Minggu, 19/05/2024 01:48 WIB

HNW : Para Kader Ulama Perlu Kolaboratif Mengatasi Masalah Keumatan dan Kebangsaan

HNW : Para Kader Ulama Perlu Kolaboratif Mengatasi Masalah Keumatan dan Kebangsaan

Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid. (Foto: Humas MPR)

Jakarta, Jurnas.com - Wakil Ketua MPR H.M. Hidayat Nur Wahid, memberi pembekalan kepada peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (Unida) Gontor di Ruang GBHN, Gedung Nusantara V Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Dalam pembekalan itu Hidayat Nur Wahid atau HNW menyampaikan Indonesia di era reformasi yang membuka ruang partisipasi dan kolaborasi untuk bangun negeri, tapi sekarang ini juga sedang mengalami banyak kondisi darurat akhlak, darurat narkoba, dan darurat judi online dan lain-lain.

Dalam konteks pesantren, kondisi darurat itu memang bisa disikapi dalam bingkai kaedah bahwa semakin berat tantangan yang dihadapi maka pahalanya semakin banyak. Semakin banyak darurat, maka di balik kondisi itu semakin banyak pahala yang bisa diraih oleh para santri dan calon ulama, untuk dapat berijtihad maksimal mengatasi masalah kedaruratan bersama seluruh elemen umat dan bangsa.

“Kondisi darurat semacam itu harus diatasi, tapi tidak bisa kita selesaikan sendiri. Ini memerlukan kerjasama kolaboratif semua pihak, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Sebab, narkoba dan judi online, LGBT, melibatkan jaringan internasional. Tetapi Pesantren dan alumni Pesantren Gontor memiliki jaringan internasional, dan kemampuan berbahasa Inggris, Arab, serta kepandaian berkolaborasi, berukhuwah, yang sangat memungkinkan bisa membuat jaringan yang meluas untuk mengatasi masalah-masalah itu,” katanya.

HNW melanjutkan bahwa dalam kondisi itu, generasi milenial sekarang juga bertemu dengan era disrupsi, sehingga kaum muda dan generasi milenial yang tidak mempunyai pijakan ilmu dan etika yang cukup bisa kebingungan menghadapi informasi yang membanjirinya. Lewat gadget, generasi milenial itu bisa terjebak dalam kebingungan karena beragamnya informasi, ada informasi yang membolehkan, ada yang tidak membolehkan, ada informasi yang mengatakan haram, ada informasi yang mengatakan halal.

“Dalam kebingungan itu muncullah era post truth dimana dalam era ini tidak ada kebenaran mutlak. Kebenaran mutlak dianggap sudah masa lalu. Dalam era ini, semua tergantung pada masing-masing orang atau pribadi. Namun, dalam keadaan kebingungan itulah banyak tawaran yang menggiurkan seperti narkoba, seks bebas, pornografi, judi on line, dan lain-lain," katanya.

Menurut HNW, kondisi semacam itu tidak bisa diatasi sendiri melainkan perlu kerja kolaboratif semua pihak tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional karena masalah narkoba, judi online, LGBT melibatkan jaringan internasional. “Pesantren dan alumni Pesantren Gontor memiliki kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi, serta berukhuwah dengan kemampuan bahasa Inggris dan Arab sangat memungkinkan bisa membuat jaringan yang meluas untuk mengatasi masalah itu,” katanya.

HNW menambahkan masalah-masalah itu juga tidak mungkin diselesaikan dengan asal-asalan melainkan memerlukan ilmu dan wawasan yang luas. Karena itu, diperlukan kemampuan mengelola ilmu dasar untuk dikembangkan menjadi solusi, disitulah peran para kader Ulama bisa mengemuka.

“Maka sangat penting para kader Ulama aktif berada di tengah-tengah komunitas keumatan. Karena itu perlu dibangun komunikasi dan silaturahmi, bertemu dengan NU, Muhammadiyah, dan lainnya sehingga terbiasa membangun jaringan, silaturahim, dan kerjasama mengatasi masalah. Hal yang mestinya mudah dilakukan oleh santri/kader ulama dari Gontor karena sudah biasa dibekali dengan prinsip ukhuwwah Islamiyyah," imbuhnya.

HNW memberi contoh soal peran di parlemen. Terbukti banyak kreasi amar makruf nahyi munkar yang bisa dilakukan melalui aktifnya alumni Gontor di DPR/MPR, seperti bisa masuknya ketentuan soal iman, takwa dan akhlak mulia dalam UUD NRI 1945, serta bisa digolkannya UU tentang Pesantren.

Contoh fenomenal yang lain adalah sukses terselenggaranya Aksi Bela Palestina pada Minggu, 5 November 2023 lalu. Aksi Bela Palestina ini banyak diprakarsai oleh para alumni Gontor. Ketua Aksi Bela Palestina adalah Dien Syamsuddin yang juga alumni Gontor.

“Persiapan Aksi Bela Palestina ini hanya lima hari. Kita mengadakan rapat offline hanya sekali. Kita hanya mengimbau, menyebar meme, dan lewat WA. Tetapi sekitar 2,3 juta orang bisa hadir. Aksi Bela Palestina yang dihadiri oleh lintas ormas keagamaan, profesi, gender, bahkan hadir juga para tokoh yang mewakili pemerintah maupun parlemen, semuanya berjalan tertib, aman dan bersih,” kata HNW yang juga Wakil Ketua Pengarah Aksi Akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina.

“Ini menjadi salah satu bukti bahwa Gontor, para santri dan para alumninya mudah diterima dan bisa menggalang kebersamaan sampaikan kepedulian untuk atasi masalah keummatan dan kemanusiaan melalui aksi besar. Itu salah satu berkah kepercayaan pada Gontor dan alumninya. Maka para santri/calon ulama dari Gontor penting untuk mempersiapkan diri agar bisa melanjutkan kiprah positif ini. Pintu sudah kami buka lebar-lebar, maka jangan dimubadzirkan,” pungkasnya.

KEYWORD :

Kinerja MPR Hidayat Nur Wahid Palestina Ulama Pesantren




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :