
Ilustrasi Pernikahan dalam Islam (Foto: Pexels/Reynaldo Yodla)
Jakarta, Jurnas.com - Dalam tradisi Islam, kisah Nabi Adam dan Siti Hawa bukan sekadar narasi spiritual, tetapi fondasi historis tentang asal-usul manusia. Nabi Adam diciptakan langsung oleh Allah dari tanah, sebagai manusia pertama. Namun, kebijaksanaan ilahi menetapkan bahwa manusia tidak diciptakan untuk hidup sendiri.
Dari diri Adam, Allah menciptakan Hawa sebagai pendamping. Al-Qur`an menyebutkan:
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya...” (QS. An-Nisa: 1)
Inilah awal dari institusi pernikahan dalam sejarah umat manusia.
Pernikahan Pertama yang Ditetapkan Langsung oleh Allah
Pernikahan Nabi Adam dan Siti Hawa bukanlah hasil perjodohan manusia, melainkan ketetapan langsung dari Sang Pencipta. Hawa diciptakan sebagai pasangan hidup Adam dengan tujuan mendampingi, melengkapi, dan menjadi bagian dari kisah kehidupan di bumi.
Dikutip dari berbagai sumber, menurut para ulama, pernikahan Adam dan Hawa terjadi di surga sebelum mereka diturunkan ke bumi. Allah sendiri yang menyatukan mereka sebagai suami istri tanpa saksi manusia, tetapi dengan restu langsung dari langit.
Setelah hidup bersama di surga, keduanya mendapat ujian dengan larangan memakan buah terlarang dari satu pohon, yang disebut buah khuldi. Namun karena godaan iblis, mereka melanggar perintah itu dan akhirnya diturunkan ke bumi sebagai konsekuensinya.
Meski begitu, Allah tidak memisahkan cinta mereka untuk selamanya. Adam dan Hawa dipisahkan untuk sementara, tetapi dipertemukan kembali di bumi, tepatnya di Jabal Rahmah, sebagai lambang kasih yang tak terputus.
Pertemuan itu bukan hanya emosional, tetapi menjadi penanda awal perjalanan mereka membangun kehidupan manusia di bumi. Dari pernikahan inilah lahir keturunan pertama dan terbentuklah ikatan keluarga sebagai struktur awal peradaban.
Pelajaran dari Pernikahan Adam dan Hawa
Kisah ini memberikan pesan bahwa cinta yang diridhai Allah selalu menemukan jalannya, meskipun harus melalui ujian. Dalam pernikahan Adam dan Hawa, kita belajar bahwa cinta, tanggung jawab, dan pengampunan berjalan beriringan.
Tidak ada pesta megah dalam pernikahan pertama ini, namun keberkahannya terus diwariskan hingga kini. Justru dari kesederhanaan dan ketulusan itulah, ikatan suci antara dua manusia menjadi cermin ideal sebuah hubungan.
Dengan demikian, kisah Adam dan Hawa bukan hanya mitos atau dongeng, melainkan refleksi spiritual dan sosial tentang bagaimana manusia seharusnya membangun rumah tangga. Ikatan mereka menjadi simbol bahwa setiap cinta yang bersandar pada ketulusan dan iman akan bertahan melewati waktu. (*)
Wallohu`alam
KEYWORD :Kisah Perikahan Nabi Adam Siti Hawa Cinta Pertama