Kamis, 16/05/2024 21:26 WIB

Krisis Pangan Mengancam, Kementan Ajak Petani Bijak Kelola Lahan Pertanian

Pengeloaan lahan pertanian secara ugal-ugalan, yakni mengunakan pupuk dan pestisida berlebihan dapat mengakibatkan tanah menjadi masam. 

Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi pada soft opening Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Vol. 7 Tahun 2023, yang mengangkat tema Pertanian Ramah Lingkungan, Rabu (26/7).

JAKARTA, Jurnas.com - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak petani menjaga lahan pertanian dengan tidak melakukan pupuk berlebihan.

Ajakan itu disampaikan Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi pada soft opening Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Vol. 7 Tahun 2023, yang mengangkat tema Pertanian Ramah Lingkungan, Rabu (26/7).

"Saya mengajak petani dan seluruh insan pertanian mari perlakukan lahan pertanian kita dengan bijak. Mari kita perlakukan tanah-tanah sawah kita, tanah sayuran kita, tanah hortikultura kita secara bijak, jangan ada lagi pupuk dan pestisida belebihan," tutur Dedi.

Dedi mengatakan, pengelolaan lahan pertanian secara ugal-ugalan, yakni mengunakan pupuk dan pestisida berlebihan dapat mengakibatkan tanah menjadi masam, yang berujung pada menurunnya produktivitas.

Hal ini juga dapat menyebabkan boomerang ekologis, yakni munculnya hama dan penyakit seperti yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pandemi COVID-19, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Lumpy Skin Disease (LSD), serangan hama wereng, ulat bulu, termasuk La Lina dan El Nino berkepanjangan.

"Apalagi saat ini setelah pandemi COVID-19, ada fenomena climate change ditambah perang Rusia dengan Ukraina membuat harga pupuk semakin mahal, harga pestisida juga mahal, dan harga prasarana produksi juga mahal," ucap Dedi.

Karena itu, lanjut Dedi, pertanian ramah lingkungan harus diimplementasikan untuk keberlanjutan pembangunan pertanian. Terlebih dunia saat ini dalam banyang-bayang krisis pangan global.

Untuk diketahui, India, yang merupakan pengekspor beras terbesar di dunia telah melarang ekspor komoditas pangannya sebagai langkah antisipati krisis pangan global.

"Saya yakin Vietnam sebagai sentra produksi dunia, termasuk Amerika Serikat (AS) sentara komoditas kedelai dan jagung, termasuk Australia sentra produksi daging sapi kelak akan melakukan hal yang sama karena khawatir krisis pangan global," kata dia.

Terpisah, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, peningkatan produksi pertanian harus berbasis keberlanjutan dengan menjaga ekosistem agar tetap sehat dan menghindari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Pertanian ramah lingkungan juga sejalan dengan pertanian berkelanjutan yang merupakan implementasi dari RPJMN Prioritas Nasional (PN) 6 tentang membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim, serta pembangunan rendah karbon.

"Bentuk-bentuk penerapan pertanian ramah lingkungan antara lain pertanian cerdas iklim (Climate Smart Agriculture/CSA), pertanian terintegrasi (integrated farming), serta pertanian organik," imbuh dia.

KEYWORD :

Krisis Pangan Dedi Nursymasi Pemupukan Berlebih




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :