Sabtu, 18/05/2024 01:33 WIB

WHO Minta Negara Tetap Waspadai COVID-19

kombinasi beberapa faktor menyebabkan peningkatan, termasuk varian Omicron yang sangat menular dan turunan BA.2-nya, dan pencabutan tindakan kesehatan masyarakat dan sosial.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (Dirjen WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus (Foto: AFP)

JENEWA, Jurnas.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, angka-angka yang menunjukkan peningkatan global dalam kasus COVID-19 dapat menjadi masalah yang jauh lebih besar karena beberapa negara juga melaporkan penurunan tingkat pengujian.

Karena itu, WHO memperingatkan negara-negara untuk tetap waspada terhadap virus tersebut.

WHO menyebutkan, kombinasi beberapa faktor menyebabkan peningkatan, termasuk varian Omicron yang sangat menular dan turunan BA.2-nya, dan pencabutan tindakan kesehatan masyarakat dan sosial.

"Peningkatan ini terjadi meskipun ada pengurangan pengujian di beberapa negara, yang berarti kasus yang kami lihat hanyalah puncak gunung es," kata kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan, dikutip dari Reuters, Kamis (17/3).

Ia mengatakan, tingkat vaksinasi yang rendah di beberapa negara, sebagian didorong oleh sejumlah besar informasi yang salah" juga menjelaskan kenaikan tersebut.

Infeksi baru melonjak 8 persen secara global dibandingkan dengan minggu sebelumnya, dengan 11 juta kasus baru dan lebih dari 43.000 kematian baru dilaporkan dari 7-13 Maret. Ini merupakan kenaikan pertama sejak akhir Januari.

Lompatan terbesar terjadi di wilayah Pasifik Barat WHO, yang mencakup Korea Selatan dan China, di mana kasus meningkat 25 persen dan kematian 27 persen.

Afrika juga mengalami peningkatan 12 persen dalam kasus baru dan 14 persen peningkatan kematian, dan Eropa meningkat 2 persen dalam kasus tetapi tidak ada lonjakan kematian.

Wilayah lain melaporkan penurunan kasus, termasuk wilayah Mediterania timur, meskipun wilayah ini mengalami peningkatan kematian sebesar 38 persen terkait dengan lonjakan infeksi sebelumnya.

Sejumlah ahli telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Eropa menghadapi gelombang virus corona lain, dengan kasus meningkat sejak awal Maret di Austria, Jerman, Swiss, Belanda, dan Inggris.

Pimpinan Teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan pada briefing bahwa subvarian Omicron BA.2 tampaknya menjadi varian yang paling menular sejauh ini.

Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa itu menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan tidak ada bukti bahwa varian baru lainnya mendorong peningkatan kasus.

Gambaran di Eropa juga tidak universal. Denmark, misalnya, mengalami puncak singkat dalam kasus pada paruh pertama Februari, didorong oleh BA.2, yang dengan cepat mereda.

Tetapi para ahli telah mulai memperingatkan bahwa Amerika Serikat dapat segera melihat gelombang serupa dengan yang terlihat di Eropa, yang berpotensi didorong oleh BA.2, pencabutan pembatasan dan potensi berkurangnya kekebalan dari vaksin yang diberikan beberapa bulan lalu.

"Saya setuju dengan pelonggaran pembatasan, karena Anda tidak dapat menganggapnya sebagai keadaan darurat setelah dua tahun," kata Antonella Viola, profesor imunologi di Universitas Padua Italia.

"Kita hanya harus menghindari pemikiran bahwa COVID-19 sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, kita harus menjaga langkah-langkah yang sangat diperlukan, yang pada dasarnya adalah pemantauan dan pelacakan kasus secara terus menerus, dan tetap memakai masker di tempat tertutup atau sangat ramai," sambungnya

KEYWORD :

WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus Kasus COVID-19 Maria Van Kerkhove Omicron BA.2




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :