Rabu, 13/08/2025 10:09 WIB

Kemkomdigi: Komunikasi Bagian Penting Penanganan Isu Karhutla

Kolaborasi lintas sektor dibutuhkan dalam mengelola krisis dan menyampaikan informasi ke masyarakat luas.

Talksshow isu kebakaran hutan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di Palembang, Sumatera Selatan (30/7/2025). Foto: dok.jurnas

PALEMBANG, Jurnas.com - Kementerian Komunikasi dan Digital menyelenggarakan Bimbingan Teknis Media Handling Komunikasi Krisis Isu Kebakaran Hutan dan Lahan di Palembang, Sumatra Selatan, (30/7/2025).

Kecepatan dan ketepatan dalam menyampaikan informasi kepada publik, serta kemampuan media handling secara efektif, kini menjadi sebuah keharusan.

Plt. Direktur Kemitraan Komunikasi Lembaga dan Kehumasan, Kemkomdigi, yang diwakili Ketua Tim Pengelolaan Komunikasi Strategis Pemerintah, Hastuti Wulanningrum, menyampaikan bahwa isu karhutla perlu ditangani bersama, termasuk dari segi komunikasi.

“Kemkomdigi khususnya Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media, merupakan satuan tugas (satgas) yang bertanggung jawab dalam komunikasi publik mengenai isu kebakaran hutan dan lahan,” ujar Hastuti melalui keterangannya, Rabu (13/8/2025).

Penanggulangan isu karhutla dijelaskan Hastuti tidak bisa dikerjakan sendiri oleh Kementerian Kehutanan maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kolaborasi lintas sektor dibutuhkan dalam mengelola krisis dan menyampaikan informasi ke masyarakat luas.

“Di era digital, pengelolaan komunikasi krisis menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya penanggulangan karhutla,” tambah Hastuti.

Terkait hal tersebut, Bimbingan Teknis Media Handling Komunikasi Krisis Isu Kebakaran Hutan dan Lahan digelar untuk mengoptimalkan pemanfaatan media digital, terutama informasi mengenai penanganan karhutla kepada masyarakat luas.

Sekitar 300 peserta hadir secara daring dan luring, mulai dari Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Balai Pengendalian Kebakaran Hutan (Dalkarhut), Dinas Kehutanan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) & Unit Pelaksana Teknis (UPT), Diskominfo, dan Tim Kehumasan Instansi Pendidikan.

 

Risiko dan Pencegahan

Pada 28 Juli 2025, BMKG mengeluarkan peringatan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan menghadapi puncak musim kemarau pada Agustus 2025. Terutama di wilayah Sumatra dan Kalimantan, dengan wilayah prioritas mencakup Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Meskipun Indonesia memasuki kondisi La Niña (kemarau basah) hingga Mei 2025, risiko karhutla tetap tinggi, terutama di wilayah dengan vegetasi kering dan lahan gambut.

Penanganan karhutla, saat ini memiliki urgensi yang semakin tinggi salah satunya terkait ancaman terhadap kesehatan masyarakat dan kerusakan alam. Demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Provinsi Sumatra Selatan, Sudirman, pada sesi pertama. Terlebih, dari luas Provinsi Sumsel yang seluas 8,37 juta hektar, sekitar 1,27 hektarnya merupakan lahan gambut.

“Mitigasi awal, di awal musim kemarau, diperlukan dengan melaksanakan sosialisasi baik ke media sosial, dan lokasi-lokasi di rawan bencana,” tambah Sudirman.

Pengendali Ekosistem Hutan Madya Balai Pengendalian Kebakaran Hutan Wilayah Sumatra, Nurhadi, menjelaskan di samping musim kemarau, upaya pembukaan lahan yang sembarangan juga dapat menyebabkan karhutla.

Ia menekankan pentingnya partisipasi publik dalam mendukung Manggala Agni yang turun ke lapangan sebagai garda terdepan pemadaman karhutla. Salah satunya, tidak membersihkan lahan dengan membakar.

“Laporkan apabila sulit ditanggulangi, baik kepada pemadam kebakaran dan Manggala Agni. Libatkan masyarakat melalui masyarakat peduli api. Terakhir, lindungi sumber-sumber air khususnya saat kemarau melalui pembuatan sekat kanal atau embung,” papar Nurhadi.

 

Perkuat Kapasitas Komunikasi

Pada sesi kedua, hadir dua narasumber praktisi yakni Jurnalis/News Anchor, Andromeda Mercury dan Public Relations Coach, Jojo S. Nugroho. Keduanya membagikan tips dan trik serta penerapan komunikasi krisis.

Dari segi media sosial, Andromeda Mercury menyampaikan bahwa kini masyarakat mayoritas mencari informasi bukan dari mesin pencari, melainkan media sosial. Andromeda memaparkan dari dataindonesia.id bahwa per Januari 2025, Indonesia menempati urutan kedua negara dengan pengguna TikTok terbesar.

“Ini di satu sisi menguntungkan jika narasinya positif, tetapi kalau narasinya negatif maka bisa sangat destruktif, masif, dalam hitungan menit, jam, bisa menyebar tanpa batasan jarak dan waktu,” tekan Andromeda.

Selain itu, informasi yang disampaikan ke media sosial tidak cukup hanya berisi 5W+1H, tetapi perlu memakai hook/punchline yang memancing rasa penasaran audiens. Andromeda menekankan bahwa krisis harus ditanggapi dengan cepat namun jangan terlalu reaktif.

KEYWORD :

Komdigi Karhutla Komunikasi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :