Jum'at, 02/05/2025 04:14 WIB

Hari Buruh, Mahasiswa Tuntut Reforma Agraria Sejati Diwujudkan

Salah seorang mahasiswa GMNI Unas, Rauf yang menyampaikan orasi mengatakan, Reforma Agraria sejati bukanlah pengadaan sertifikat.

Seorang mahasiswa GMNI Unas, Rauf menyampaikan orasi dalam unjuk rasa peringatan Hari Buruh atau Mayday 2025 di depan Gedung DPR RI, Jakarta (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat Universitas Nasional (Unas) mengikuti dan medukung aksi unjuk rasa peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day 2025 di depan Gedung DPR RI, Jakarta.

Aksi Hari Buruh yang dihadiri ribuan massa dari berbagai elemen buruh, mahasiswa, tani, hingga komunitas masyarakat adat ini diwarnai orasi dari beberapa mobil komando. Jalan Gatot Soebroto pun dipenuhi oleh massa aksi dari sejumlah kelompok, termasuk Konsorium Pembarauan Agraria.

Salah seorang mahasiswa GMNI Unas, Rauf yang menyampaikan orasi mengatakan, Reforma Agraria sejati bukanlah pengadaan sertifikat. Tapi lebih dari itu bagaimana akses kaum tani terhadap alat atau teknologi pertanian hingga subsidi, seperti pupuk yang murah dan berkualitas, makin dipermudah.

"Petani-petani di pedesaan masih [banyak] menggunakan cara-cara konvensional. Pemberdayaan petaninya juga masih kurang," ujar Rauf kepada Jurnas.com seusai mengikuti aksi peringatan Hari Buruh di sekitar gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (1/5/2025).

Ia juga mengatakan bahwa alat pertanian, seperti traktor, pemotong dan pengering padi hingga kini masih banyak dikuasai kaum tani yang bersirikat atau kelompok tani. Sedangkan petani yang tidak mengikuti kelompok tani menurutnya tidak mendapatkan akses alat pertanian itu.

"Dan bahkan kelompok tani yang digunakan hari ini banyak yang fiktif. Kalau saya ambil contoh di daerah saya sendiri, yaitu Bima, kelompok taninya fiktif. Lebih dari itu dibisniskan," ujar dia.

Rauf juga menekankan pentingnya pemberdayaan serta pelatihan petani mulai dari mengelola bibit, proses produksi hingga penjualannya. "Kalau kita bicara dalam teknis penerapannya, kalau kita bicara lagi tentang pelatihan tani, bagaimana tani mengenola bibitnya sampai pada proses produksi dan penjualan, itu kan menjadi satu hal yang penting," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya peningkatan taraf hidup petani atau kesejahteraan petani. Menurutnya peningkatan kesejahteraan petani akan berdampak baik terhadap meningkatnya jumlah kaum milenial dan Gen Z untuk bertani.

"Kita hanya akan melihat bahwa masyarakat tani itu melihat untuk bagaimana meningkatkan tarif hidupnya. Nah, rejim hari ini enak bicara kaum milenial ataupun Gen Z, malas untuk bertani. Tapi pertanyaannya, ada nggak akses untuk mereka meningkatkan hasil taninya? Itu yang pertama," ujarnya.

"Ketika mereka bertani, ketika negara beri bibit, tapi tidak menyediakan pasar untuk disalurkan, itu menjadi satu kendala. Sehingga banyak tengkulak yang bermain," sambungnya.

Ia juga menyoroti masalah perampasan lahan pertanian. Menurutnya hingga kini masih banyak petani yang lahannya dirampas. Kendati demikian ia tidak menjabarkan detail atau angka kasus tersebut.

Rauf pun berujar dalam momen May Day ini, pihaknya mendukung perjuangan para buruh dan petani yang terus berjuang memperbaiki nasib, meningkatkan taraf hidup mereka.

 

 

KEYWORD :

Mahasiswa Demo Hari Buruh May Day Reforma Agraria Sejati




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :