Kamis, 25/04/2024 23:19 WIB

Kontroversi Susu Kental Manis, LSM Desak BPOM Buka Mata

Kementerian Kesehatan melalui Direktur Gizi, Ditjen Bina Gizi dan KIA Doddy Izwardy pernah menegaskan di media masa bahwa promosi produk Susu Kental Manis tidak sesuai dengan program Grakan Masyarakat Sehat (GERMAS) yang tengah digalakkan pemerintah. 

Ilustrasi susu kental manis

Jakarta - Koordinator LSM Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Yuli Supratiwi kembali mempertanyakan kian gencarnya informasi serta iklan yang menggambarkan susu kental manis sebagai minuman bergizi untuk anak. Padahal kandungan susu dan kalsium yang tertera dikomposisi maksimal 10 persen serta tingginya kadar gula pada produk susu kental manis. 

"Informasi ini sangat tidak bertanggung jawab. Apa kita mau anak anak Indonesia terus `dijajah` dengan produk susu kental manis yang bahkan tidak diproduksi lagi di negara asalnya di Belanda," kata Yuli saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat, (22/9/2017).

Yuli menjelaskan, susu kental manis diperkenalkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan di saat itu tidak ada pilihan susu lain ada di pasar. Namun seiring makin berkembangnya zaman, berbagai susu untuk anak-anak dan keluarga yang di kemas dalam berbagai kemasan baik cair maupun bubuk telah tersedia di pasaran.

"Ya sangat menyedihkan, Kita sudah `dibohongi` lebih dari 90 tahun. Kok ini ada perusahaan susu Belanda di Indonesia hingga kini masih memproduksi dan mempromosikan Susu Kental Manis berjejer dengan susu lain produk mereka padahal kandungan susunya sangat berbeda. Seharusnya BPOM tidak menutup mata akan hal ini jika melihat cara beriklan mereka yang menyesatkan," jelas Yuli.

Selain DKR, berbagai kalangan baik pemerintah maupun pemerhati anak sebenarnya juga telah menyuarakan keprihatinan atas promosi Susu Kental Manis untuk konsumsi anak dan keluarga. Kementerian Kesehatan melalui Direktur Gizi, Ditjen Bina Gizi dan KIA Doddy Izwardy pernah menegaskan di media masa bahwa promosi produk Susu Kental Manis tidak sesuai dengan program Grakan Masyarakat Sehat (GERMAS) yang tengah digalakkan pemerintah. 

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina dalam sebuah diskusi di Jakarta. "Banyak iklan produk makanan dan minuman menyesatkan konsumen. Susu kental manis salah satunya. Produk ini jauh lebih tinggi kandungan gulanya dari pada kandungan susunya, namun banyak iklan di layar kaca seolah-olah dijadikan minuman sehat bagi keluarga. Ini sungguh memprihatinkan," kata Eni.

Keprihatinan serupa juga disuarakan oleh dr Rachmat Sentika Anggota Satgas Perlindungan Anak dan Unit Koordinasi Kerja (UKK) Tumbuh Kembang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). "Jika tidak dilakukan edukasi tentang dampak konsumsi produk susu kental manis, masa depan kesehatan anak-anak Indonesia akan terganggu," tegas dr Rachmat Sentika.

Yuli juga mempertanyakan adanya usaha dari sekelompok pihak yang menyatakan bahwa produk susu kental manis aman dan baik dikonsumsi sebagai minuman sehat untuk anak karena sudah mendapatkan izin edar dari BPOM. Tentunya sebagai LSM yang peduli dengan kesehatan masyarakat, DKR secara tegas dan menentang berbagai usaha untuk mengganggu kesehatan anak Indonesia di masa depan.

"Ya silakan kalau ada yang membela promosi susu kental manis, kita tentunya harus lawan mereka, kita bela masa depan anak Indonesia, generasi emas bangsa. Kalau mereka terus membela berarti mereka tidak peduli dengan masa depan anak bangsa," tegas Yuli.

Menurutnya, semua produk makanan dan minuman yang telah mendapat izin dari BPOM bisa dianggap aman. Namun pertanyaannya adalah apakah makanan dan minuman itu sehat untuk anak Indonesia. "Minuman keras dengan kandungan alkohol tinggi juga mendapatkan izin edar dari BPOM. Tapi apakah produk tersebut sehat?," ujar Yuli beranalogi.

"BPOM seharusnya melakukan edukasi dan pengawasan iklan serta juga melakukan penindakan. BPOM jangan menutup mata karena ini penting untuk masa depan anak Indonesia, segera lakukan penindakan demi generasi penerus bangsa," ujarnya.

Agus Pambagio, pengamat kebijakan publik juga mengkritisi keengganan produsen susu kental manis untuk mengedepankan komunikasi produk secara transparan. Daripada membela diri dengan argumen bahwa produk ini telah mendapat izin BPOM, mantan komisioner Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia itu menyatakan seharusnya produsen lebih mengedepankan reputasi sebagai perusahaan yang bertanggung jawab dalam mendukung kesehatan anak melalui label pangan dan komunikasi kandungan produk yang lebih transparan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh pemerhati anak Seto Mulyadi, tokoh pembela hak anak itu juga menghimbau agar semua pihak mendukung anak Indonesia agar tumbuh sehat demi generasi masa depan bangsa yang lebih kuat. "Nah, Sekarang tinggal menunggu sikap BPOM selaku wakil pemerintah, apa masih melakukan pembiaran hanya karena lobby pengusaha," demikian Yuli.

KEYWORD :

Susu kental manis YLKI BPOM




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :