

KEYWORD :

Pernikahan Massal Lulusan Vokasi PT INKA




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :