Jum'at, 17/05/2024 13:48 WIB

Selebtwit Kritisi Ulasan Galon ala Richard Lee: Kampanye Hitam

Selebtwit Kritisi Ulasan Galon ala Richard Lee: Kampanye Hitam

Ilustrasi galon guna ulang (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Sejumlah selebtwit mengkritisi influencer kecantikan, Richard Lee, yang tiba-tiba membahas galon guna ulang, sebuah isu yang berada di luar keahliannya. Dicurigai, ulasan tersebut bagian dari kampanye hitam (black campaign) dalam perang antar brand.

Mazzini melalui akun Twitter @mazzini.gsp menyebut hal yang disampaikan Richard sebagai influencer produk kecantikan, merupakan bentuk penggiringan opini sembari terang-terangan menunjukkan produk kompetitor yang diserang.

"Soal narasi BPA galon mah kita udah sama-sama tahu ada urusan persaingan bisnis antar dua brand air minum kemasan yg lagi bertarung. Tapi model marketing brand dengan cara black campaign begini enggak elegan dan mendidik. Terus kalau dibiarkan akan jadi preseden buat campaign lain," tulis Mazzini dalam threadnya.

Pemilik lebih dari 316 ribu follower ini mengatakan Richard berulang kali menyinggung isu BPA pada air minum galon guna ulang, dengan mengaitkannya pada masalah janin, kanker, dan berbagai penyakit degeneratif.

"Richard aja katanya minum air galon dari dia kecil, tapi sampai sekarang sehat-sehat aja. Narasi hoaksnya karena sampai sekarang belum ada bukti riset," imbuh dia.

Hal senada juga disampaikan Husin Alwi melalui akun @HusinShihab. Dia menuding Richard sebagai buzzer untuk mengampanyekan konten bayaran dengan mendiskreditkan salah satu merek air minum dalam kemasan tertentu, tanpa menyertakan hasil penelitian yang konkrit.

"Saya yakin mayoritas netizen yang ngikutin isu BPA & PET sudah tahu kalau ini hanya persaingan bisnis belaka. Ada satu brand yang produknya pakai galon sekali pakai sedang mencoba merebut pasar. Itu aja masalahnya. Udah kalah saing, jadi apapun dilakukan termasuk sebar hoaks!" ujar @HusinShihab.

Akun @anggewwie juga mengkritisi konten Richard. Dia menganggap unggahan itu tendensius dan cenderung melakukan kampanye negatif terhadap salah satu merek air minum dalam kemasan (AMDK) tertentu.

"Kalau isunya galon tetiba jadi ahli kesehatan plus kimia. Kalo soal e-commerce mendadak jadi ahli ekonomi digital. Keren wak, berwawasan kali dokter satu ini. Tapi sayang aja ilmunya kalo enggak dipake buat mengedukasi, malah buat konten yang tendensius dan cenderung negative campaign," cuit dia.

Sebelumnya, pakar polimer Institut Teknologi Bandung, Akhmad Zainal Abidin mengatakan, semua unsur pembentuk bahan kemasan makanan dan minuman memang berbahaya bagi manusia. Dia mencontohkan kemasan PET yang mengandung EG dan DEG, PC mengandung BPA, PVC mengandung PCM, bahkan kertas juga mengandung unsur berbahaya.

"Zat-zat kimia itu semua harus sama-sama diamankan, sehingga masyarakat terbebas dari hal-hal yang berbahaya," terang Zainal.

Unsur plastik, lanjut Zainal, yang berbahaya bukanlah plastik tersebut melainkan bahan lain yang bukan plastik yang terkandung di dalam plastik itu.

"Itu kan sebenarnya bahan baku, cuma tidak 100 persen bahan bakunya terproses. Jadi ada yang tersisa. Nah, yang tersisa itu dibatasi jumlahnya supaya masih aman. Jadi, baik di plastik PET maupun PC pasti ada sisa-sisa bahan bakunya yang tidak terproses 100 persen. Karenanya, semua kemasan plastik ini harus diperlakukan sama," ujar dia.

Sementara itu, anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (Papti) menyampaikan apabila tidak ada pengawasan yang berimbang terhadap semua kemasan plastik, maka dapat memicu polemik di kalangan masyarakat, ilmuwan, hingga pakar terkait.

"Karena dikhawatirkan masyarakat nantinya akan menganggap kemasan yang satu lebih aman dibanding yang lain. Padahal, di semua kemasan plastik itu ada zat berbahayanya seperti asetaldehid, antimon, etilen glikol, dietilen glikol, BPA, dan lain-lain," tutup dia.

KEYWORD :

Galon Richard Lee Selebtwit Twitter Kampanye Hitam




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :