Rabu, 24/04/2024 04:29 WIB

Australia Tunggu Vaksin COVID-19 dari AstraZeneca

Morrison mengatakan Australia pada Januari dan Februari 2021 akan menerima 3,8 juta dosis vaksin AstraZeneca, yang saat ini sedang menjalani uji klinis tahap akhir di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan, pada Januari dan Februari tahun lalu.

Menurut ilmuwan Inggris, vaksin Covid-19 baru akan tersedia paling cepat awal tahun depan (Foto: Mirror)

Sydney, Jurnas.com - Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan pada Senin (7/9), Australia akan menerima gelombang pertama dari vaksin virus corona baru (COVID-19) pada Januari 2020.

Morrison mengatakan pemerintahnya sudah mencapai kesepakatan dengan CSL Ltd untuk memproduksi dua vaksin, satu dikembangkan saingannya, AstraZeneca dan Universitas Oxford, dan satu lagi dikembangkan di laboratorium CSL sendiri dengan University of Queensland.

Morrison mengatakan Australia pada Januari dan Februari 2021 akan menerima 3,8 juta dosis vaksin AstraZeneca, yang saat ini sedang menjalani uji klinis tahap akhir di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan, pada Januari dan Februari tahun lalu.

Kandidat AstraZeneca, AZD1222, dipandang sebagai pelopor dalam pengembangan global untuk memberikan vaksin yang efektif untuk memerangi virus.

Australia mengumumkan pada Agustus, berencana membeli AZD1222, bersama dengan kesepakatan maksud dari CSL untuk memproduksinya. Rencana itu dipertanyakan ketika CSL mengumumkan tidak lama kemudian bahwa mereka akan memprioritaskan pembuatan vaksinnya sendiri.

Pengumuman Morrison pada Senin (7/9) bahwa Australia juga akan membeli obat CSL jika uji coba terbukti berhasil tampaknya menjadi puncak dari kesepakatan untuk mendapatkan kedua vaksin tersebut.

Vaksin CSL akan memulai uji klinis tahap kedua pada akhir 2020, yang berarti paling awal bisa masuk pasar adalah pertengahan 2021.

"Dengan mengamankan perjanjian produksi dan pasokan, Australia akan menjadi yang pertama di dunia yang menerima vaksin yang aman dan efektif, jika lolos uji tahap akhir," kata Morrison dalam pernyataan melalui email.

Morrison membeberkan, jika kedua vaksin lulus uji klinis, Australia akan menghabiskan A $ 1,7 miliar (USD1,24 miliar) untuk total hampir 85 juta dosis.

Kesepakatan itu datang ketika negara bagian Victoria Australia mengatakan 41 kasus COVID-19 telah terdeteksi dalam 24 jam terakhir, kenaikan satu hari terendah sejak 26 Juni.

Negara bagian terpadat kedua di Australia telah menjadi episentrum gelombang kedua, dan sekarang menyumbang sekitar 75% dari 26.320 kasus negara itu dan 90% dari 762 kematiannya.

Negara bagian tenggara pada Minggu memperpanjang penguncian keras di ibu kotanya Melbourne hingga 28 September karena tingkat infeksi harian telah menurun lebih lambat dari yang diharapkan.

Perpanjangan lockdown di Melbourne diperkirakan akan memicu hilangnya pekerjaan lebih lanjut. Departemen Keuangan Nasional mengatakan penguncian enam minggu merugikan Victoria sekitar 250.000 pekerjaan, atau setengah dari total yang dicatat negara bagian sejak pandemi dimulai.

Bendahara Federal Josh Frydenberg pada Senin mengumumkan Australia akan memperpanjang kebangkrutan sementara dan aturan perlindungan kebangkrutan sampai akhir tahun ini, kecuali kreditor tidak dapat mengeluarkan pemberitahuan kebangkrutan kepada bisnis untuk hutang di bawah A $ 20.000. (Reuters)

KEYWORD :

Vaksin COVID-19 Perdana Menteri Australia Scott Morrison




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :