Sabtu, 18/05/2024 22:05 WIB

Pemerintah Diminta Maksimalkan Kedelai di Pasar

Kementeria Pertanian (Kementan) perlu mengadopsi sistem pertanian yang sustainable dan mampu mengatasi dampak perubahan iklim.

Tampak petani berjalan di ladang kedelainya (Foto: AFP)

JAKARTA, Jurnas.com - Penilit Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Felippa Amanta menjelaskan, kenaikan harga kedelai saat ini bersifat temporer karena kondisi yang terjadi di negara produsen kedelai, seperti Amerika Serikat (AS), Argentina, dan Brazil.

"Indonesia tetap perlu memaksimalkan ketersediaan kedelai di pasar, baik melalui impor maupun dari produksi domestik, walaupun jumlahnya belum akan mampu menutupi kesenjangan permintaan pasar," kata Felippa kepada Jurnas.com, Senin (21/2).

Menurutnya, kenaikan harga kedelai adalah bentuk berjalannya mekanisme pasar dan ini hal yang wajar. Ia menyadari bahwa kenaikan ini akan memengaruhi kelangsungan industri dan UMKM pengguna kedelai serta berdampak pada konsumsi rumah tangga.

"Untuk industri dan UMKM pengguna kedelai, biasanya mereka akan menyesuaikan dengan harga jual dan juga ukuran. Sementara konsumsi rumah tangga bisa beralih pada komoditas lain yang harganya lebih terjangkau dan tersedia di pasar," ujarnya.

Terkait upaya peninggkatan produksi kedelai dalam negeri, Filippa mengatakan, Kementeria Pertanian (Kementan) perlu mengadopsi sistem pertanian yang sustainable dan mampu mengatasi dampak perubahan iklim.

"Caranya, menerapkan cara bercocok tanam yang lebih efisien dan berkelanjutan seperti dengan mekanisasi pertanian, precision farming berbasis data yang kuat, pertanian organik, pengendalian hama terpadu, dan pengembangan input pertanian yang lebih berkelanjutan," jelasnya.

Ia mengatakan, peningkatan produktivitas kedelai dalam negeri dapat dilakukan melalui penggunaan bibit unggul, peningkatan akses petani terhadap pupuk, penanganan serangan hama (OPT), dan penggunaan alat mesin pertanian atau mekanisasi.

"Selain itu, juga dapat dilakukan perbaikan teknik budidaya, perbaikan dan perluasan jaringan irigasi, penggunaan modifikasi cuaca untuk mitigasi perubahan iklim, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sektor pertanian," sambungnya.

"Dibutuhkan juga rencana strategis pemerintah dalam membangun infrastruktur pendukung pertanian, seperti irigasi, jalan dan pelabuhan untuk menarik minat investor dan membantu petani dalam memperlancar proses distribusi pasca tanam," tambahnya.

Di samping mengupayakan peningkatan produktivitas dalam negeri, lanjut Felippa, pemerintah perlu terus memanfaatkan perdagangan internasional. Selain AS, pemerintah perlu melihat potensi negara penghasil kedelai lainnya di dunia, seperti Brasil dan Argentina.

"Satu hal yang perlu diingat, karakteristik lahan yang cocok untuk ditanami kedelai adalah lahan yang memiliki tanah dengan kadar pH yang netral dan kedalaman 20 sentimeter. Jenis lahan seperti ini tidak tersedia di banyak wilayah Indonesia," jelasnya.

Kedelai adalah tanaman subtropis yang membutuhkan suhu musiman yang beragam, kelembaban tanah yang cukup dan suhu yang cukup tinggi untuk dapat tumbuh secara optimal.

"Oleh karena itu, iklim Indonesia yang hanya terdiri dari dua musim dan cenderung memiliki curah hujan yang tinggi membuat pertumbuhan kedelai tidak maksimal. Oleh karena itu, memaksimalkan perdagangan internasional untuk ketersediaan kedelai sangat relevan," sambungnya.

KEYWORD :

kedelai Kementerian Pertanian Amerika Serikat Argentina Brasil




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :