Sabtu, 19/07/2025 00:54 WIB

Studi Ungkap Penyebab Awal Asam Urat Tinggi Bukan Makanan

Ilustrasi asam urat tinggi ( Foto : Detik.com)

Jakarta, Jurnas.com - Asam urat atau gout selama ini identik dengan gaya hidup tak sehat: terlalu banyak makan daging, seafood, dan minum alkohol. Namun riset terbaru menunjukkan bahwa faktor genetik berperan jauh lebih besar dari yang selama ini diperkirakan.

Dikutip dari laman ScienceAlert, sebuah studi internasional terhadap 2,6 juta data genetik dari 13 kelompok populasi mengungkapkan bahwa ada 377 wilayah DNA yang terkait dengan gout, dan 149 di antaranya belum pernah ditemukan sebelumnya. Artinya, gout bukan semata-mata kesalahan pola makan, tapi juga karena warisan genetik.

“Gout adalah penyakit kronis yang punya dasar genetik, dan bukan kesalahan penderita. Mitos bahwa gout hanya disebabkan oleh gaya hidup perlu dihentikan,” kata Tony Merriman, Epidemiolog, University of Otago, Selandia Baru.

Studi yang dipublikasikan di Nature Genetics ini menyimpulkan bahwa genetik memengaruhi hampir semua proses terjadinya gout, mulai dari bagaimana tubuh memproduksi dan memecah purin, bagaimana ginjal mengelola asam urat, hingga seberapa kuat sistem imun merespons kristal asam urat yang menumpuk di sendi. Jadi, tidak mengherankan jika ada orang yang mengalami serangan gout walaupun tidak punya kebiasaan makan ekstrem, sementara yang lain bisa makan bebas tanpa masalah berarti.

Faktor lain yang turut memperparah kondisi adalah menurunnya fungsi ginjal, yang sering kali terjadi secara perlahan dan tidak disadari. Ketika ginjal tidak bekerja secara optimal, tubuh akan kesulitan membuang kelebihan asam urat melalui urin. Ini menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat dan menciptakan kondisi ideal bagi terbentuknya kristal tajam di sendi.

Selain faktor biologis, gaya hidup modern juga mempercepat munculnya gejala asam urat, khususnya jika dikombinasikan dengan predisposisi genetik. Kurang aktivitas fisik, dehidrasi kronis, konsumsi gula tinggi—terutama fruktosa dalam minuman manis dan makanan olahan—serta kelebihan berat badan semuanya berkontribusi terhadap gangguan metabolisme asam urat. Meskipun tidak selalu menjadi penyebab awal, gaya hidup seperti ini bisa mempercepat atau memperparah munculnya gejala.

Yang tak kalah penting adalah masalah miskonsepsi. Masih banyak orang yang menganggap gout adalah "hukuman" akibat gaya hidup buruk. Ini memicu rasa malu dan membuat penderita enggan memeriksakan diri atau menerima pengobatan. Padahal, menurut epidemiolog Tony Merriman dari University of Otago, gout adalah penyakit kronis dengan dasar genetik yang nyata, dan bukan kesalahan pribadi.

Ia juga menambahkan bahwa stigma ini membuat banyak orang menderita dalam diam, padahal tersedia pengobatan yang bisa menurunkan kadar urat dalam darah dan mencegah serangan nyeri.

Memahami bahwa penyebab awal asam urat tinggi bisa berasal dari genetik, fungsi ginjal, serta gangguan metabolik adalah langkah penting untuk mengatasi penyakit ini secara lebih efektif. Pola makan dan gaya hidup memang berperan, tetapi lebih sebagai pemicu daripada akar permasalahan. Untuk itu, masyarakat perlu diedukasi bahwa gout adalah kondisi medis yang kompleks dan layak mendapatkan perhatian serius.

Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan asam urat, atau mulai mengalami nyeri di persendian secara berkala, ada baiknya memeriksakan diri lebih awal. Deteksi dini dan pengobatan preventif terbukti jauh lebih efektif dalam mengendalikan penyakit ini dan mencegah komplikasi jangka panjang. (*)

 

KEYWORD :

Asam Urat Penyebab asam urat Genetik Gout




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :