Kamis, 16/05/2024 23:14 WIB

Dear Perguruan Tinggi, Ditunggu Aksi Nyatanya Percepat Penurunan Stunting

Perguruan tinggi di Indonesia telah banyak mengambil peran dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo pada Peluncuran Pil KB Bagi Ibu Menyusui dalam Mendukung ASI Eksklusif Guna Mencegah Stunting, Nganjuk, Rabu (19/1).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menunggu aksi nyata perguruan tinggi di masyarakat dalam mempercepat penurunan stunting. Hal itu disampaikan saat menerima audiensi Universitas Teuku Umar (UTU) Aceh secara virtual, Rabu, (9/2).

"Berbagai perguruan tinggi telah mengadakan beragam seminar dan pertemuan mengenai stunting, saya tunggu tindakan nyata di masyarakat. Beberapa sudah merencanakan programnya melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, saya tahu ini mudah diucapkan tetapi tidak mudah dilakukan," kata Hasto.

Pada kesempatan tersebut, Hasto mengapresiasi upaya nyata yang telah dilakukan UTU, melalui program pemberdayaan keluarga Jambo Gizi (JAZI) sebagai upaya pencegahan stunting.

Hasto mengatakan, UTU bisa menjadi Universitas yang awal dan pertama memiliki kepedulian pada stunting tidak hanya kebijakan tatapi juga langsung bergerak ke lapangan, dengan melakukan pengabdian masyarakat berbasis riset di Simeuleu.

"Ternyata upaya ini memberikan dampak signifikan menurunkan prevalensi stunting. Ini bukti nyata, apa yang sudah dilakukan bisa di replikasi di Kabupaten yang lain. UTU juga sudah menyusun kurikulum kampus merdeka dan merdeka belajar, dan sudah enam bulan dilakukan," ujarnya.

Ia juga menyampaikan, saat ini pihaknya telah menyusun Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) berisi petunjuk melakukan konvergensi di antara Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah dan mitra-mitra lainnya, yang mengerucutkan pada satu titik yakni keluarga yang memiliki risiko anak stunting.

BKKBN telah melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama upaya percepatan penurunan angka stunting pada tanggal 7 Februari yang lalu dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud).

Kemdikbud juga telah menjalankan program pendanaan pendamping antara kampus dan mitra, melalui program Kedaireka yang bisa dimanfaatkan.

Plt. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dwi Listyawardani menjelaskan, perguruan tinggi di Indonesia telah banyak mengambil peran dalam upaya percepatan penurunan stunting yang fokus melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik, pengabdian masyarakat dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka, hal ini sejalan dengan program Mahasiswa Peduli Stunting (Penting) yang dilakukan BKKBN.

"Saat ini sudah ada sekitar 321 perguruan tinggi yang telah melakukan kerjasama dengan BKKBN Pusat dan Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi di seluruh Indonesia, serta telah bekerjasama dengan Forum Rektor," ujarnya.

Karena itu, ia berharap nantinya di semua Kabupaten Kota minimal bisa didampingi oleh satu perguruan tinggi, baik peran perguruan tinggi sembagai lembaga maupun peran langsung mahasiswanya,

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UTU, Teuku Muliadi menjelaskan, JAZI merupakan pemberdayaan masyarakat berbasis pengabdian dan riset di tingkat keluarga dengan tujuan percepatan penurunan prevalensi stunting balita di wilayah Barat Selatan Aceh (Barsela).

"Program ini direncanakan selama 3 tahun dengan fokus utama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK)," jelasnya.

Menurut Teuku Muliadi menjelaskan, wilayah Barsela dipilih salah satunya karena tingkat kemiskinannya termasuk tertinggi di Aceh. Bahkan salah satu kabupaten merupakan penyumbang kemiskinan tertinggi di Aceh yakni Kabupaten Aceh Singkil.

"Daerah Barsela juga menjadi wilayah penyumbang angka stunting tertinggi diantara Kabupaten lainnya. Dari delapan Kabupaten hanya empat dengan prevalensi stunting sedang sedangkan empat lainnya merupakan penyumbang angka stunting diatas 30 persen, yaitu Nagan Raya, Aceh Jaya, Abdya dan Subulussalam," urai Teuku Muliadi.

Program prioritas JAZI yang akan dilakukan diantaranya, pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga mellaui rumah pangan terpadu, budidaya ternak kambing Ettawa, budidaya ikan air tawar, serta pengembangan pusat pangan lokal desa dengan memanfaatkan potensi pangan yang ada seperti buah gadung, ubi, daun kelor dan lainnya.

Kemudian juga akan dilakukan pendidikan dan pelatihan, pembuatan makanan tambahan dan dapur sehat, sosialisasi kesehatan reproduksi pada calon pengantin, dan sosialisasi keluarga sadar gizi.

"Target lainnya dari kami adalah adanya sisi kebijakan di tingkat desa dengan terbitnya Qanun Gampong yang nantinya bisa menjadi acuan di desa lokus stunting yang dipatuhi sebagai norma sosial, hukum dan budaya,” pungkas Teuku Muliad

KEYWORD :

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Perguruan Tinggi Penurunan Stunting




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :