
Ilustrasi - Hari Tumor Otak Sedunia (Foto: Dinas Kesehatan Banda Aceh)
Jakarta, Jurnas.com - Hari Tumor Otak Sedunia atau World Brain Tumor Day diperingati setiap 8 Juni sebagai bentuk kepedulian global terhadap penyakit yang kerap datang tanpa tanda pasti, pertumbuhan jaringan abnormal dalam otak. Momen ini menjadi ajakan untuk lebih peduli terhadap kesehatan otak melalui edukasi dan deteksi dini.
Dikutip dari berbagai sumber, peringatan Hari Tumor Otak Sedunia pertama kali diinisiasi oleh German Brain Tumor Association pada tahun 2000 di Leipzig, Jerman. Sejak itu, setiap tahunnya, berbagai komunitas kesehatan dunia ikut serta menyuarakan pentingnya kesadaran tentang tumor otak.
Sejarah mencatat bahwa tumor otak telah menjadi misteri sejak zaman kuno, meski tidak disebut secara eksplisit dalam teks medis klasik. Para filsuf seperti Hippocrates dan Galen sudah mengenal prosedur trepanasi untuk mengurangi tekanan di dalam kepala, yang kini diketahui sebagai salah satu gejala tumor otak.
Memasuki abad modern, pemanfaatan teknologi seperti sinar-X, CT scan, dan MRI membuka jalan bagi diagnosa yang lebih akurat. Penemuan-penemuan penting ini memungkinkan tumor otak dikenali lebih awal, sehingga pengobatannya menjadi lebih efektif.
Tumor otak sendiri adalah pertumbuhan massa sel abnormal yang terjadi di dalam atau sekitar jaringan otak. Karena otak berada dalam ruang tertutup, pertumbuhan ini menekan area sekitar dan memicu berbagai gangguan fungsi tubuh.
Gejala yang muncul bisa sangat bervariasi tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, namun beberapa tanda umum sering terlihat. Di antaranya seperti sakit kepala hebat, kejang, gangguan berbicara, perubahan perilaku, hingga hilangnya keseimbangan.
Gejala ini kerap disalahartikan sebagai penyakit biasa, padahal bisa menjadi pertanda serius. Oleh karena itu, mengenali pola perubahan tubuh menjadi langkah awal penting dalam mencegah keterlambatan diagnosis.
Selain gejala, penting juga memahami apa yang bisa menyebabkan tumor otak terbentuk. Faktor genetik seperti mutasi DNA pada sindrom tertentu telah terbukti meningkatkan risiko penyakit ini.
Paparan radiasi pengion dalam jangka panjang juga berpotensi memicu perubahan sel menjadi ganas. Beberapa kasus bahkan terjadi setelah seseorang menjalani terapi radiasi untuk kanker lainnya.
Risiko tumor otak juga meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada lansia di atas 85 tahun. Namun, anak-anak pun tidak sepenuhnya aman karena beberapa jenis tumor otak juga ditemukan pada usia dini.
Walau tidak semua faktor bisa dicegah, ada cara untuk menurunkan kemungkinan terserang tumor otak. Gaya hidup sehat, tidak merokok, serta membatasi konsumsi makanan olahan adalah langkah konkret yang bisa dilakukan sejak sekarang.
Menjaga pola hidup bukan hanya bermanfaat bagi otak, tetapi juga bagi kesehatan secara menyeluruh. Selain itu, pemeriksaan kesehatan secara berkala membantu mendeteksi perubahan dalam tubuh lebih dini.
Memperingati Hari Tumor Otak Sedunia bukan hanya soal mengenang atau bersimpati, tetapi juga tentang beraksi. Edukasi, kampanye, hingga dukungan nyata bagi para penyintas dan peneliti menjadi bentuk solidaritas yang bermakna.
Sebagai simbol kepedulian, masyarakat dunia mengenakan pita abu-abu setiap tanggal 8 Juni. Aksi sederhana ini mencerminkan semangat kolektif untuk terus peduli pada kesehatan otak.
Dengan mengenali gejala, memahami penyebab, serta menerapkan langkah pencegahan, kita bisa ikut menekan angka kejadian tumor otak. Karena di balik setiap langkah kecil, ada harapan besar untuk hidup yang lebih sehat dan lebih sadar. (*)
KEYWORD :Hari Tumor Otak Sedunia 8 Juni Peringatan Hari Tumor Otak