Rabu, 17/04/2024 06:06 WIB

Pilih Jalur Parpol, Elektabilitas Ahok Menurun

Kekecewaan responden terhadap keputusan Ahok semakin diperkuat dari hasil simulasi pemilihan paket kandidat cagub dan cawagub DKI.
 

Survei Pilkada DKI Jakarta. (Jurnas.com/Kencana)

Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok memilih jalur partai politik (parpol) untuk berlaga di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Pilihan sikap kandidat petahana ini turut memengaruhi keragu-raguan di publik Jakarta untuk memilihnya kembali di Pilkada DKI mendatang. Demikian salah satu temuan survei terbaru yanng dilakukan Manilka Research and Consulting pada Agustus 2016.

Direktur Pelaksana Manilka Herzaky Mahendra Putra mengatakan, pengumpulan data survei Manilka ini dilakukan pada rentang waktu 6-11 Agustus 2016. Sample yang digunakan sebanyak 440 responden yang dipilih dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) yang tersebar di enam wilayah DKI, yakni Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Kepulauan Seribu. Margin of error sekitar 4,7 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

“Sebanyak 47,7 persen responden menyatakan Gubernur Ahok tidak konsisten yang akhirnya memilih maju melalui jalur partai politik di Pilkada DKI 2017,” kata Herzaky saat memaparkan hasil survei Manilka periode Agustus 2016 di Jakarta, Minggu (21/08/2016).

Dari tingkat popularitas, memang mayoritas responden (98,9 persen) menyatakan kenal dengan Ahok. Namun, tingkat kesukaan responden terhadap Ahok menurun, yakni dari 62,5 persen (Juni 2016) menjadi 56,1 persen (Agustus 2016). Tingkat elektabilitas Ahok juga mengalami penurunan dari 49,3 persen (Juni 2016) menjadi 43,6 persen (Agustus 2106).

Kekecewaan responden terhadap keputusan Ahok yang memilih jalur partai politik (parpol) semakin diperkuat dari hasil simulasi pemilihan paket kandidat calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) DKI bila Pilgub DKI digelar saat ini.

Berdasarkan hasil simulasi dua paket kandidat Basuki Tjahaja Purnama-Djarot S Hidayat (Ahok-Djarot) versus Tri Rismaharini-Sandiaga S Uno (Risma-Sandi), maka tingkat keterpilihan kedua paket kandidat seimbang, yakni sebesar 20,9 persen. Semantara, responden yang mengatakan masih ragu sebanyak 45,2 persen dan tidak jawab sebanyak 13 persen.

Gambaran serupa juga terlihat dari simulasi dua paket kandidat antara Ahok-Djarot dengan Sandiaga-Yusuf Mansur. Bila Pilkada DKI digelar hari ini maka sebanyak 24,1 persen responden akan memilih Ahok-Djarot dan 14,8 persen memilih Sandi-Yusur Mansur. Sementara, responden yang menyatakan masih ragu sebanyak 46,8 persen dan tidak menjawab sebesar 14,3 persen.

Survei Manilka juga mencoba membuat simulasi tiga paket kandidat antara Ahok-Heru Budi Hartono, Risma-Budi Waseso, dan Sandi-Yusuf Mansur. Hasilnya, Ahok-Heru 21,1 persen, Risma-Buwas 12,5 persen, dan Sandi-Yusuf Mansur 11,8 persen. Sementara, yang masih ragu sebesar 43,7 persen dan tidak menjawab sebesar 10,9 persen.

“Belum jelasnya paket kandidat cagub-cawagub DKI juga turut memengaruhi sikap pemilih yang masih belum menentukan sikapnya saat ini,” tutur Herzaky.

Survei Manilka, lanjut Herzaky, juga mencoba melihat tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Gubernur-Wakil Gubernur DKI saat ini, Ahok-Djarot. Sebanyak 60,7 persen responden mengaku puas. Meski, tingkat kepuasan ini menurun dibanding Juni 2016, sebesar 67,5 persen. Kepuasan publik terhadap kinerja Ahok-Djarot tampak meningkat, antara lain di bidang pendidikan yang merata dan terjangkau, keamanan dan ketertiban, penataan kota/permukiman, penanganan banjir, transportasi, pelayanan aparat, dan penegakan hukum. Sementara, lima isu pembangunan di DKI yang mendesak harus ditangani ke depan dari kaca mata responden, yakni harga sembako yang terjangkau, pengangguran, kemacaten, pemberantasan korupsi, dan kemiskinan.

 

KEYWORD :

Survei Pilkada DKI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :