Minggu, 19/05/2024 02:18 WIB

Cegah Stunting dan Gizi Buruk, Badan Pangan Nasional Gencarkan Konsumsi Telur

Cegah Stunting dan Gizi Buruk, Badan Pangan Nasional Gencarkan Konsumsi Telur.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi, saat menghadiri acara Makan Telur Bersama memperingati Hari Telur Sedunia bertajuk Bakti Peternak Pada Negeri, Telur untuk Semua, Demi Mencegah Stunting dan Pemenuhan Gizi untuk Generasi Milenial di Blitar, Jawa Timur, Kamis, (13/10/2022).

JAKARTA, Jurnas.com -  Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi mengatakan, peningkatan gizi masyarakat dan pencegahan stunting dapat dilakukan melalui gerakan konsumsi telur, komoditas pangan sumber protein hewani yang mudah didapat dan relatif murah.

Hal itu disampaikan saat menghadiri acara Makan Telur Bersama memperingati Hari Telur Sedunia bertajuk "Bakti Peternak Pada Negeri, Telur untuk Semua, Demi Mencegah Stunting dan Pemenuhan Gizi untuk Generasi Milenial",  di Blitar, Jawa Timur, Kamis, (13/10).

"Kandungan nutrisi telur begitu lengkap baik makro maupun mikronutrien. Namun, konsumsi telur kita masih sebesar 7,5 kg/kapita/tahun. Jika dibandingkan negara lain, konsumsi telur per kapita Indonesia masuk urutan ke-15 dunia. Tentu upaya peningkatan konsumsi telur perlu terus dilakukan melalui gerakan makan telur seperti hari ini," ujarnya.

Kegiatan ini sendiri diinisiasi oleh Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Kabupaten Blitar serta di dukung Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Blitar serta sektor swasta yang diwakili Cargil Indonesia.

Arief mengapresiasi pencanangan Gerakan Makan Telur untuk peingkatan gizi dan pencegahan stunting yang telah dilakukan sejumlah pemerintah daerah kota/kabupaten dan provinsi di Indonesia.

Ia mengatakan, gerakan makan telur bagian dari upaya menyehatkan dan meningkatkan gizi masyarakat Indonesia. "Telur dengan segudang kandungan nutrisinya dapat menjadi asupan pangan tambahan yang efektif bagi Ibu hamil, Ibu menyusui dan balita, agar anak-anak Indonesia terhindar dari stunting dan mengurangi potensi kerawanan pangan dan gizi di suatu wilayah," ungkapnya.

Arief menjelsakan, saat ini pengentasan stunting menjadi salah satu program strategis yang terus dididorong pemerintah. Berdasarkan data, angka prevalensi stunting Indonesia tahun 2021 masih sebesar 24,4 persen, sedangkan standar WHO adalah 20 persen, sehingga angka stunting di Indonesia masih tinggi.

Menurut Arief, gerakan ini sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo yang sangat fokus dalam upaya pengentasan stunting. "Presiden memberikan arahan kepada kita semua agar di tahun 2024 angka prevalensi stunting Indonesia harus bisa di bawah 14 persen. Tentunya perlu kerja keras dan keterlibatan semua pihak baik pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat agar prevalensi stunting terus menurun seperti yang ditargetkan oleh Bapak Presiden,” ujarnya.

Arief menegaskan, pencegahan kerawanan pangan dan gizi, termasuk di dalamnya pencegahan stunting, merupakan bagian dari tugas dan fungsi Badan Pangan Nasional sesuai amanat Perpres 66 Tahun 2021.

"Tugas ini berada di bawah Kedeputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi. Dalam pelaksanaannya NFA tidak bisa sendiri, untuk itu, kami terus memperkuat sinergi dengan Kementerian dan Lembaga terkait serta seluruh stakeholder. Khusus untuk pencegahan stunting ini kami telah menjalin kerja sama dengan BKKBN dan Kementerian Kesehatan," paparnya.

Lebih lanjut, menurut Arief, selain untuk pemenuhan gizi masyarakat dan menurunkan prevelensi stunting, gerakan ini dapat berdampak positif bagi penguatan sektor perunggasan nasional dan daerah karena meningkatkan serapan dan konsumsi telur peternak layer lokal.

"Gerakan makan telur ini juga menjadi langkah yang baik untuk stabilisasi pasokan dan harga. Seperti kita ketahui Blitar merupakan produsen telur terbesar di Indonesia yang memasok 30 persen kebutuhan telur ayam nasional. Dengan rutin mengonsumsi telur terutama hasil produksi para peternak lokal, maka kita turut berperan menjaga kesejahteraan peternak dan berpartisipasi dalam stabilitas tata kelola pangan nasional," ungkap Arief.

Sementara itu Bupati Kabupaten Blitar Rini Syarifah berkomitmen untuk terus mengkampanyekan makan telur khususnya bagi anak usia dini, hal tersebut sebagai upaya pembentukan SDM yang unggul dan berkualitas.

Ia menjelasakan, kontribusi Kabupaten Blitar bagi suplai telur nasional sangat signifikan. Kabupaten Blitar memiliki populasi ayam ras petelur sebanyak 15 juta ekor dalam rentang Januari sampai dengan September 2022. Jumlah tersebut menghasilkan 447 ton telur per hari. Maka tidak mengherankan Kabupaten Blitar menjadi penyumbang 30 persen produksi telur nasional.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Indyah Aryani juga turut mendukung gerakan makan telur ini. Menurutnya ini merupakan momentum untuk bersinergi menurunkan angka stunting, khususnya di Jawa Timur yang masih tercatat sebanyak 23,3 persen.

"Gerakan ini juga menyadarkan kembali pentingnya supan gizi seimbang bagi anak-anak kita, ibu hamil, untuk lansian dan untuk kita semua," ujarnya.

Ketua PPRN, Rofi Yasifun menyampaikan, kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi para peternak bagi negeri. "Ini merupakan bentuk komitmen para peternak ayam petelur bagi pengurangan stunting di Indonesia. Ini menjadi semangat kami untuk berkontribusi dan berjalan bersam-sama menyukseskan program pemerintah," ungkapnya.

Hari Telur Sedunia sendiri diperingati setiap tanggal 14 Oktober, di mana pada tahun ini mengangkat tema "Telur untuk Kehidupan yang Lebih Baik."

KEYWORD :

Hari Telur Sedunia Percepatan Penurunan Stunting Arief Prasetyo Adi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :