Jum'at, 26/04/2024 00:14 WIB

Sawit, Satu-satunya Minyak Nabati Berkelanjutan yang Diakui Secara Universal

Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah dirintis semenjak tahun 1979 lalu ini, kini telah menjelma menjadi perushaaan yang terdepan dalam mengusung kemitraan dengan petani sawit, selain menjadi salah satu produsen utama biodiesel di Indonesia.

Direktur Asian Agri, Bernard Riedo, dalam acara FGD Sawit bertajuk `Minyak Sawit sebagai Minyak Nabati Berkelanjutan Terbesar Dunia`, yang diadakan media InfoSAWIT, Kamis (9/12).

JAKARTA, Jurnas.com -  Minyak sawit dan produk turunannya telah menjadi minyak nabati berkelanjutan yang diakui secara universal. Keberhasilan ini, merupakan prestasi besar bagi bangsa Indonesia, menyusul minyak sawit berkelanjutan paling banyak diproduksi di Tanah Air.

Tuntutan global terkait permintaan minyak sawit berkelanjutan langsung ditangkap dengan positif bagi sebagian produsen kelapa sawit nasional, seperti yang dilakukan Asian Agri group.

Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah dirintis semenjak tahun 1979 lalu ini, kini telah menjelma menjadi perushaaan yang terdepan dalam mengusung kemitraan dengan petani sawit, selain menjadi salah satu produsen utama biodiesel di Indonesia.

Direktur Asian Agri, Bernard Riedo mengatakan, kepemilikan lahan perkebunan kelapa sawit Asian Agri (kebun inti) sudah seluas 100 ribu hektare, serta telah bermitra dengan petani sawit dengan model skim plasma terdapat 60 ribu hektare, dan model kemitraan melalui dengan petani swadaya mencapai 42 ribu hektare.

"Perkebunan kelapa sawit yang kami kelola tersebar di tiga wilayah yakni, Sumatera Utara, Riau dan Jambi," urai Bernard, dalam acara FGD Sawit  bertajuk `Minyak Sawit sebagai Minyak Nabati Berkelanjutan Terbesar Dunia`, yang diadakan media InfoSAWIT, Kamis (9/12).

Lebih lanjut kata Bernard, produksi minyak sawit Asian Agri telah mencapai 1,1 juta ton per tahun, dan menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sustainable, lantaran memperoleh sertifikasi minyak sawit berkelanjutan terbesar di dunia, baik untuk skim Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Indoensian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan International Sustainability and Carbon Certification (ISCC).

"Serta telah menjadi perusahaan perkeunan kelapa sawit pertama yang mitra petani sawit swadaya-nya memperoleh sertifikat RSPO dan ISPO," kata dia.

Tak hanya memenuhi aspek praktik sawit berkelanjutan dalam proses budidaya di perkebunan kelapa sawitnya, Asian Agri juga memiliki tingkat produksi kelapa sawit yang cukup tinggi, dibandingkan produktivitas rata-rata perkebunan kelapa sawit global.

Produktivitas rata-rata kebun sawit Asian Agri mencapai 5,38 ton CPO per hektare per tahun, lebih tinggi dari ratarata produktivitas perkebunan kelapa sawit global yang mencapai 4,3 ton per hektare per tahun.

Angka ini bahkan memiliki tingkat produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas minyak nabati lainnya seperti rapeseed yang mencapai 0,7 ton per ha, minyak bunga matahari sekitar 0,52 per hektare dan minyak kedelai mencapai 0,45 per hektare.

Sementara merujuk data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) 2020, bila dilihat dari penggunaan lahan di antara minyak nabati global, maka minyak sawit yang terlihat paling hemat dalam penggunaan lahan yakni hanya mencapai 11 persen  dari luas lahan minyak nabati global.

"Jauh dibandingkan minyak kedelai yang menggunakan lahan seluas 59 persen dari total lahan minyak nabati di dunia, disusul rapeseed sebanyal 17 persen, dan bunga matahari sekitra 13 persen," katanya.

Kendati demikian para pelaku perkebunan kelapa sawit nasional tetap berkomitmen dalam menerapkan praktik sawit berkelanjutan, misalnya saja yang diadopsi Asian Agri dengan Sustainability Policy & Certifications, yang meliputi No Deforestasi, perlindungan lahan gambut, dan peningkatan dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar kebun.

Praktik sawit berkelanjutan tersebut nampak dari penerapan inisiatif berkelanjutan perusahaan, yakni dengan adanya penerapan Best Management Practicess (BMP) dalam budidaya kelapa sawit termasuk kepada mitra petani, dukungan benih sawit unggul, pemberian premium sharing bagi petani yang telah menerapkan praktik sawit berkelanjutan, serta melakukan menejemen energi dengan memanfaatkan limbah sawit menjadi biogas.

"Termasuk melakukan pengembangan komunitas, penerapan program pencegahan kebakaran lahan dan hutan, dukungan Asian Agri Learning institute, dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait," tandas Bernard.

Direktur PT Astra Agro Lestari, M Hadi Sugeng, mengatakan, praktik sawit berkelanjutan telah dilakukan semenjak 2011 lalu sesuai kebijakan ISPO, yang mana regulasi ISPO terus berkembang dan dilakukan beberapa kali revisi hingga ditetapkannya Perpres No. 44 Tahun 2020.

Hadi, yang juga Kepala Bidang Implementasi ISPO Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Pusat, point penting perubahan kebijakan ISPO sesua Perpres 44 Tahun 2020 setidaknya ada lima, pertama wajib bagi pekebun setalah lima tahun sejak diberlakukan Perpres ini, sebelumnya regulasi masih bersifat sukarela.

Kedua, tidak membedakan Prinsip dan kriteria pekebun plasma dan swadaya yang mana sebelumnya berbeda. Ketiga, sertifikat ISPO dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi (LS), dan disahkan pimpinan LS, sebelumnya oleh Komisi ISPO.

Keempat, kelembagaan ISPO, yakni Dewan Pengarah diketuai Kemenko dan Komite ISPO diketuai Menteri Pertanian, sebelumnya ada Komisi, Sekretariat & Tim Penilai ISPO. "Kelima, Prinsip dan Kriteria ISPO mencantumkan aspek transparansi, dimana sebelumnya tidak diatur," jelas dia.

Sementara merujuk informasi GAPKI, sampai September 2021, capaian Sertifikat ISPO perusahaan anggaota GAPKI telah dikeluarkan sebanyak 542 sertifikat, lantas sertifikasi ISPO untuk non GAPKI sebanyak 275 sertifat, dan yang didapat petani sebanyak 24 sertifikat, dengan total sebanyak 841 sertifikat.

Untuk percepatan penerapan ISPO, kata Hadi, GAPKI juga melakuka beberapa langkah seperti Coaching & Clinic ISPO Skim Permentan No. 11/2015, dilakukan di 11 Cabang GAPKI dengan jumlah Perusahaan 349 dan meliputi 631 orang, selama Periode 2018-2020, kegiatan ini diselenggarakan untuk Anggota dan Non Anggota GAPKI.

"Serta bekerjasama dengan Sekretariat Komisi ISPO dan Melibatkan Instansi terkait dari Pemerintah Daerah," kata dia.

KEYWORD :

Minyak Sawit Berkelanjutan Asian Agri group Bernard Riedo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :