
Sekretaris Jenderal GSBI Emelia Yanti Siahaan menyampaikan sejumlah sikap dan tuntutan di depan massa aksi Hari Buruh atau May Day 2025 sebelum membubarkan diri (Foto: Ist/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Ribuan massa dari berbagai elemen buruh, mahasiswa, tani, hingga komunitas masyarakat adat menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta dalam rangka Hari Buruh Internasional atau May Day 2025.
Aksi Hari Buruh di depan Gedung DPR ini diwarnai orasi dari beberapa mobil komando. Jalan Gatot Soebroto pun dipenuhi oleh massa aksi dari sejumlah kelompok, termasuk Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI).
Sekretaris Jenderal GSBI Emelia Yanti Siahaan menyampaikan bahwa peringatan Hari Buruh kali ini tidak jauh berbeda dengan peringatan sebelumnya. Begitu juga dengan tuntutannya. Sebab, menurutnya hingga kini kaum buruh masih menghadapi situasi yang tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, seperti bekerja lebih dari 8 jam, upah yang tidak adil hingga minimnya perlindungan sosial, terutama bagi pekerja perempuan.
"Hari ini kaum buruh menghadapi situasi yang tidak jauh berbeda, bahkan situasi kehidupan serta kondisi kaum buruh hari ini, baik di tempat kerja maupun kehidupan sehari-hari, tidak lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Emelia di hadapan massa aksi sebelum membubarkan diri dari lokasi aksi tersebut sekira pukul 16.25 WIB.
Dalam kesempatan itu, Emelia juga menyampaikan bahwa peringatan Hari Buruh bukan sekadar perayaan, melainkan momentum refleksi terhadap perjuangan kelas pekerja di masa lalu yang memperjuangkan hak kerja layak seperti delapan jam kerja, upah adil, dan perlindungan sosial.
"Delapan jam kerja bukanlah hadiah dari penguasa, tapi hasil perjuangan keras kaum buruh di masa lalu. Kini perjuangan itu harus kita lanjutkan karena kondisi buruh hari ini tidak jauh berbeda dari ratusan tahun lalu," kata Emelia.
Sebelum membubarkan diri, Emelia di hadapan massa aksi juga menyampaikan sikap dan beberapa tuntutan antara lain:
- Batalkan semua perjanjian ekonomi yang timpang dan menguntungkan imperialisme.
- Hentikan segala bentuk represi dan kriminalisasi terhadap buruh dan rakyat.
- Tolak perang imperialisme dan hentikan kekerasan militer global.
- Bangun industri nasional berbasis pertanian rakyat.
- Cabut UU Cipta Kerja dan seluruh turunannya.
- Naikkan upah buruh dan turunkan harga kebutuhan pokok.
- Hapus sistem kerja kontrak dan outsourcing.
- Wujudkan jaminan sosial sejati.
- Alihkan dana BPJS Ketenagakerjaan untuk pembangunan nasional.
- Sahkan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.
- Ciptakan lapangan kerja seluas-luasnya.
- Jamin transisi energi yang adil bagi buruh.
- Hentikan ekspansi perkebunan dan tambang skala besar.
- Lindungi buruh migran dari praktik penipuan dan utang.
- Akui status kerja pengemudi aplikasi digital.
- Hentikan proyek strategis nasional yang merampas tanah rakyat.
- Akhiri kekerasan seksual dan ratifikasi Konvensi ILO 190.
- Terapkan cuti hamil enam bulan bagi buruh perempuan dan pasangan.
- Lindungi buruh perkebunan sawit dengan UU khusus.
- Laksanakan reforma agraria sejati dan wujudkan kedaulatan pangan.
Dari pantaun Jurnas.com, setelah penyampaian sikap dan tuntutan aksi yang disampaikan Emelia, sekira pukul 16.56 WIB, sebagian massa kasi langsung membubarkan diri dari lokasi aksi tersebut. Sebagiannya lagi masih bertahan di lokasi aksi tersebut.
KEYWORD :Demo Hari Buruh GSBI Emelia Yanti Siahaan May Day